Part 3 {Mereka Berbeda!}

30.2K 1.8K 74
                                    

"Oh ayolah tak usah sepanik itu! bukankah kau senang mendengar kabar baik ini? Kau sangat beruntung mendapatkan suami sepertiku! Dari puluhan wanita yang berlomba untuk mendapatkanku bahkan kau tak perlu bersusah payah mendapatkannya. Karena dengan senang hati aku akan memilihmu,"

Seza memutar bola matanya jengah. Omongan Mario benar-benar kelewat percaya diri. Apa yang bisa dibanggakan dari pria yang banyak bicara sepertinya?

Lalu bagaimana cara Seza bisa terbebas dari perjodohan konyol ini?
Seza tak bisa membantah keinginan orangtuanya. Seza tak mau mengecewakan mereka lagi.

Apa Seza harus menerimanya?

***

Sejak tadi Seva terlihat tersenyum-senyum sendiri, sementara Seza terlihat cemberut berat.

Entah mengapa sikap mereka membuat kedua orangtuanya terheran.

"Seva kenapa? Kok sejak tadi Mama perhatikan kamu senyum-senyum sendiri?"

Seva yang tersadar langsung salah tingkah.

"Seva lagi bahagia banget, Mama."

"Oh, ya?"

"Seva seneng banget di jodohkan dengan Romeo! Dia itu benar-benar bikin Seva merasa jadi Juliet!" Seva tersenyum lebar. 

"Memang apa yang dia lakukan?" sahut Papa Yofi, kepo.

"Semalam dia mengobati kaki Seva. Dia melakukannya dengan lembut. Dia juga menyuruhku untuk tidak berteriak saat dia sedang mengobati. Dia bilang suaraku terlalu berharga untuk dibuang percuma. Jadi dia nyuruh aku diam saja." Seva tersenyum mengingat kejadian semalam.

"Romeo nggak banyak omong sih. Palingan hanya mengangguk atau geleng saja kalo Seva bertanya sesuatu padanya. Dia juga nyuruh Seva buat istirahat dan cepat tidur. Selain itu dia juga nyuruh Seva untuk tidak memakai heels jika ingin cepat sembuh. Romeo itu beneran perhatian banget sama Seva!"

Papa dan Mama nampak bahagia mendengar celotehan putrinya. Berarti soal perjodohan Seva dan Romeo terbukti lancar. Sekarang yang harus dipertanyakan adalah bagaimana tanggapan Seza mengenai pasangannya itu.

"Za. Menurut kamu Mario itu orangnya bagaimana?"

Seva spontan menoleh mendengar pertanyaan Papanya.

"Maksud papa?" tanyanya bingung.

"Sifat dan karakternya" sahut Papa  sambil tersenyum simpul.

Seza mendengus. Teringat Mario dia jadi kesal.

"Cukup menjengkelkan" jawab Seza tak acuh sembari mengoleskan selai nanas dirotinya. Sama sekali tak peduli dengan tampang cengo tiga orang disekelilingnya.

"Oh ya, Kemungkinan Seza terlambat pulang malam ini. Papa sama Mama jangan khawatir. Seza janji bakalan pulang tapi agak lambat dari biasanya," ujar Seza lagi mengalihkan perhatian.

"Memangnya kamu mau kemana?" tanya Mama.

"Tiga hari lagi Seza bakalan tanding, jadi harus latihan dengan maksimal." jawab Seza sambil mengigit roti nanasnya.

"Jadi kamu belum keluar, Za?!" Tanya papanya nampak kesal.

Seza mengeleng.

"Papa kan sudah bilang kamu jangan ikut balapan lagi! Kamu itu cewek Seza! Apa kamu tidak mengerti ucapan Papa ini?!" Papa terlihat marah. 

"Seza juga pernah bilang kalo Seza nggak bisa! Kenapa sih Papa nggak mengerti kemauan Seza? Kenapa Papa selalu memaksakan kehendak Papa?! Lagipula ini balapan resmi. Jadi Papa tidak usah khawatir!"

Two Wedding {Sudah Terbit}Where stories live. Discover now