Blood, Next Step.

952 99 2
                                    


Yaahhh, weekend. Waktunya untuk keluarga itu bersantai dan melakukan quality time bersama. Sejak pagi mereka sudah sarapan makanan buatan sang ibu lalu bersama-sama bersih-bersih rumah. Mulai dari mencuci mobil dan motor yang ada di rumah itu, menyiram tanaman, mencuci baju-baju kotor, membersihkan jendela sampai membersih piring dilakukan oleh mereka tanpa bantuan ahjumma. Siang hari menghabiskan waktu bersama untuk bercengkrama selepas makan siang dan malam hari untuk menonton film.

“3 hari lagi aku berencana akan merayakan pesta ulang tahun perusahaanku yang ke empat eomma. Bagaimana? Eomma setuju?” Tanya seojin tiba-tiba bertanya pada Ny Kim. Seokjin merupakan CEO muda sebuah perusahaan iklan yang ia dirikan sendiri setelah lulus kuliah. Ia menolak untuk bekerja di perusahaan orang tuanya sehingga mau tidak mau Ny Kim-lah yang harus mengurus perusahaan itu sampai saat ini.
“terserah saja.” Ny Kim tak menanggapi pertanyaan Seokjin itu, dia malah melenggang ke kamarnya yang tak jauh dari ruang keluarga itu lalu menutup pintunya rapat.
“hyung! Apa hyung masih berpikir untuk mengembangkan perusahaan hyung itu?” Tanya Namjoon.
“tentu saja. Ini sudah hampir 3 tahun aku merintisnya.”
“tapi hyung kita punya perusahaan sendiri. Appa-lah yang membangun perusahaan itu dari nol.”
“aku juga merintis perusahaanku dari nol Namjoon-ah.” Sejenak Namjoon terdiam. Ia tak habis pikir bagaimana bisa kakaknya itu membuat sebuah perusahaan sedangkan keluarga mereka memiliki perusahaan dari appa mereka.
“tidak ada yang salah bukan?” sua Seokjin seperti membela dirinya.
“KAU SALAH HYUNG! KAU HARUSNYA TIDAK SEPERTI ITU KARENA KAU ADALAH ANAK PERTAMA!” suara Namjoon meninggi. Yoorin dan Taehyung hanya bisa menatap panic suasana antara Seokjin dan Namjoon.
“TURUNKAN NADA SUARAMU KIM NAMJOON! AKU INI HYUNGMU!” Seokjin rupanya bersuara tak kalah tingginya.
“mian hyung. Tapi sejak awal eomma bahkan sudah meminta hyung agar tidak mendirikannya. Eomma berharap jika hyung-lah yang akan menggantikan appa untuk menjalankan perusahaan kita.”
“sudah kibilang sejak dulu jika aku memiliki selera yang berbeda. Aku ingin mengembangkan sesuatu yang kusukai.”
“lalu bagaimana dengan perusahaan kita?” kali ini giliran Seokjin yang diam sejenak.
“masih ada kau yang bisa menggantikanku bukan?” jawabnya enteng.
“MWO? AKU?”
“ya tentu saja kau. Anak tertua setelah aku adalah kau.”
“kenapa? Kau juga tidak mau?”
“oppa, hentikan. Apa yang kalian lakukan?” Yoorin berusaha melerai perdebatan antara Seokjin dan Namjoon.
“tapi itu adalah tanggungjawab hyung sebagai anak tertua! Hyung tidak bisa melimpahkan semua itu padaku begitu saja.” Bela Namjoon.
“tidak bisakah hyung berhenti membicarakan ini?” Taehyung akhirnya angkat bicara juga.
“tidak bisa Taehyung-ah, kita harus memutuskan semua ini. Eomma tidak mungkin selamanya yang menggantikan appa di perusahaan. Kita butuh penerus dan itu adalah Seokjin hyung.” Jelas Namjoon.
“sudah kubilang jika aku tidak ingin. Aku punya perusahaanku sendiri!”
Melihat pertikaian itu tak kunjung usai, Yoorin pun beranjak meninggalkan mereka menuju pintu keluar rumah itu.
“kalau begitu berikan saja sekalian pada Taehyung.” Dari kejauhan Yoorin mendengar kini nama Taehyung masuk dalam pembicaraan mereka.
“kenapa aku? Aku anak bungsu hyung. Itu harusnya antara Seokjin dan Namjoon hyung saja. Bukan aku.” Dan akhirnya Taehyung juga ikut terlibat. Membuat Yoorin makin ingin meninggalkan rumah itu saat ini. Mencoba mencari ketenangan diri.

Di sinilah Yoorin sekarang. Di sebuah kedai pinggir jalan yang terletak sekitar 1 km lebih dari rumahnya. Ia muak dengan perbedatan mengenai orang yang akan menjalankan perusahaan appa-nya itu.

“aku tidak tahan mendengar mereka berdebat seperti itu Jung In-ah.”
“Jangan minum Yoorin-ah.” Terdengar suara Jung In yang melarang yeoja itu.
“hanya sedikit saja Jung In-ah.”
“sudah dulu ne.” ia mematikan ponselnya.
“ahjumma,, berikan 2 botol soju padaku.” Ia sedikit beteriak pada sosok ahjumma pemilik kedai.

7 menit setelahnya 2 botol soju lengkap dengan cangkir kecilnya kini sudah tersedia dihadapan Yoorin. pelanggan yang banyak membuat si ahjumma memerlukan waktu banyak untuk menghidangkan pesanan Yoorin tersebut. Tapi, ia belum menyentuhnya sama sekali, matanya hanya menatap 2 botol berwarna hijau itu. Ia ingin tenang.
Perlahan tangannya mengambil sebotol suju dan menung isinya perlahan pada sebuah gelas kecil transparan yang biasa digunakan orang-orang untuk meneguk sojunya.

Guardian ✔️Onde histórias criam vida. Descubra agora