3

13.8K 626 25
                                    

13.00

Waktunya pulang. Aku menunggu Kak Hendra di depan kelasnya. Kami selalu berangkat dan pulang sekolah bersama-sama.

Tak menunggu lama, Kak Hendra pun keluar dari kelasnya. Dia bersama beberapa temannya sedang asyik ngobrol, yang entah aku tak tahu apa topiknya.

"Kak pulang yuk" ajak ku.

"Tungguin gue mau main basket sore ini. Lu lupa ya?"

'Astaga aku lupa kalau hari ini jadwalnya Kak Hendra main basket. Duh padahal pingin cepet-cepet pulang'

"Maaf kak, aku lupa"

Sebenarnya aku ingin cepat pulang. Aku sangat lelah dan ingin segera berbaring di atas kasur kesayanganku.

***

Aku pun mengikuti Kak Hendra dengan teman-temannya ke lapangan basket. Aku merasa minder berjalan dengan mereka. Bagaimana tidak, postur tubuh mereka yang tinggi dan tegap karena olahraga basket membuat mereka tampak keren.

Sedangkan aku yang biasa-biasa saja dan cupu ini tak ada nilainya sama sekali. Apalagi Kak Hendra, wajahnya yang bersinar di tengah teman-temannya bak aktor internasional saja.

Aku menunggu di kursi taman dekat lapangan basket, sedangkan Kak Hendra dan teman-temannya sedang berganti pakaian di ruang ganti.

"Hei! Kamu nunggu Hendra lagi ya?"

"Ehhh!! Duh kaget. Iya kak"

"Hehehe kamu gitu aja udah kaget sih"

Bagaimana tak terkejut saat asyik melamun lalu ada seseorang yang menepuk pundakmu cukup keras.

Untung bukan sosok hantu yang membuatku terkejut, tapi Kak Roy si tampan yang senyumannya bak malaikat dari surga.

"Kakak hari ini latihan juga ya?" tanyaku.

"Iya nih mau tanding sama kakak mu" jelasnya.

"Oh... Ya udah semangat ya kak" basa-basiku. Jujur saja aku tak tahu harus bicara apa, aku tak pandai dalam hal mengobrol.

"Hahaha makasih ya"

"Heh! Asyik bener lu. Mana minuman gue?"

Seketika momen yang tadinya manis menjadi pahit saat dia datang. Hmm.

"Ah iya kak maaf lupa. Bentar ya aku beliin di kantin"

"Lupa mulu sih. Masih muda udah pikunan"

"Eitsss santai dong bro. Kaku amat sih lu sama adek sendiri" bela Kak Roy.

Suasana ini benar-benar membuatku canggung. Di satu sisi aku memang salah karena aku pelupa (efek lelah). Di sisi lain aku senang ada seseorang yang membelaku.

"Eh eh udah nggak apa-apa kok Kak Roy emang aku yang salah. Mending kalian pemanasan dulu deh. Jangan pemanasan kayak gini ya"

Akhirnya mereka berdua mampu ku lerai. Kak Roy meninggalkan kami berdua dan mau mendengarkan kata-kataku.

"Lu ngapain sih ngobrol sama cowok bangsat kayak dia?"

Pelangi SegitigaWhere stories live. Discover now