Theory 5

67K 7.6K 654
                                    

Sesuai prediksi. Bos gue mulai melakukan serangan-serangan ghoib, kudu banget nempelin daon kelor depan meja kerja😕. Dan info juga, bulan agustus nggak bisa konsisten update seminggu sekali. Banyak event 😑

~~oo0oo~~

Wisnu masih sama seperti lima tahun lalu. Bicara ceplas-ceplos, joke garing, dan heri alias heboh sendiri.

Dari segi penampilan juga nggak ada yang berubah. Kecuali garis-garis di sekitar mata dan dahi Wisnu yang menegaskan semakin tua usianya, Wisnu masih sama urakannya seperti dulu. Di saat semua orang di divisi pemasaran tampil rapi maksimal, Wisnu dan style 'suka-suka gue yang penting pakai baju', tetap percaya diri dan menunjukkan performa kerja yang baik.

Dari Wisnu, Rosie dapat banyak cerita. Wisnu dengan jumawa memamerkan posisi barunya sebagai supervisor. Hafidz yang sebelumnya menjabat supervisor, dimutasi ke unit cabang dan sekarang menjadi asmen marketing. Lalu Vera yang gagal menduduki posisi direktur marketing, karena big boss menempatkan Sang adik pada posisi itu. Dan Rama, yang entah Rosie harus bersyukur atau tidak. Makhluk penyebab penyakit hatinya itu sudah resign sejak sebelum menikah.

"Segala ngeblock sosmed gue." Wisnu mulai protes, setelah sebelumnya bicara ke sana-sini.

Rosie tersenyum canggung. Nggak menyangka Wisnu akan membahas pemblokiran massal yang Rosie lakukan pada semua akun sosial media cowok di depannya beserta semua teman-temannya di kantor ini.

"Hp gue eror." Jawab Rosie asal.

"Ya ilah, Ci. Lo lagi ngomong sama manusia yang sudah hidup lebih dari 30 tahun. Kalau mau bohong, cari alasan yang lebih bagus kali."

Rosie meringis serba salah. Dia coba mengabaikan segala sindiran Wisnu. Lagi pula, nggak mungkin juga dia menjelaskan alasan sebenarnya kenapa dia memilih kabur dan menghilang.

Hening beberapa saat di antara mereka, dan saat Wisnu nggak mendapat respon apa pun dari lawan bicaranya, Wisnu memutuskan kembali ke niat awalnya kabur dari ruang meeting.

Berdiri lalu menghampiri bagian terujung meja prasmanan. Sekeranjang besar kopi sachet menjadi fokusnya sekarang. Dia ambil satu, lalu mencampurnya dengan air panas dari dispenser yang sudah disediakan. Sambil mengaduk kopinya, mata Wisnu melirik Rosie yang sedang melamun.

Rosie di mata Wisnu nggak berubah sedikit pun. Selain gaya bahasa yang lebih 'kota', Rosie tetap ceroboh, malu-malu di awal pertemuan, dan nggak bisa berbohong.

Kalau Wisnu mau jujur, sebenarnya dia sudah tahu dari dulu, Rosie ini salah satu korban 'peletnya' Rama. Dulu sering kali kepergok bengong sambil senyam-senyum ke arah Rama. Targetnya sendiri yang minim sinyal kepekaan, ya cuek saja.

Wisnu dengan sengaja menyinggung soal blokir memblokir tadi. Mau tahu, alasan apa yang akan Rosie katakan. Ternyata Wisnu benar, cewek itu masih saja nggak bisa bohong seperti dulu.

Sambil memegang cangkir kopinya, Wisnu berjalan kembali ke sofa, berdiri menjulang di depan Rosie.

Susah memang punya jiwa sales. Nggak bisa mengabaikan peluang, ada celah sedikit, bawaannya pengin langsung disikat. Kali ini Wisnu mencoba celah sedikit itu. Semoga ada peruntungan di sana, karena dulu celah itu seakan rapat, tertutup oleh saingan berat, yang sayangnya Wisnu harus sebut sahabat dekat.

The Slimfit TheoryWhere stories live. Discover now