★ Trouble!Reader x Akashi

3.6K 392 57
                                    

"[Name] setelah jam sekolah berakhir, kau harus ke ruanganku".
Suara baritonya membuatku bergidik ngeri; Perlahan dia berbalik dan berjalan pergiㅡmenjauh.

Rasanya ingin tenggelam di dasar laut, ini lah yang terjadi jika berbuat masalah dengan sang ketua Osis Rakuzan yang terkenal akan kekejamanyaㅡralat. Maksudku ketegasanya.

Tersebutlah ia sang emperor andalan klub basket Rakuzan. Akashi Seijuro, lelaki tampan dambaan wanita. Siapa sangka dirinya menjadi sosok disegani di Rakuzan.

Dan sekarang aku berada dalam masalah denganya; tentu saja akibat keteledoranku.

Call me Sei!
Trouble!Reader x Akashi
.
.
.
650 word

~Reader PoV~

"[Name]!! Kau melamun lagi!"
Suara nyaring [Fr/N] membuyarkanku; sedikit kaget mungkin?

Mengatur napas, mencoba menatap fokus ke manik [Fr/N] yang sejak tadi menunggu respon dariku.

"Aku tidak melamun, hanya sedikit berfikir daㅡ"

"Apa kau masih khawatir tentang kejadian tadi pagi?"
BOOM!
Dia bisa menbaca pikiran atau apa? Faktanya memang aku memikirkan hal bodoh itu.

"Y-ya~ begitulah, aku hanya sedikit menyalahkan kecerobohanku. Kau pikir saja, betapa bodohnya aku menumpahkan Ice Tea ke wajah nyaㅡ ta-tapi tenang saja aku sudah tidak peduli apa yang akan Akashi lalukan padaku". Ulasku dengan bangga ; atau menutupi kekhawatiran.

Ekspresi [Fr/N] mengisyaratkan bahwa dia tau kebohongan perkataan tadi, kalau boleh berteriakㅡjujur aku sangat takut bertemu denganya.

"Hum! [Name] tenang saja aku akan membantumu!"

Sekilas harapan terlintas di mataku.
"Benarkah??"

"Ya! Jika Akashi itu membunuhmu, aku akan membantu menguburkanmu"

Temen Bangs*t

Pipiku menggembung, menahan kekesalan kecil. Tapi, bagaimanapun itu hanya candaan bukan? [Fr/N] yang menertawaiku kini diam; disusul wajah ketakutan.

"Ano? kau kenapa?"
.
.
.
Tik tok tik tok
.
.
.
"NAME? Bukankah sudah kukatakan pergi ke ruanganku? Apa kau melawan?"
.
.
Oke gua ngerti kenapa lu diem.

Sejak kapan akashi memiliki hawa keberadaan yang tipis? Sepertinya dia terkontaminasi Kuroko.

Bangun; mengikuti arah jalan sang pemilik crimson hair. Hanya satu kata yang terlintas di otak.

Rest in Peace, Name.

Pintu tkp terbuka lebarㅡ cahaya senja memenuhi penjuru dinding ruang osis. Pandanganku menangkap sebuah pemandangan eksotis bernilai milyaran.

Disana ia, wajahnya terpapar sinar senja, maniknya tajam berkilauan. Akashi menjadi sosok yang saat indah saat iniㅡselamanya bagiku. Bagaimana mungkin seorang hitler bisa terlihat indah bagai monalisa?

"Mau sampai kapan kau memperhatikanku?" Deep voice elegan-nya memfokuskan diriku untuk meresponnya. Andai saja aku dapat mengabadikan pemandangan ini. Seperti orang bodoh saja...

"A-ano maaf akashi-kunㅡ da-dan soal
Ice Tea aku sungguh menyadari kecerobohan ku"

"Dan?" Akashi masih bertanya, sungguh aku tak mengerti maksudnya.

"A-aku siap untuk dihukum"
Manik akashi memperlihatkan kepuasan, mungkin itu jawaban yang akashi inginkan. Aku tarik kembali soal keindahan nya, Hitler akan tetap menyeramkan.

"Baiklah jika itu maumu, [Name]"
Akashi bangkit; berjalan kearahku yang masih membeku di pintu. Tanganya bersembunyi di saku. Uh, sampai saat ini dia tetap terlihat tampan.

Kepalaku mengadah, menyadari jarak tak lebih dari satu langkah.

"Akashi-kun?"

"Sei, panggil aku Sei. Hentikan panggilan formalitas itu"

Apa maksudmu, Akashi?

"Sudah kukatakan untuk memanggilku Sei. Dan aku tidak bermaksud apapun. Ini hanya perintah mutlak"

"Hei, kauㅡ" jawabanya sontak membuatku kaget.

"Dan aku tidak bisa membaca pikiran, jangan bodoh"
Akashi sukses membuat ku terdiam. Tangan yang sebelumnya berada disaku kini beralih berada di sisi kanan dan kiriku.

Jadi ini rasanya di kabedon cogan?

Manik akashi terfokus padaku. meciptakan suasana canggung; dan.. kau pasti mengerti.

"[Name]"

"Ya, Sei?" Aku mengerjap kaget.

"Cium aku"

"APA?! Tidak bisaㅡmustahil"

"Kenapa tidak?"

"Aku tidak bisa!"

"Tetapi aku bisa"
Seketika, semuanya terasa cepat. ia mengangkat dagukuㅡjarak kami menipis; bahkan aku bisa merasakan hembusan nafas teraturnya.

Kurang dari 5 cm, sampai akhirnya aku merasakan bibir akashi. Ciuman tanpa nafsu. Akashi mendorong tengkuk-ku; memperdalam ciuman. Kesunyian tercipta, perlahan terdengar suara angin menyeruak masuk dari jendela.

Pemilik crimson hair itu melepas ciuman; meninggalkan benang saliva diantara kami. Membiarkan jantung ini berdebar tak karuan.

Ia tersenyum, seperti mendapat mendali atas kemenanganya.

"[Name], hukuman selanjutnya kau harus menjadi milik-ku"

"Hingga saatnya kau menjadi seorang Akashiㅡteruslah bersamaku, tak ada bantahan karena aku Absolute"

.
.
.
.
" Sinar senja menyeruak masuk, disanalah kau menjadi seseorang yang berharga bagiku "

Fall in Love with You [Akashi x Reader] OneShot!Where stories live. Discover now