EPILOGUE

63.8K 5.2K 213
                                    

Aku pernah mendengar ucapan seseorang, 'Never apologize for having high standards. People who really want to be in your life will rise up to meet you.'

Awalnya aku setuju dengan ungkapan itu. Bukan kah terdengar sangat manis saat seseorang mencoba memantaskan diri, menjangkau standarmu untuk bisa berada di sampingmu?

Lalu aku bertemu Dia. Dia yang tidak sempurna, Dia yang tidak bisa menjangkau standarku. 

Seketika pertanyaan lain muncul dalam benakku.

Kalau aku jatuh cinta karena dia bisa membuatku tertawa, lalu bagai mana saat dia tidak mampu melakukan itu lagi?

Kalau aku  jatuh cinta karena dia rupawan, bagai mana kalau waktu membuatnya kehilangan rupa itu?

Kalau aku jatuh cinta karena dia mampu memenuhi semua keinginanku, bagai mana jika dia kehilangan kemampuan itu?

Bertemu Dia membuat opiniku tentang standar itu berubah.

Saat Dia yang tidak sempurna itu mengusik hatiku, dengan rasa menggelitik yang menyenangkan. Membuatku abai dengan segala standar yang pernah aku tetapkan. Aku sadar, aku tidak pernah benar-benar membutuhkan segala standar itu. 

Aku tidak hanya jatuh cinta karena senyumnya, karena sejak pertama bertemu pun Dia jarang sekali tersenyum.

Aku tidak hanya jatuh cinta karena perhatiannya, karena sesekali Dia yang meminta perhatian itu dariku.

Aku tidak hanya jatuh cinta karena wangi tubuhnya, karena sering kali kami bertemu di pengujung hari tanpa sempat membersihkan diri.

Aku tidak hanya jatuh cinta karena apa yang Dia pakai, karena bahkan dipenampilan terburuk—menurutnya—pun aku tetap merasakan getaran itu.

Aku sudah jatuh cinta pada Mas Bariku tanpa alasan.

Aku sudah jatuh cinta pada Mas Bariku tanpa alasan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
The Slimfit TheoryWhere stories live. Discover now