Agara -19

1.5K 96 5
                                    

Agam menginjakan pedal rem mobilnya perlahan-lahan dan mulai berhenti di depan rumah dengan nuansa Amerikan. Rara menatap binggung sekelilingnya. Ia kira Agam akan membawanya pergi ke tempat wisata atau ke tempat untuk menyantap hidangan. Namun rupanya tidak.

Agam mengambil benda kotak berbalut kertas kado rapi berukuran sedang dari jok belakang mobil. Sejenak ia menatap benda itu. Terlihat raut wajah Agam mulai menampakkan kesedihan. Namun sedetik kemudian Agam memejamkan mata dan berkata pada dirinya sendiri dalam hati. Terlihat seperti meyakinkan diri sendiri. Dan kemudian ia pun tersenyum. Iya, tersenyum palsu yang terlihat jelas dibuat-buat.

"Ayo, Ra" Agam mengenggam erat tangan gadis disampingnya itu.

Rumah itu lumayan besar. Ralat. Memang sangat besar. Tapi seperti tidak ada kehidupan di disana. Rumah itu sepi. Bahkan tak terdengar suara apapun, membuat derap kaki mereka terdengar jelas disana.

"Kita nggak ijin dulu sama pemiliknya, kak? Kok langsung masuk aja?" Rara terlihat binggung ketika Agam dengan santainya membuka pintu utama dan mulai menggandengnya berjalan memasuki ruangan demi ruangan.

Agam tidak menjawab pertanyaan Rara. Tapi tidak papa. Rara sudah kebal akan hal itu. Agam tidak akan menjawab pertanyaan yang baginya itu tidak memerlukan jawaban dan jawabannya akan Rara ketahui dengan sendirinya. Berarti pertanyaan Rara tentang "siapa pemilik rumah ini?" dan "untuk apa mereka disini?" Akan terjawab dengan sendirinya nanti.

Mereka sampai dihalaman belakang rumah itu. Luas dan indah. Itu kesan pertama yang Rara lihat. Sepertinya pemilik rumah ini menyukai bunga. Terlihat dari banyaknya jenis bungga yang ada disana.

Dari kejauhan, nampak seseorang paruh baya yang tengah berdiri dibelakang sebuah kursi roda. Ada seseorang yang sudah lanjut usia duduk di kursi roda itu. Otak Rara langsung berpikiran bahwa itu nenek Agam.

Agam melirik Rara sekejap. Kemudian tersenyum manis kepada Rara. Rara binggung sebenarnya. Tapi ia tetap membalas senyuman Agam dengan senyum manisnya.

Agam melepaskan genggaman tangannya dari tangan Rara. Ia mulai berjalan mendekati wanita lanjut usia tersebut. Sementara Rara masih diam ditempatnya. Ia ragu untuk mengikuti langkah Agam. Jadi ia putuskan untuk menunggu saja.

Wanita paruh baya itu sepertinya mulai peka dengan kehadiran Agam. Ia menoleh dan sedikit menundukan kepala tanda penghormatan ketika melihat Agam. Yang dibalas dengan sikap yang sama oleh Agam.

Agam memberikan isyarat agar wanita paruh baya itu pergi dari tempatnya. Meninggalkan Agam berdua saja bersama wanita lanjut usia tersebut.

Agam memeluk wanita lanjut usia dihadapannya itu dengan erat dari belakang. Membuat wanita itu terkejut. Namun raut wajahnya berubah sumringah ketika melihat siapa orang yang memeluknya. Wanita itu mengusap lembut rambut Agam. Menyalurkan kasih sayangnya.

"Kamu itu selalu saja bikin Oma kaget. Kamu mau Oma jantungan?" Kata perempuan itu. Membuat Agam tertawa kecil mendengarnya.

"Ya enggak lah Oma, masa Agam pengen Oma sakit. Gamungkin lah". Agam melepas pelukannya. Kemudian berjongkok dihadapan kursi roda wanita tersebut. Wanita itu mengenggam tangan Agam erat. Membuat Agam tersenyum.

"Kamu kapan sampai? Kamu sekarang jarang sekali main kesini".

"Agam baru aja sampai kok, Ma. Akhir-akhir ini Agam sibuk Oma. Maaf kalau ga sempat kesini. Oma?". Agam mengeratkan genggamanya.

"Andai aja dia masih ada, Oma pasti ga akan kesepian kaya gini".

Oma tersenyum hangat. "Semua itu udah berlalu Agam, jangan kamu sesali. Semua sudah diatur sama yang diatas".

AgaraWhere stories live. Discover now