Chap 15 : Buku Bersampul Merah

6.5K 764 22
                                    

My Little Wife

Kini Naruto sedang berhadapan dengan Nagato yang sedang duduk di kursi pemimpin dalam markas Akatsuki. Jika sudah menyangkut Nagato, Naruto hanya bisa menghela nafas lelah. Jangankan Sasuke yang notabennya adalah makhluk yang mudah emosi, Mito saja manusia yang penyabar menurut Naruto akan meledak-ledak emosinya seperti janggutnya terbakar jika sudah dihadapkan dengan Nagato. Naruto kini sedang cemberut mengerucutkan bibirnya, ah..  kenapa ada manusia seperti dia di bumi yang indah ini? Naruto sayang pada Nagato andai sifat over protective nya hilang sedikit.
" Kenapa kau berdiri disitu sepupu, kemarilah duduk disebelah aniki." Nagato memang baik,dan kursi itu seharusnya sisi oleh Konan yang menjabat sebagai wakil ketua Akatsuki tapi sejak tahun bahwa Naruto akan berkunjung dia akan dengan senang hati berdiri dan memposisikan dirinya dibelakang kursi Nagato.

"Tidak." Naruto merasa kesal, tak lama setelah ia berucap Sasori masuk melalui jendela.

"Halo adik sepupu." Sapanya dengan senyum hangat yang jarang ia perlihatkan.

"Halo Sasori-nii." Naruto juga membalas senyuman yang Sasori berikan.

"Ada angin apa sehingga kau berkunjung kemari?" Sasori dengan tenangnya duduk disalah satu kursi dengan meja panjang itu.

"Kurasa kau sudah tahu kedatanganku kemari Sasori-nii." Naruto melipat tangannya  dan duduk disampingnya Sasori.

"Ayolah Aniki izinkan aku dan Sasuke pergi."  Sudah kesekian kalinya Naruto mengatakan kalimat yang sama dan jangan tanya apa yang dikatakan Sasuke kepada Naruto, dia hanya menjelaskan separuh dari rencananya.

"Tidak akan!" Dan tentu saja Nagato akan tetap menolak kata-kata Naruto dengan cepat.

"Kenapa? Aku sudah besar tahu, andai saja tak ada perjanjian bahwa penjagaan ku sepenuhnya diambil olehmu sudah pasti aku akan menarik nenek kemari."  Tak perlu lama-lama untuk memancing emosi Naruto, dia memang sudah jengkel dengan penjagaan yang terlalu ketat terhadap dirinya, dia tidak tahu ada apa dengan dirinya hingga dirinya akan dijaga sangat ketat oleh keluarganya.

"Aku tidak mau kau hilang lagi Naruto." Nagato melunakkan suaranya, dia sebagai kakak tentu tidak ingin mengekang adiknya, tapi seringnya kejadian Naruto yang lolos dari pengawasannya dan ditemukan dengan luka-luka di sekujur tubuhnya membuat ia yang sebagai kakak hanya bisa menebalkan penjagaan dan mengecilkan hati nuraninya. Andai rasa sayang itu tak tumbuh semakin besar pasti Nagato takkan melakukan ini kepada Naruto. Naruto sudah seperti karunia terindah yang hadir di keluarga Uzumaki, banyak hal yang berubah saat dia lahir membawa kebaikan dan  kehangatan dengan tingkah lakunya sehingga banyak orang yang menyayanginya melebihi anak mereka sendiri.

"Kapan aku menghilang Aniki? Dan lagi aku sudah besar." Urat kesal Naruto sudah keluar.

"Kau masih kecil." Bantah Nagato dengan tenang.

"Aku sudah lulus High school  dan aku sudah berumur 18 tahun jika kau lupa itu."

"Tubuhmu sudah besar,tapi cara berpikirmu masih anak-anak." Nagato dengan tenang membantah semua argumen Naruto hingga akhirnya wajah Naruto memerah karena marah. Sasori yang ada disampingnya memilih untuk pindah kursi, karena dia tahu siapapun yang duduk disampingnya Naruto yang sedang marah akan berakhir dengan telinga yang berdengung.

"Aniki ada apa dengan mu? Terbuat dari apa kepalamu itu hingga lebih keras dari pada batu!" Teriak Naruto dengan kencang, Sasori memutuskan untuk mengamankan telinganya terlebih dahulu, begitupun dengan Konan yang sudah hafal dengan sikap dan tingkah laku Naruto. Hanya Nagato yang menerima semua ucapan Naruto dengan telinga terbuka sempurna dengan alisnya yang menyerngit.

"Hah...." Helaan nafas Nagato terdengar saat Naruto sudah berhenti berteriak dan wajahnya kembali normal.
" Kenapa kau harus mewarisi suara nyaring bibi?" Tanya Nagato sambil mengusap telinganya yang sedikit berdengung.

My Little Wife (Ver. SasuNaru)Where stories live. Discover now