01. Bapak-bapak Kurang Ajar

3K 243 10
                                    

Hari ini seperti biasanya -Kim Dahyun, gadis berumur sembilanbelas tahun itu tengah fokus menatap layar monitornya sambil memegang beberapa barang belanjaan milik pelanggan dari keranjang dan menyatukan barcode dengan mesin penghitung otomatis.

Ya, selamat datang di Kimmart's, ini adalah tempat distribusi ritel. Tempat di mana untuk membeli semua barang kebutuhan dan segala macam keperluan secara eceran dengan harga terjangkau ada disini. Seperti mini market pada umumnya, Alfamart, Indomaret, Ceriamart, Mitra Nusa, Alfa Midi, dan lain-lain. Tidak, itu hanya penggambarannya saja. Gadis itu melabeli marketnya sendiri dari nama keluarganya.

Pasalnya mini market seluas delapan kali sepuluh meter persegi itu miliknya yang sudah paten, mini market ini dibuka atas keinginannya menjadi penghitung kasir yang handal, karena sejak kecil dia memang senang sekali bermain dengan mesin kasir walaupun hanya replika saja pada saat itu.

Kini impiannya tercapai saat sang ayah membuatkan mini market untuk dikelolanya sendiri, walaupun sulit mengelola sebuah mini market tapi jika ditekuni itu tak sesulit yang orang lain kira.

Tidak mempekerjakan pegawai mana pun, dia hanya melayani semua pelanggan sendirian, cukup kualahan memang tapi itu menyenangkan. Menghitung uang, barang, dan bersih-bersih sendirian.

Memang ini sudah waktunya Ia melanjutkan pendidikannya di dunia perkuliahan, tapi dia sedang ingin istirahat setelah kelulusannya tahun lalu, walaupun ayahnya selalu memaksanya untuk terus melanjutkan pendidikannya tapi sejujurnya, dia lebih senang jika berkutik di depan mesin penghitung ini seharian.

Mini marketnya sekarang sedang ada diwaktu renggang tidak terlalu ramai, namun hanya ada satu pembeli yang sedang memilih barang-barang belanjaannya di sana. Pakaiannya cukup kasual saat mendekati meja kasir sambil membawa keranjang belanjaannya, dia menaruh barang-barang itu di atas sana.

"Ini aja?" Tanya Dahyun.

Lelaki itu hanya bergumam, mengiyakan pertanyaan Dahyun. Gadis itu lantas menghitung belanjaan yang dipilihnya, dia sendiri terus mengulas senyum ramah saat menghitung barang-barang itu, agar pelanggan tidak kapok untuk datang kemari, karena baginya kepuasan pelanggan adalah prioritas utama.

Dahyun sesekali melirik pemuda itu. Lelaki itu lumayan tampan, tapi dia sepertinya adalah seorang ayah.

Padahal wajahnya jelas tidak terlihat seperti seorang ayah, dia cukup muda untuk mengambil peran itu. Mungkin karena pakaiannya yang menutupi, namun belanjaan yang dibelinya menggambarkan bahwa dia seorang kepala keluarga yang membeli dua kotak susu formula, sekotak makanan bayi, dan satu pack besar popok ukuran M.

"Totalnya jadi duaratus sembilanpuluh limaribu limaratus rupiah." Ujar Dahyun sembari memberikan bingkisan itu padanya.

Lelaki itu mengeluarkan dompetnya dan mengambil tiga lembar uang seratus ribuan di sana lalu memberikannya pada si pemilik mini market.

"Uangnya tigaratus ribu rupiah ya," Dahyun mulai memainkan keyboard komputernya dan meng-input sejumlah uang yang masuk, "Kembalinya empatribu lima ratus rupi-"

"Ambil aja kembaliannya." Ujar lelaki itu memotong pembicaraannya dan langsung membawa pergi bingkisannya dari sana.

"Tapi, Pak!" Gadis itu terdengar memanggil.

Tapi lelaki itu memilih bergegas dan langsung membuka pintu kaca toko seraya mengabaikannya.

"Selamat berbelanja kembali!" Seru Dahyun pada orang yang sudah berada diluar pintu tokonya, lelaki itu tidak menatap Dahyun dan hanya terus berjalan menjauh tapi tangannya terangkat membentuk kata 'ok' dibalik sana.

Mini Market ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang