Agara -25

1.2K 60 8
                                    

Sungguh, Rara masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan Gea. Meskipun Gea adalah sahabatnya, tapi tidak ada alasan untuk Rara bisa percaya langsung dengan Gea. Bisa saja Gea salah dengar, atau malah Gea membohonginya. Tapi, Gea tidak mungkin berbohong, jadi kemungkinan satu-satunya adalah Gea salah dengar. Bagaimanapun juga Rara tak boleh semudah itu percaya dengan berita yang masih simpang siur ini. Rara tidak boleh menarik kesimpulan sepihak, Ia harus menanyakan ini pada Agam. Meskipun Rara percaya Agam tidak akan melakukan hal gila seperti itu. Tapi, tidak bisa Rara pungkiri bahwa besar kemungkinan kabar Agam pacaran dengan Natha itu benar, mengingat Agam adalah Most wanted yang tentunya akan mudah menghempaskannya ketika sudah bosan dan mengantikannya dengan perempuan lain. Yang Rara harapkan saat ini hanyalah, semoga semuanya tidak benar-benar terjadi. Jika saja ini benar, maka Rara akan pergi dari Agam, selamanya.

Rara melirik arloji di tangan kirinya. Baru jam 1, dan masih lama kegiatan sekolah ini berakhir. Alasan kenapa Rara melirik arloji padahal di kelas sudah disediakan jam dinding adalah karena jam kelasnya selalu dipercepat entah berapa menit oleh teman-temannya, tentu saja untuk mengelabuhi guru, padahal mereka salalu gagal karena ada bel. 

Jam kelas masih kosong semenjak pagi tadi. Beberapa siswi yang ngerumpi di belakang kelas sepertinya sudah lelah berbicara, jadi kini Rara lihat mereka memainkan ponsel masing-masing. Begitu pula dengan siswa-siswa yang mengadakan konser di dalam kelas, kini mereka sudah pindah ke luar kelas untuk menjernihkan matanya dengan asupan vitamin A yaitu melihat ciwi-ciwi yang melewati lorong kelas mereka. Menggoda ciwi-ciwi sudah menjadi ritual wajib kaum Adam di kelas Rara, jadi jeritan-jeritan ganjen sudah terbiasa di kuping Rara. 

Jika jam kelas kosong terus seperti ini, kenapa kelas tidak di pulangkan saja. Kan lebih efisien, daripada menambah kegabutan dan pada akhirnya melakukan tindakan pemborosan berupa penghabisan kuota untuk menghilangkan gabut. 

Entah kenapa teman-teman Rara yang tadinya tenang-tenang saja memainkan handphone setelah lelah menggosip kini menatap Rara. Beberapa dari mereka bahkan berbisik pada teman sebelahnya. Rara menjadi kikuk di pandang aneh seperti itu. Rara melihat kembali penampilannya, sepertinya tidak ada yang salah. Ia meraba-raba punggungnya, tidak ada sesuatu yang aneh yang di tempelkan di punggungnya. Lalu kenapa mereka melihatnya seperti itu.

"RARA!" teriak Gea dari luar kelas. Kemudian berjalan cepat menuju bangku Rara. Wajahnya terlihat panik. Apa terjadi sesuatu ?.

"Apaansih Ge, kok Lo panik gitu? Kenapa?" Tanya Rara sedikit khawatir melihat sahabatnya panik.

Gea diam saja, sambil menetralkan napasnya yang tidak teratur dan mengatur mental untuk siap siap menyambut perubahan emosional sahabatnya.

"Ge, Lo kenapa sih? Lo bocor?" Tanya Rara sambil memutar tubuh Gea.

"Apaansih engga ya, jijik banget gue gitu" jawab Gea risih.

"Ya kali aja, habisnya Lo panik gitu"

"Ra, Lo udah buka IG?"

"Belum, emangnya kenapa?"

"Lo buka sekarang!"

"Emang ada apasih?"

"Udah cepetan Lo bukak aja Ra! Lemot banget sih"

Rara memutar bola matanya malas, kemudian mengeluarkan handphone dari sakunya. Rara membuka akun Instagram nya, dan tidak ada apa-apa disana.

"Gaada apa-apa Gea"

"Ihhh Lo buka IG-nya kak Natha, Lo liat instastory-nya"

"Nama IG-nya apaan?"

"Nathalia Geisha"

Rara mencari akun kak Natha seperti yang disarankan oleh Gea. Rara tidak mengikuti akun tersebut. Beruntung akunnya tidak di privasi, jadi Rara bisa melihat instastory-nya.

Kak Natha ini ternyata termasuk orang yang rajin membuat snapgram. Buktinya snapgramnya Sekarang sudah hampir mirip kereta. Rara melihat postingan instastory-nya satu persatu. Tidak ada yang aneh, mungkin hanya terlihat sedikit alay karena terlalu mengekspos kesehariannya.

Mata Rara seketika membelalak kaget setelah melihat postingan terakhir. Disana terdapat foto kak Natha yang sedang bersandar di bahu seorang cowok, dan dengan menandai kak Agam. Yang lebih mengejutkan lagi adalah caption yang di cantumkan di dalamnya yang mengatakan bahwa kak Agam adalah pacarnya.

Tangan Rara masih gemetar memegang handphonenya. Rara masih mengamati detail foto itu. Foto itu tidak editan, Rara tau itu. Tapi kenapa? Kenapa kak Agam tidak menolak saat dia digunakan sebagai sandaran seorang cewe yang bukan pacarnya, bahkan teman dekatnya pun bukan. Apalagi dengan caption seperti itu, sudah menandakan kalau mereka benar benar pacaran. Yang dikatakan Gea tadi benar adanya. Dan tidak bisa Rara pungkiri bahwa foto itu membuat hati Rara sakit. Mungkin jika itu benar adanya, Rara tidak hanya akan sakit hati, tapi akan hancur sehancur-hancurnya karena sudah meletakan harapan dengan orang yang salah. Rara masih tidak percaya Agam melakukan hal itu.

Gea megusap lembut punggung Rara, menguatkan hati sahabatnya. Jelas saja bahwa Gea ikut sedih melihat Rara seperti ini. Rara tak pernah se-sedih ini ketika di sakiti oleh orang yang di cintainya. Tapi sekarang Rara beda. Gea tau Rara sudah terlalu dalam mencintai Agam, meskipun Rara tak pernah mengakui itu.

"Udah Ra, jangan sedih dong. Bentar lagi kan kita pulang. Mendingan Lo tanyain langsung deh ke kak Agam nya. Udah jangan di pikirin dalem-dalem ya" Saran Gea menenangkan Rara.

Rara masih tidak habis pikir dengan kenyataan tadi. Jikalaupun Agam tidak benar-benar berpacaran dengan kak Natha. Lalu kenapa Agam tega memberikan sandaran yang harusnya untuk Rara kepada kak Natha. Hal itu tentu saja membuat Rara sakit hati. Apa Agam tidak memikirkan perasaan Rara ?

Atau memang Agam tidak pernah peduli dengan perasaan Rara?.


🌛 Agara 🌛

Nb : maafkan author yang update nya ngaret hehehe.

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan :)

AgaraWhere stories live. Discover now