[Bagian 8]

1.8K 339 26
                                    

On mulmed: The 1975 - You

***

Woi bolpen dong," bisik Yuda sembari mendorong-dorong bangku Lala yang duduk di depannya. Sementara Oji tidak peduli sama sekali dan sibuk mencatat. "Woi!"

"Apa sih, Da?!" Lala menoleh. Kemudian memasang tampang galak. Oji yang mendengar ribut-ribut dari arah kanan kemudian menoleh sekilas.

"Berisik bege lu pada," bisiknya mengingatkan. "Nanti di suruh cabut dari kelas sama Bu Silvi.

Ivan yang duduk di antara Lala dan Oji malah tidak peduli sama sekali. Ia sibuk dengan ponselnya tanpa merasa bahwa materi yang dipaparkan Bu Silvi adalah hal pokok yang wajib dicatat ke atas kertas.

"Najis medit." Yuda menjulurkan lidah. "Gue doain sempit kuburan lo besok."

"Gue doain juga kuburan lo banyak belatungnya gara-gara suka nilep bolpen orang."

"Njir lo."

Hari ini, aku duduk di antara Ghirez dan Yuda sementara Ivan duduk di antara Lala dan Oji satu baris di depan kami.

Aku menggelengkan kepala mendengar pedebatan dua temanku, setelahnya kuulurkan bolpen dengan tinta hitam pada Yuda. "Nih, bacot aja lo berdua."

"Thanks, Ai. Lo mah emang baik nggak kayak yang onoh."

"Yang onoh mane maksud lu?" Lala menoleh lagi dan kali ini Yuda menghadiahinya dengan acungan jari tengah di udara. Lala langsung mengangkat bindernya dan memukulkannya ke kepala Yuda.

"Sona Wirayuda, Lala Rizqita?" Suara Bu Silvi yang sejak beberapa puluh detik yang lalu sempat bisik-bisik tetangga dengan Putri yang duduk di bangku terdepan akhirnya keluar dan langsung memanggil dua nama mahasiswanya yang sejak tadi ribut sendiri.

Lala dan Yuda diam. Keduanya menoleh ke sumber suara nyaris bersamaan walaupun Lala menoleh lebih dulu.

"Ada yang sedang didiskusikan?" tanya Bu Silvi sarkas.

"Enggak, Bu." Lala menggeleng sementara Yuda memilih diam.

"Masa?" tanya Bu Silvi. "Dari tadi ibu liat sibuk ngobrol, sibuk diskusi. Apa yang dibahas? Ibu sama teman-teman kalian kan mau tau."

Aku, Ghirez, dan Ivan sibuk menunduk. Mengabaikan tatapan kasihan dari mahasiswa lain yang ada di kelas ini. Sementara Oji sibuk curi-curi pandang dengan tatapan iba.

"Giliran disuruh berpendapat, kalian diam. Giliran saya menjelaskan materi, kalian diskusi sendiri." Bu Silvi menggelengkan kepala. "Silakan kalian keluar dari kelas saya."

Setelah mengusir Lala dan Yuda dari dalam kelas, Bu Silvi membiarkan kami mencatat secara mandiri karena ia ingin ke toilet untuk buang air kecil.

"Rajin amat lu!" Suara Ghirez bersamaan dengan sebuah coretan kecil di kertas binderku membuat aku berdecak sebal.

"Sialan lo."

Ghirez tertawa lagi karena ia berhasil mengerjaiku. "Kemana tuh si Lala sama Yuda abis diusir?"

Aku mengangkat bahu. "Kantin kali."

"Enak amat."

"Eh," kataku seraya meletakkan bolpen dengan tinta warna biru dan menoleh ke arah Ghirez. "Kemaren anak mapala acara apaan dah di Bogor?" tanyaku saat aku teringat bahwa Ghirez juga merupakan anggota Mapala kampus.

"Hah?" Mata Ghirez menyipit. "Acara apaan?"

"Lah? Mapala ke Bogor kan?"

"Kapan?"

Before We Were Stranger [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang