14

10K 474 13
                                    

Suasana canggung menghiasi sarapan pagi ini.

Sebenarnya hanya aku yang merasa canggung.

Bagaimana tidak, tadi pagi aku tidur dalam pelukan kakak tiriku. Dan sekarang dia dengan santainya seolah-olah tidak terjadi apapun.

"Rumah sepi ya?" tanyanya padaku.

"Iya kak"

"Ditambah lu dari tadi diem mulu. Biasanya juga bawel"

"Mana pernah aku bawel?"

"Tiap hari"

"Nggak lah. Itu cuma perasaan kakak saja. Padahal aku kan anaknya kalem dan pendiam"

"Tuh kan udah mulai"

"Hmmm ya kakak tuh yang godain"

"Kakak kenapa lihat aku seperti itu dari tadi? Aku jadi nggak nyaman sarapan"

"Nggak boleh gue lihatin adik gue sendiri?"

Aku semakin kikuk dengan tatapan Kak Hendra yang sayu tertuju padaku.

Konsentrasi sarapanku pecah akibat ulahnya pagi ini. Benar-benar tak seperti biasanya.

***

Libur sekolah telah usai. Waktunya kembali ke rutinitas yang melelahkan.

Namun hari-hari yang seperti biasa disekolah, mendadak berubah bagiku.

Sejak aku dan Kak Hendra masuk gerbang sekolah, ada beberapa bisikan-bisikan yang sedang membicarakan kami.

Entah apa yang sedang mereka bicarakan. Aku tak mau gegabah sebelum aku dapat membenarkan bahwa mereka sedang membicarakan kami.

Tapi di dalam kelas aku mendapatkan satu hal yang bisa memperjelas keadaan.

Semua teman di kelasku memberikan tatapan sinis untukku. Tapi tetap saja aku belum tahu apa alasan dibalik itu semua.

Sampai aku bertanya pada teman sebangkuku, Deva.

"Dev apa ada yang aneh denganku?"

"Maaf Ben mending kita sekarang nggak usah bicara lagi ya"

"Maksudmu? Eh terus kamu mau kemana?"

"Aku nggak bisa jelasin. Sekarang aku mau duduk sama Vino saja di belakang. Maaf Ben"

Aku tidak mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi di sini.

'Apa hari ini aku sedang ulang tahun? TIDAK! Ulang tahunku masih 3 bulan lagi. Dan ini terlalu cepat untuk dirayakan'

Bisikan demi bisikan membuatku pusing di dalam kelas. Was wes wos yang bertebaran seakan menamparku dengan keras. Padahal aku masih belum tahu apa topik yang sedang dibicarakan.

Sahabat sebangkuku saja tidak bisa memberitahuku dan sekarang dia memutuskan untuk pindah ke bangku belakang.

Jam istirahat berdering.

Aku buru-buru keluar, setidaknya aku dapat menghirup udara dengan lega.

Tidak lama aku melihat Kak Hendra juga keluar dari kelasnya.

"Kak!!" sapaku.

"Kak ke kantin yuk" ajakku.

Kak Hendra tidak merespon sama sekali.

"Kakak kenapa?"

Yang aku lihat dia nampak muram dan tatapannya kosong namun otot-ototnya menegang seperti sedang panik.

Kemudian Kak Hendra memberiku sepucuk surat.

Ku baca dengan seksama dan aku tahu alasan mengapa Kak Hendra seperti ini.

Surat itu adalah surat dari guru BP yang meminta kehadiran orang tua ke sekolah.

"Kakak ada masalah apa?" tanyaku panik campur khawatir.

"Nggak mungkin, itu semua nggak mungkin!!"

"Tenang dulu kak. Ada apa sebenarnya?"

"Gue, gue dituduh. Gue difitnah!"

"Dituduh apa? Lalu siapa yang mefitnah kakak?"

"Gue dituduh bawa narkoba di sekolah! Gue yakin kalau ini ulah si BAJINGAN!"

"Astaga! Kakak serius?"

"Emang lu pikir gue lagi bercanda hah!?"

"Iya iya kakak tenang dulu. Kakak jangan gegabah dan emosi. Kita harus cari bukti kalau semua tuduhan itu tidak benar"

"Tapi gue heran, barang haram itu ada di tas gue"

"Ya Tuhan. Kak apa kita harus bilang ayah dan ibu tentang masalah ini?"

"Sementara jangan dulu. Gue takut pekerjaan ayah jadi terganggu"

"Lalu bagaimana kita tahu siapa pelakunya?"

"Gue bakal pikirin itu. Lu percaya kan sama gue?"

"Kakak jangan khawatir. Kakak harus tenang. Kalau memang tidak salah jangan takut. Aku selalu di samping Kak Hendra"

Ku genggam kedua tangannya untuk menyalurkan kepercayaanku padanya.

Bersambung

Maafkan kalau updatenya sangat lama ya dan pendek hehe~

Karena saya sedang disibukan dengan tugas kuliah yang menumpuk huhuhu maklum semester tua T_T

Semoga kalian masih sabar menunggu kelanjutannya ^^

Pelangi SegitigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang