Day 5, Rose Tea

626 89 1
                                    

AUTHOR POV

Day 5....

Seperti pagi-pagi sebelumnya saat Jimin dengan senang hati menunggu dan membantu kakek tua yang akan menarik gerobaknya melalui tanjakan curam sebelum rumah Kim haraboji, kali ini dia kembali melakukannya. Dia menggerakkan badannya ke depan dan kebelakang untuk membuatnya rileks. Ia rasa otot tubuhnya kian membesar karena banyak kerjaan yang menuntut otot-otonya untuk bekerja lebih keras.

"haii anak mudaa..." ia menolek ke kanan saat indera pendengarannya menangkap suara seseorang yang sepertinya memanggil dirinya. Ia lalu melihat kebawah, ternyata itu kakek tua yang bahkan sampai sekarang tak ia tau siapa namanya.

"haraboji tidak ke pasar?" tanyanya setelah menghampiri kakek itu.
"aniya,, menantuku sudah datang jadi aku tidak usah ke pasar dan menarik gerobak lagi." Jelasnya.
"kau menungguku lagi?"
"ne."
"ayo ke rumahku. Kita cerita-cerita di sana." Ajaknya lalu berjalan didepan Jimin. Ia yakin jika Jimin pasti akan mengikutinya dan itulah yang terjadi, Jimin mengikuti kakek itu hingga ia berhenti sejenak di depan gerbang rumahnya.

"kediaman keluarga Han Jong Jin." Gumamnya sambil mengeja tulisan itu. Setiap rumah di desa itu rata-rata memiliki tulisan seperti itu sebagai pemberitahuan rumah siapa itu.

"itu namaku. Ayo masuk, aku sudah menyiapkan sesuatu untukmu." Jimin kembali mengikutinya. Sebuah meja bulat kecil sudah tersedia di teras rumah itu dengan teko dan beberapa makanan ringan di sana. Orang-orang di desa itu biasanya menjamu tamu mereka di teras rumah jika ia memiliki teras yang cukup luas.

"kau pernah makan ini bukan?" tanyanya menunjuk bungeoppang (roti berbentuk ikan mas) dan gukwa-ppang (roti berbentuk bunga krisan) yang tersaji di atas meja.
"ne, aku sering makan itu saat kecil dulu."
"kalau ini?" ia kembali bertanya sambil menuang cairan yang beraroma wangi dan panas ke dalam cangkir Jimin. Bisa dipastika jika itu adalah sesuatu yang cukup panas saat melihan kepulan uap dari sana.
"apa itu teh?" Jimin tak menjawab, ia malah berbalik bertanya padanya.
"ya, ini teh mawar yang kubilang kemarin."
"Jinju-ya, bawa mawarnya kemari." Han haraboji memanggil seseorang yang ada di dalam rumahnya. Lalu terlihatlah seorang gadis kecil yang mungkin berumur sekitar 5 tahun dengan dres pinknya.
"ini.." dia lalu memasukkan sesuatu ke dalam cangkir Jimin yang ternyata adalah mawar kering yang akan mengembang kembali saat terkena air panas.
"gomawo." Jimin mengusap gemas pipi gadis kecil itu lalu beralih ke rambut sebahunya yang diikat dua.
"cheonmaneyo oppa." Jawabnya membuat Jimin sedikit tertawa. Oppa? Dia memanggil pria yang lebih tepat jika dipanggil samchon (paman) dari pada oppa (kakak laki-laki).
"junji-ya,, dia bukan oppa tapi samchon." Ucap Han haraboji pada cucunya itu.
"oppa!" dia memekik bertanda jika dia tak ingin dilarang untuk memanggil Jimin dengan sebutan oppa.
"baiklah. Panggil aku oppa, Jimin oppa."
"arayo." Ia berucap mantap.

"Jinju-yaa"
"eomma memanggilku. Anyyeong Jimin oppa." Gadis kecil bernama Jinju itu memeluk Jimin sekilas lalu berlari kecil ke dalam rumahnya.

"hahaha, maafkan cucuku."
"aniya,, dia gadis kecil yang menggemaskan." Ungkapnya.
"yahh, dia cucu perempuan pertamaku dan sekarang dia memiliki adik perempuan usia 1 tahun."
"kau tahu aku punya 3 anak, 2 laki dan 1 perempuan, juga 7 cucu laki-laki dan saat Jinju lahir aku merasa sangat bersyukur diberikan cucu perempuan pertama oleh Tuhan. Dan aku lebih bersyukur lagi saat adik Jinju lahir." Han haraboji bercerita.
"karena setidaknya kau punya 2 cucu perempuan." timpal Jimin.

"ya kau benar sekali. Sulit melihat saat anak perempuanmu harus tumbuh dengan banyak kawalan dari ayah dan saudara-saudaranya."
"seperti Yoorin." Jimin tertunduk lesu. Ya, itu seperti Yoorin yang harus tumbuh dengan bayang-bayang saudara, sepupu dan kakeknya sampai saat ini.
"Kim Yoorin? Cucu Kim Jong Woon itu?"
"ne." Jimin mengangguk pelan.
"kau tinggal dimana?"
"di rumah Kim haraboji." Jawab Jimin. Han haraboji tak tahu jika Jimin tinggal di sana, ia mengira jika Jimin hanya sengaja untuk menunggunya di depan rumah Kim haraboji di setiap harinya.

Guardian ✔️Where stories live. Discover now