Agara -14

2.1K 97 2
                                    

Sedari tadi, Rara tak henti hentinya tertawa karena tingkah konyol Revan. Mulai dari Revan yang terlalu excited cerita sampe air ludahnya muncrat muncrat, Revan yang diecengin temen temen karna pake kaos kaki yang antara kaki kanan dan kiri beda warna, sampai Revan yang ga liat jalan sampe sampe nabrak pak kepsek dan kena marah. Rara bersyukur, setidaknya berkat Revan ia lupa tentang Agam.

Pelajaran kali ini Rara bolos, tentunya karena diajak Revan. Kata Revan, "sekolah tuh dibuat santai aja kali Ra, sekali kali nyekip kek, serius amat hidup Lo". Lagi pula Rara juga benci dengan mapel kali ini, jelas mapelnya adalah matematika, mapel tersulit untuk Rara ditambah lagi gurunya killer, jadi ia putuskan untuk menerima tawaran bolos dari Revan. Seumuran hidup, ini adalah kali pertama Rara bolos, pernah sih bolos, tapi karena ada hal penting seperti Rapat OSIS.

"Ra"

"Hmm" Rara menoleh kearah Revan.

"Kita baru kenal berapa hari, tapi kok gue ngerasa udah lama kenal Lo ya?"

"Entah," Rara menaikan bahunya, "mungkin kita pernah ketemu kali kak?"

"Dimana?"

"Ya mungkin di warteg, atau Alfamart"

Revan mengerakan tangan seakan mengusap jenggot, "Hmmm aku sih no"

"Paansih kak" Rara tertawa kecil.

Revan kembali fokus menyetir. Beruntung saat ini jalanan tidak terlalu padat, jadi tak perlu menguji kesabaran karena macet. Mungkin karena masih jam kerja, jadi jalanan sedikit longgar. Rara sedari tadi hanya melihat keluar jendela. Pandanganya kosong. sepertinya Rara tengah memikirkan sesuatu, mungkin Agam. Revan mengetukan jarinya beberapa kali ke-stir mobil, memikirkan hal apa yang harus ia lakukan agar Rara melupakan sejenak tentang Agam. Minimal bisa membuat Rara tersenyum sedikitlah.

Revan langsung melajukan mobilnya setelah lampu hijau menyala. Ia masih binggung harus kemana, Revan tak tau apa favorit Rara. Revan hanya pernah bertemu Rara saat diluar jam sekolah sekali, dan itupun saat Rara dan Agam tengah mampir di kedai mamanya. Yahh, akhirnya Revan mendapatkan ide.

Revan segera membuka aplikasi chatting nya, dan mengirimkan sesuatu kepada seseorang. Kemudian mempercepat laju mobilnya agar cepat sampai.

Rara yang sedari tadi melihat keluar jendela mulai heran. Sepertinya Rara pernah melewati jalan ini. Jalan yang di tepinya terdapat jajaran bunga akasia merah dan tanaman lainya.

Revan menghentikan mobilnya didepan kedai. Rara baru sadar kalau tujuan mereka adalah ke kedai milik nyokap Revan.

"Kita mau makan es krim kak?"

Bukanya menjawab, Revan malah pergi masuk duluan kedalam kedai, membuat Rara sedikit jengkel.

Rara hanya membuntuti Revan dibelakang. Mereka tidak duduk di kursi pembeli, melainkan masuk ke sebuah ruangan yang Rara yakini sebagai ruang kerja mama Revan.

Benar saja, setelah mereka masuk, terlihat wanita paruh baya berambut hitam pekat dengan mata indah bewarna coklat terang. Revan langsung memeluk wanita itu, sedangkan Rara masih berdiri didekat pintu, canggung.

"Pak abdi udah bilang kalau Revan mau kesini kan, ma?"

"Udah. Tumben kamu kesini ? Mau minta tambahan uang jajan lagi?"

Revan mengercutkan bibirnya, "ihh mama, nggak lah. Revan cuma lagi pengen aja kesini", Revan meletakan jaketnya dikursi.

"Oiya ma, Revan bawa temen Revan nih, dia suka banget sama es krim" Revan menarik tangan Rara. Rara tersenyum Canggung lalu menjabat tangan mama Revan. Mama Revan tersenyum senang ketika melihat Rara. Pasalnya baru kali ini Revan memperkenalkan perempuan. Revan juga bukan orang yang mudah akrab dengan lawan jenis, jadi maklum saja jika mamanya heran.

AgaraWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu