16

11.1K 478 54
                                    

"Kak, ayah dan ibu besok sudah pulang"

"Iya gue juga udah tau"

"Lalu suratnya bagaimana?"

"Bakal gue kasih ke ayah"

"Kakak serius?"

"Iya"

"Kakak nggak takut kena marah ayah?"

"Tenang. Selama kita benar, nggak perlu ada yang ditakutkan"

Keyakinannya membuatku semakin was-was.

"Gue mau keluar sebentar"

"Kemana?"

"Ketemu sama Bagas"

"Aku boleh ikut?"

"Nggak usah. Gue cuma perlu ngobrol empat mata aja"

"Emmm. Ya sudah hati-hati di jalan. Kabari kalau ada apa-apa ya"

"Iya"

Semakin kencang jarum jam berputar, semakin penat aku menanti Kak Hendra.

Bilangnya hanya sebentar, namun sudah lebih dari dua jam aku menunggunya pulang.

Malam semakin larut dan Kak Hendra juga belum pulang.

Ku telepon tak ada satupun yang dijawab. Bagaimana tak cemas :(

Aku tidak bisa tidur. Aku menunggunya dengan duduk di ruang tamu. Itu pun aku masih tak nyaman.

Akhirnya tepat jam 12 malam dia pulang.

Aku mengecek seluruh sudut tubuhnya tidak ada memar atau bekas luka sama sekali.

Aku coba mencium aromanya juga tidak ada sisa bau alkohol.

"Katanya sebentar. Tapi..."

Tangisku pecah. Aku juga tidak tahu kenapa aku menangis waktu itu. Yang aku rasakan adalah senang dan sedih bisa melihatnya kembali di depan mataku.

"Lah kenapa nangis?"

"Masih nanya kenapa nangis? Kakak ini bodoh ya? Aku nunggu berjam-jam. Aku telepon tapi satupun nggak diangkat. Bagaimana aku tidak khawatir? Hiks"

"A-ah iya maaf. Mobilku tadi mogok dan baterai handphone-ku menipis jadi aku gunakan untuk hal-hal penting aja seperti telepon bengkel yang dekat situ"

"Lalu aku ini nggak penting kah? Sampai ngabari yang seperti itu saja nggak bisa?"

"Iya aku minta maaf aku salah. Nih kamu bisa cek nota dari bengkel tadi. Aku harus ganti beberapa mesin yang rusak"

"Udah udah nggak usah nangis lagi" imbuhnya.

Yang baru saja ku sadari

'Aku'

'Sejak kapan dia menggunakan kata 'Aku'? Ah iya sejak tadi. Tapi apa benar? Bukan aku salah dengar kan?'

"Kakak tadi pakai kata 'Aku Kamu' ya?"

"Iya. Kenapa?"

"Nggak seperti biasanya"

"Memangnya seseorang nggak boleh berubah menjadi lebih baik?"

"Boleh kok. Malah aku senang kalau kakak pakai kata-kata itu"

"Senang kenapa? Itu kan cuma kata-kata biasa"

"Entah. Tapi aku merasa jauh lebih dekat karena kata 'Aku Kamu' dari kakak"

"Dasar lebay"

"Hiiih bukan lebayyy. Oh ya gimana sama Kak Bagas?"

"Iya tadi aku ketemu dia. Dia nggak banyak bicara seperti biasanya"

"Pasti ada yang sudah terjadi dengan Kak Bagas"

"Aku juga mikir seperti itu. Tadi aku menanyainya tentang masalah yang sedang terjadi. Dia cuma bilang kalau nggak tau apa-apa dan itu bukan kesalahannya"

"Bukan kesalahannya?"

"Iya. Bingung kan?"

"Iya aku bingung. Kenapa dia langsung bilang seperti itu ya?"

"Entah. Setelah ku tanyai seperti itu dia seperti tidak nyaman dan buru-buru pergi. Alasannya karena ada urusan mendadak"

"Kalau menurutku gelagatnya sangat mencurigakan"

"Aku hanya sedih sahabatku berubah dan menjauhiku seperti ini dan saat aku sedang terkena musibah"

"Sabar. Masih ada aku yang percaya sama kakak"

"Iya makasih. Ngomong-ngomong kamu belum tidur jam segini?"

"Huh nanya lagi. Gimana mau tidur kalau kakak sendiri belum pulang dan buat khawatir" (kezel tauk)

"Hehe maaf maaf. Ya sudah mau ku temani tidur?"

"Nggak usah!"

"Yakin? Gimana nanti kalau ada hantu atau monster?"

"Kak, aku bukan anak kecil yang kemakan cerita tentang monster ya. Lagian kalau masalah hantu-hantuan, kan kakak tuh paling penakut. Hahaha"

"Oh gitu yaaa minta dikasih pelajaran nih anak udah berani sama kakaknya"

"Wleee wleee" :p

"Sini kamu!!"

"Ahhh jangan tarik-tarik gitu dong. Ihh sakit tau"

"Pokoknya kamu harus tidur di kamarku malam ini"

"Nggak mauuu"

"Nggak ada yang bisa nolongin kamu, di rumah ini cuma kita berdua aja hahahaha"

"Hiiii tolong aku mau dimakan monster!!!"

*BRAK!!* *KLIK*

Bersambung

Pelangi SegitigaWhere stories live. Discover now