17

10.4K 438 31
                                    

Kini aku di kamar hanya berdua dengannya. Suasana hening menyelimuti ruang itu. Hanya lampu tidur yang menyala redup menemani kami berdua.

"Kak"

"Iya"

"Aku senang sekarang kakak menjadi sangat baik padaku. Tapi aku masih heran kenapa kakak bisa berubah seperti ini"

"E-emm"

"Apa itu sebuah jawaban?"

"Kamu benar-benar butuh sebuah jawaban?"

"Iya"

"Kamu yakin?"

"Tentu saja. Tidak ada alasan untuk menjawab tidak bukan"

"Baiklah. Jadi ini alasannya ..."

Perlahan wajah Kak Hendra mendekat ke arah wajahku. Tidak, bukan itu. Tapi bibirnya. Bibirnya semakin dekat dengan bibirku.

Sensasi lembut saat pertama kali bibirku menyentuh bibirnya. Bibir Kak Hendra mulai berdansa dengan bibirku.

Aku semakin menikmati apa yang ia lakukan padaku. Entah tubuhku tak mau menolaknya. Aku semakin masuk dalam pelukannya.

"Itu jawabannya"

"Aku senang. Dan aku akan lebih senang jika ada jawaban tambahan" rayuku.

Kak Hendra semakin menjarah bagian tubuhku yang lain. Leherku. Putingku. Perutku, yang membuatku menggelinjang kegelian.

Aku baru sadar jika aku sudah telanjang bulat sekarang. Tak ada sehali benangpun singgah di tubuhku.

Aku tahu, aku pernah melakukan hal ini dengan Roy. Namun Kak Hendra memperlakukanku dengan lembut dan kasih sayang. Itu yang aku suka. Maka dari itu aku rela menyerahkan tubuhku dan membuatnya bahagia.

Kini posisi Kak Hendra sedang berbaring, menyuruhku untuk mengulum batang kejantanannya.

Astaga itu lebih besar dari milikku bahkan dari Roy juga.

Tangan mungilku saja tak mampu menggenggam penuh lingkar penisnya.

Coklat dan besar. Kuat dan sedikit berurat. Bersih dan wangi. Benda ini benar-benar membuatku gila.

Setelah ku basahi penisnya, dia menuntunku untuk duduk di atas penisnya.

Takut? Tentu saja. Benda sebesar itu akan masuk dalam lubangku.

"Kalau kamu takut dan nggak mau, bilang aja" bisiknya.

"Tidak. Aku ingin melakukannya"

Pelan-pelan dia mengarahkan penisnya ke lubangku. Baru kepala penisnya saja aku sudah mengerang.

Aku tidak mau menyerah. Aku basahi lagi dengan ludahku agar masuk dengan mudah. Dan akhirnya semua masuk ke dalam lubang kehangatanku.

Aku salut dengan Kak Hendra yang menurutku tidak hanya jago memasukan bola dalam keranjang saja, tapi juga bisa memasukan penisnya dengan pelan.

Waktunya aku bekerja. Aku mulai menaik-turunkan pantatku dengan pelan. Membuatnya menjadi keenakan dengan servis yang ku berikan. Melihatnya senang, aku juga ikut senang.

Hampir 20 menit aku melakukannya dengan erangan kenikmatan serta dibalut keringat kami, Kak Hendra mulai bereaksi lebih ganas. Aku rasa dia akan segera memuntahkan sesuatu.

Yap benar. Erangan Kak Hendra semakin keras dan sampai puncaknya. Penisnya dimasukan semakin dalam dan ditahannya ke atas. Aku bisa merasakan ada sebuah cairan yang menembak dinding anusku.

Kak Hendra mengeluarkan penisnya yang dibaluri dengan cairan licin. Anusku juga mengeluarkan cairan putih kental yang lumayan banyak.

"Ahhh~"

"Maaf aku nggak bermaksud untuk melakukan ini"

"Sssttt. Aku nggak keberatan kok. Malah aku senang kalau kakak senang"

"Entah bagaimana bisa ini terjadi. Harus kamu tau, sejak kejadian beberapa minggu yang lalu, aku sudah menyimpan rasa padamu. Tapi aku masih ragu dan bingung dengan rasa apa yang aku dapatkan ini"

"Dulu kakak sangat membenciku. Dan itu sangat membuatku takut berdekatan dengan kakak. Tapi sekarang aku tidak perlu takut lagi bukan? Aku kini merasa aman dan nyaman berada di sisi kakak"

"Maafkan aku yang dulu. Aku sangat menyayangimu. Aku sangat mencintaimu. Aku mohon selalu di sampingku seperti ini. Janji?"

"Janji"

Bersambung

Pelangi SegitigaOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz