Chapter #12

40.2K 2.1K 201
                                    

"Bersyukurlah, agar hidupmu lebih bahagia

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Bersyukurlah, agar hidupmu lebih bahagia."-

Gadis itu meringis, ketika mendapatkan bentakan dari seorang lelaki dewasa bersama perempuan cantik yang mungkin adalah istrinya. Niat baiknya yang hanya ingin mengembalikan uang berjumlah empat puluh ribu rupiah pun berakhir buruk.

"Alaia ...." Teriakan nyaring seseorang membuat gadis berkucir satu itu menoleh. Matanya berbinar, menatap anak perempuan yang mungkin dua atau tiga tahun lebih tua darinya.

"Hai, Kaela ...." Gadis itu berlari terpincang, mengabaikan kakinya yang kurang sempurna untuk menghampiri gadis cantik berbaju pink pastle di sebrangnya.

"Alaia, kamu mau nge-mall juga?" tanya gadis yang lebih tua darinya, lalu dengan senyum samar Alaia menggeleng. "Lalu, kamu ngapain di sini?"

"Ngemis lah, Kak," ucap seseorang dari belakang.

"Talitha, tidak boleh seperti itu," ujar wanita berhijab di sampingnya. "Alaia sedang mengojek payung, iya 'kan, Nak?"

"Ikut nge-mall aja, yuk. Payungnya tinggal di sini," sahut Kaela antusias.

"Ih, Kakak, mana boleh pengemis ikut masuk, yang ada kita malah ikutan diusir!" ujar Talitha menimpali.

"Litha, Mama tidak pernah mengajari kamu berkata sekasar itu, ayo minta maaf, Nak." Wanita berhijab itu berkata lembut, sambil mengusap pelan surai hitam putri bungsunya.

Talitha menyibak sombong rambutnya, lalu menarik kasar tangan Kaela. "Kak, ayo masuk, nanti keburu malam."

"Alaia, Tante minta maaf atas nama Talitha, ya." Wanita berhijab itu berkata pelan sambil menatap punggung kedua anaknya yang sudah menjauh. "Talitha memang seperti itu, Nak."

Alaia menunduk, merasakan usapan lembut yang wanita itu berikan kepadanya. "Tante masuk dulu ya, Sayang."

"Iya, Tante," jawab Alaia tersenyum samar, dilihatnya tubuh wanita berhijab itu yang mulai menjauh. "Ibu, apakah kamu juga akan selembut itu, jika kelak kita bertemu?"

*

Alaia berjalan menjauh dari pusat perbelanjaan besar itu, saat di rasa hari mulai gelap. Dengan langkah terpincang, gadis itu mulai memasuki angkringan kecil di pinggir jalan. Tatapan mencemoh langsung dia dapatkan dari beberapa pembeli.

"Bang, kok pengemis boleh ke sini?" Suara salah seorang pembeli, membuat gadis kecil itu menunduk sambil menggigit kuat bibirnya.

"Dia bukan pengemis, Mas. Dia pelanggan setia saya," ujar penjual angkringan itu tidak suka. "Nih, nasi satu, gorengan dua, sama teh anget satu."

Alaia mengangguk sambil menyerahkan tiga lembar uang dua ribuan. "Terima kasih."

"Tidak udah, Al." Penjual angkringan itu menggeleng. "Alaia udah Abang anggep anak sendiri." Diacaknya lembut rambut hitam gadis di depannya.

"Terima kasih banyak, Bang." Alaia tersenyum samar. "Alaia, pergi dulu." Penjual angkringan itu mengangguk dengan mata yang berkaca, menatap punggung gadis kecil itu yang mulai menjauh.

"Kok dapat gratisan sih, Bang. Saya juga mau kalau begitu," cibir lelaki muda yang sedang menyantap sate usus di tangannya.

"Mas iri dengan gadis itu?" Pemuda berkaos biru itu mengangguk mantap.

"Sama, saya juga," ujar Penjual angkringan itu tersenyum samar. "Gadis berusia enam tahun yang bisa hidup sendiri, dengan segala kekurangannya tanpa mengeluh sedikit pun. Gadis kecil terhebat yang pernah saya temui," lanjut lelaki itu semakin berkaca. "Semoga orang tua yang meninggalkannya di bawah siraman hujan beberapa tahun lalu, tidak akan pernah tenang hidupnya." Dan pemuda itu seketika membisu.

Gadis itu terus berjalan sambil menggegam kuat payung berwarna merah yang berada di tangannya. Bibir kecil nan mungil itu terus saja melantunkan shalawat merdu yang begitu memukau.

Alaia tersentak, ketika sebuah mobil hitam melewatinya dan entah sengaja atau tidak mencipratkan air kotor dari salah satu kubangan. Gadis itu berhenti, mengusap wajahnya yang terkena air kotor. "Astaghfirullohalazim."

"Dek, kalau jalan makanya ...." Perkataan lelaki dewasa itu seketika terhenti ketika melihat siapa gadis kecil di depannya.

"Tuan," cicit gadis itu pelan.

Lelaki itu melotot tidak percaya. "Kalau kamu perempuan dewasa pasti saya sudah curiga kalau kita jodoh. Tapi karena kamu masih piyik, saya curiga kamu penjahat kecil yang berusaha jebak saya."

"Ini, Tuan." Gadis itu langsung menyerahkan dua lembar uang berwarna hijau.

"Saya bilang ambil saja, uang segitu tidak berarti apapun," ujar lelaki itu menolak. "Buat ganti rugi saja karena baju kamu basah kena mobil saya."

"Kenapa lama sekali?" Seorang perempuan turun dari mobil dan berhasil membuat dua orang beda generasi itu menghentikan obrolannya.

"Masuk, Radza! Nanti kamu sakit." Tatapan tak terbantahkan itu langsung dia berikan pada istrinya.

"Kenapa gadis itu lagi?" tanya Radza ingin tau. "Apa dia terluka?" lanjutnya terlihat khawatir, tapi sekali lagi Shaka memberikan tatapan setajam pisau itu membuat Radza akhirnya kembali masuk ke mobil.

"Tuan, ini kembaliannya." Tarikan kecil itu Shaka dapatkan dari gadis kecil di depannya.

"Anak piyik, itu buat kamu saja, buat beli baju kamu yang basah." Shaka melotot galak dan dengan perlahan gadis itu memundurkan langkahnya.

"Di mana rumah kamu? Biar pulangnya sekalian," tawar Radza sambil menyembulkan kepalanya dari balik jendela.

"Tidak usaha, Nyonya," jawabnya pelan.

"Baik, jika kamu tidak mau pulang bersama kami itu lebih baik." Shaka tersenyum lebar. "Mari Radza, kita pulang," lanjutnya sambil berjalan menuju kursi penumpang.

"Masuklah, ada dress kecil yang kubeli di mall untuk anak temanku, tapi tidak apa kamu pakai saja karena sepertinya ukurannya sama denganmu," ujar Radza.

"Radza, apa yang kamu lakukan?!" Shaka merasa tidak terima.

"Masuklah cepat dan pakai ini," Radza keluar dari mobil sambil menyerahkan sebuah tas kertas berisi dress kecil.

"Buang payung murahanmu itu, Anak piyik!" Shaka melotot galak saat gadis itu akan membawa payung merahnya masuk ke dalam. "Mobil mahal ini bisa basah karena payung menjijikan itu," sambung Shaka.

"Diam Shaka! jalan cepat, jangan banyak bicara!" bentak Radza. "Dan kamu gadis kecil, masuklah dan ganti bajumu menggunakan dress itu."

"Iya, Nyonya," jawabnya patuh.

"Dalaman kamu tidak basah, 'kan?" Radza menengok ke belakang dan dijawab gelengan pelan oleh sang gadis.

"Dalaman kamu tidak basah, 'kan?" Radza menengok ke belakang dan dijawab gelengan pelan oleh sang gadis

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


800 like bisa nggak yah. WKWKWK😂

Hujatlah Shaka hingga kamu lelah💃

Terimakasih sudah membaca❤

SELFISH (TERBIT)Where stories live. Discover now