6

12.1K 599 28
                                    

Hari ini merupakan hari penting bagi Kak Hendra.

Pertandingan basket antar sekolah telah dimulai. Dan sekolahku menjadi tuan rumah atas pertandingan ini.

Sekolahku semakin penuh dengan datangnya suporter dari sekolah lain. Sorak-sorai dari tim hore tak kalah memeriahkan acara ini.

Di balik kemeriahan acara ini, wajah Kak Hendra menjadi pucat pasi. Belum bertanding namun keringatnya sudah keluar sebesar biji jagung.

"Kak, kakak nggak apa-apa?"

"Hm" jawabnya kaku.

"Kakak lagi sakit kah? Kenapa kok pucet begitu?"

"Diem ah. Gue lagi mikir gimana bisa menang kalau setim sama si bangsat itu"

Karena dalam sekolah kami mempunyai 2 tim basket, guru olahraga kami memutuskan untuk menggabungkan beberapa anggota.

"Kakak kan hebat. Kakak pasti menang kok"

"Semangat lu ga bakal bisa bikin gue termotivasi tau?"

"Pokoknya gue harus lebih unggul dari dia" imbuhnya.

"Ya udah kalau gitu kakak makan coklat ini dulu ya. Coklat bisa nurunin tingkat stres loh"

"Kalau gue gendut dan nggak bisa lari gara-gara coklat ini gimana? Mau tanggung jawab?"

"Hmm makan secuil nggak langsung jadi gendut lah kak. Ya udah kalau nggak mau. Biar aku makan aja"

"Ya udah sini bagi dikit"

"Nih~ aaa"

"Gue bisa makan sendiri!"

"Hehehe"

***

Di sisi lain ku lihat ada Kak Roy yang sedang berkumpul dengan gengnya.

Saat sedang asyik memandanginya dari kejauhan tiba-tiba dia menatapku dan memberi senyuman khas miliknya.

Spontan diriku menjadi kikuk dibuatnya.

Kak Hendra yang mengetahui gelagatku, langsung saja aku kena semprotnya.

"Heh! Ngapain lu?"

"Ah enggak kok"

*PRIIIT PRIIIT*

Wasit membunyikan peluitnya, pertanda pertandingan akan segera dimulai.

Kak Hendra bangun dari duduknya dan segera maju ke tengah lapangan.

Namun sebelum ia maju, ku raih tangannya dan ku beri semangat sekali lagi. Walaupun semangatku tak akan berguna, katanya.

"Kak percaya aja pasti kakak bisa. Aku berdoa buat kakak" serta ku berikan senyuman terindah untuknya.

Yang membuatku lebih senang, saat ku genggam tangannya, dia turut menggengam tanganku dengan erat. Seperti dia telah menemukan rasa semangatnya.

***

Sudah beberapa menit pertandingan berlangsung. Dan tim lawan lebih unggul. Cukup sengit memang.

Yang ku tahu, tim lawan sudah mendapat juara berkali-kali dalam beberapa ajang tingkat nasional.

*PRIIIT PRIIIT PRIIIT*

Pelangi SegitigaWhere stories live. Discover now