Day 2, Hard Work

707 86 2
                                    

Jimin sudah siap dengan tugas pertamanya dihari kedua dia di desa. Ia berjalan ke ladang dengan sepatu boot, celana pendek denim dengan setelan kaos V neck juga topinya. Ia harus memanen 3 karung sawi putih dan juga lobak untuk dibawa ke rumah tetangganya. Sejanak ia memandang ladang yang luas di depan matanya. Tidak mudah untuk memanen 6 karung pesanan Kim haraboji itu mengingat ia yang melakukan itu sendirian, sen-di-ri-an!

“kau pasti bisa Park Jimin! Ini tidak berat untukmu. Fighting.” Katanya sedikit berteriak mencoba memangkitkan semangatnya.


Jam makan siang sudah tiba, baru saja Jimin selesai menyantap habis semua makanan yang dibawa oleh bibi Jung ke ladang tempatnya bekerja. Sawi putih? Lobak? Semua itu sudah ia kumpulkan masing-masing 3 karung dan di naikkan ke gerobak kayu yang ada di pekarangan. Baju kaos yang dikenakan Jimin terlihat basah karena keringatnya, bahkan masih bisa dilihat jelas di pelipis dan dahinya, membuat kulit pria itu nampak berkilau.

“kau sudah selesai makan?” tanya bibi Jung yang tiba-tiba saja datang.
“ne bi..” jawabnya.
“kalau begitu ayo kita bawa sayuran itu ke rumah Ny Lee. Dia pasti sudah menunggunya.”
“dengan gerobak ini bukan bi?” tanyanya memastikan.
“tentu saja. Bahumu akan sakit jika bolak-balik mengangkat 6 karung itu.” Ia terkekeh.

Jimin dan bibi Jung kini sudah sampai di depan sebuah rumah yang bertuliskan ‘Kediaman Keluarga Lee Bok Man’, jarak ke sana sekitar setengah kilometer dan ditempuh dengan berjalan kaki. Ia memang tidak harus mengangkat 6 karung sayuran tadi hanya saja mengangkut 6 karung secara bersamaan membuat otot-ototnya harus bekerja dengan keras belum lagi jika ada tanjakan, membuat wajahnya memerah untuk menarik gerobak itu.

“kajja..”

Jimin mengikuti bibi Jung masih dengan gerobak berisikan 6 karung sayuran itu. Ia melihat 2 orang wanita seumuran dengan bibi Jung (40-50 tahun) sedang asik bercengkrama ditemani teh dan cemilan manisnya.

“yaaakkk.. kalian menikmati siang ini?” ujar bibi Jung ketika mereka telah sampai di depan rumah itu.
“tentu saja. Sebelum kita bekerja bukan. Hahaha...” wanita-wanita itu tertawa.
“aigoo siapa dia?” tanya Ny Lee saat melihat Jimin yang masih asik memandangi arsitektur rumah yang tak jauh berbeda dari rumah Kim haraboji.
“nanti saja kita berkenalan dengannya.” Tegur Ny Im.
“ahh,, Jimin-ah, tolong turunkan karung-karung itu.”
“ne bi.” Sigap Jimin mengangkat satu persatu karung itu dengan pundaknya. Meletakkan di sisi kanan dari teras rumah itu.

“gomawo. Kajja, duduklah dulu. Kau pasti lelah.” Kata Ny Lee mempersilahkan Jimin untuk bergabung dengan mereka. Secangkir teh juga telah disiapan oleh sang pemilik rumah untuk Jimin.
“khamsahamnida ahjumma.” Perlahan ia menyesap tehnya. Pria itu tampak kehausan dan berkeringat.
“bersihkan keringatmu dengan ini.” Ny Im menyodorkan handuk bersih pada Jimin.
“ne, khamsahamnida ahjumma.” Balasnya.
“siapa namamu anak muda? Kau tinggal dimana? Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya di desa ini.” Selidik Ny Lee.
“ahh, Park Jimin imnida. Aku tinggal di rumah Kim haraboji ahjumma.”
“kau keluarganya Kim haraboji?” Ny Im lanjut bertanya. Jimin terdiam, tak tahu harus berkata apa.
“aniya. Dia calon menantu Kim haraboji, dia sedang ‘ujian’.” Bibi Jung menjawab.
“ohhh.. sudah lama sekali rasanya sejak haraboji menguji seorang lelaki.”
“berarti kau pacaranya Yoorin yah?” Jimin mengangguk saat ditanya hal itu oleh Ny Lee.
“aigooo, Yoorin pandai juga memilih pacar yang tampan sepertimu.” Puji Ny Lee.
“kau juga beruntung sekali jika bisa menikah dengan Yoorin, dia perempuan satu-satunya di keluarganya dan keluarga itu punya gen yang bagus. Lihatlah anak-anak Hye Min, juga putra-putra Tae Min mereka semua cantik dan tampan. Bahkan Kim haraboji saja masih memiliki aura itu padahal dia sudah tua. Hehehe..” ibu-ibu itu terkekeh.
“semoga kau lulus eohh..”goda Ny Im.
“tapi sepertinya dia pria pertama yang dibawa Yoorin ke sini. Tidak seperti Hye Min dulu yang sampai membawa 3 pria dulu baru direstui oleh Kim haraboji.” Sahut Ny Lee.
“ishh, aku masih ingat betapa appa Yoorin harus bekerja ekstra untuk mendapat restu Kim haraboji dulu. Aku tahu karena aku bersahabat dengan Hye Min. Kami biasa membawakan appa Yoorin jus dingin saat sedang di ladang secara diam-diam. Hahaha..” ia masih bercerita, Jimin pun asik mendengarkan cerita nostalgia itu.
“4 hari. Appa Yoorin harus berjuang selama 4 hari lamanya untuk itu. Tapi untung saja dia bisa menyelesaikannya, tidak seperti 2 pria sebelumnya yang sudah kabur di hari keduanya. Hahahaha..” mereka kembali tertawa lucu.
“oh ya, berapa lama ujianmu?” giliran Ny Im bertanya lagi.
“1 minggu ahjumma.”
“aigooo,, ditambah rupanya. Bersabarlah, kau pasti bisa.” Ujarnya memberi semangat pada Jimin dengan menepuk-nepuk punggungnya.
“yahh.. berjuanglah anak muda.” Sorak Ny Lee.
“ahjumma juga pasti akan membantumu Jimin-ah.” Ucap bibi Jung ikut menyemangati Jimin.
“ne. Khamsahamnida ahjummadeul.”

Guardian ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang