9. Memory Card

1.6K 142 40
                                    

Memory Card

Rated: PG – 13

Genre: Ga yakin sama genrenya ini apa :")

Cast: Singto – Krist – Oaujun – Godt.

Disclaimer: Peraya bukan milik saya tapi milik mereka sendiri.

Warning: OOC, BL, Oneshot, AU, RnR, Typo.

Mohon maaf kalo ini tidak jelas dan aneh agak maksa,
So...keep enjoying gaess :)

***

Pukul sembilan malam dan jalanan yang biasanya sepi menjadi padat kala banyak orang yang berkerumun. Sebuah mobil van putih bertuliskan ambulance dengan sirine yang memekakkan telinga itu berhasil menarik perhatian. Beberapa orang memekik, termangu, berbisik sembari menyaksikan apa yang terjadi dihadapan mereka. Banyak yang memandang ngeri sekaligus iba. Yang merasa ngeri perlahan beranjak mundur memilih keluar dari kerumunan.

Tak butuh lama bagi tim medis juga kepolisian untuk mengevakuasi korban. Ada dua orang yang terluka parah. Satunya berada di jalanan dengan tubuh ringsek tak berbentuk. Sedang yang satunya terjepit badan mobil yang telentang di bahu jalan.

Kedua tubuh yang penuh luka itu dibawa masuk ke dalam ambulance. Dua ambulance membawa masing-masing tubuh korban. Tim medis yang sudah berada di dalam dengan cekatan memasangkan peralatan medis sesuai prosedur yang diterapkan untuk pertolongan pertama pada kecelakaan.

Salah satu diantara dua korban tersebut kejang hingga membuat dua orang perawat didalamnya sedikit panik. Tak lama kemudian pria penuh luka itu mulai kehilangan napasnya. Sang perawat memeriksa denyut nadinya dan alangkah terkejutnya jika korban kecelakaan ini menghembuskan napas terakhirnya.

"Korban meninggal!" pekik perawat tersebut.

.

.

.

Singto perlahan menggerakkan jarinya dengan lambat sebelum matanya terbuka dengan perlahan. Atapputih polos adalah hal yang pertama kali dia lihat dengan buram.

"Kau sadar, Sing? Sebentar aku akanpanggilkan dokter!"

Telinganya menangkap sebuah suara yang menurutnya tak asing. Singto menoleh dan mendapati punggung seseorang yang kian menjauh. Pandangannya masih tak terlalu jelas, hingga dia harus memejamkan matanya lagi untuk menjernihkan matanya.

Kembali membuka mata ketika suara pintu terbuka dan derap langkah yang mendekat. Sudah lebih jelas, dapat dia lihat ada Oaujun dan seorang paruh baya berjas putih sedang memeriksa tubuhnya.

"Syukurlah, ini keajaiban. Teman anda akhirnya bisa siuman."

"Terima kasih, dok!"

Setelahnya, Singto tak mendengar lebih jelas lagi apa yang mereka perbincangkan. Yang jadi fokusnya sekarang adalah jendela ruangan tersebut. Tampak cahaya silau dari sana membuatnya mengernyit pelan.

Tepukan lembut membuat Singto menoleh pada Oaujun yang kini tersenyum senang padanya.

"Kau tahu, sudah satu minggu kau dinyatakan koma. Kata dokter keadaanmu benar-benar lemah, tapi ternyata kau siuman. Aku lega."

Singto hanya terdiam ketika Oaujun kini berceloteh mengungkapkan kebahagiaannya ketika Singto sudah siuman dan bagaiman takutnya dia ketika mendengar kabar mengenai kecelakaan yang menimpa dirinya.

The Story of Peraya (Kumpulan Oneshot)Where stories live. Discover now