Setelah Lima Tahun

10.2K 571 31
                                    

Suara petikan gitar akustik mengalun indah diiringi vokal merdu dari pemilik suara bariton di atas mini panggung sebuah Cafe malam. Tepatnya sebuah Cafe bar di kota Cambridge, Inggris.

Para pengunjung setia nampak menikmati pertunjukan malam ini, malam dimana seorang penyanyi yang diketahui bernama Dewa, selalu bernyanyi membawakan beberapa lagu hits masa kini yang diubahnya menjadi versi akustik.

Dewa bukanlah artis baru bagi mereka, sudah hampir dua tahun lamanya dia selalu bernyanyi menghibur para pengunjung di setiap hari sabtu malam. Selain karena dia kenal dekat dengan pemilik Cafe bar, dia juga merupakan penyokong dana pembangunan tempat ini tiga tahun yang lalu.

Para penggemar Dewa bukan hanya dari kalangan para perempuan muda tentunya, bahkan para orang tua sekalipun, karena tempat itu merupakan tempat hiburan terbaik di sana saat menjelang malam. Bukan hiburan malam dalam tanda kutip seperti adanya penampilan penari striptease atau semacamnya, tapi hiburan yang benar-benar menghibur pengunjung dengan memanjakan lidah dengan sajian makanan dan minuman yang lezat, serta telinga dengan hiburan dari suara merdu Dewa.

Malam ini, semua pengunjung begitu menikmati pertunjukan yang tengah ditampilkan, sudah lima lagu dinyanyikan oleh Dewa dengan begitu apik. Para gadis-gadis yang memuja pria itu tidak pernah absen untuk datang setiap dia tampil. Berbagai cara dilakukan untuk bisa berkenalan atau sekedar mengobrol dengan sang idola, tapi semua hanya ditanggapi dengan seulas senyum tipis yang tidak bertahan lebih dari sepuluh detik saja dari bibir nya.

Yep, pria itu terkesan kaku dan dingin saat berada di luar namun sangat hangat dan menarik begitu sudah memegang gitar sambil bernyanyi.

Tepuk tangan yang riuh mengakhiri penampilan Dewa di atas mini panggung, setelah mengucapkan salam dan rasa terima kasih, pria itu langsung melesat turun menuju pintu belakang dimana ruang manajer sekaligus pemilik Cafe bar ini berada.

"Selalu memukau para penggemarmu as always" Dewa menyunggingkan senyumnya pada sahabat sekaligus manajer Cafe bar, direbahkannya sang raga di atas sofa yang begitu nyaman, sofa favoritnya dikala mengunjungi ruangan ini.

"Aku senang bisa menghibur mereka" ujar Dewa masih di posisi nyamannya sambil menatap langit-langit ruangan. Dihembuskannya secara teratur setiap nafas yang masuk untuk menetralisir degub jantungnya yang masih menghentak akibat euforia pertunjukan tadi.

Seulas senyum tipis terbit di bibir pria yang sedang duduk di balik meja itu, mengamati Dewa dalam keheningan yang tercipta sambil menghembuskan asap dari nikotin yang dihisapnya. Sudah dari lima tahun yang lalu mereka bersahabat sekaligus membangun usaha bersama saat pertama kali Dewa menginjakkan kaki di negara ini untuk menempuh pendidikan sarjana nya. Hafal luar dalam hingga luar kepala apa yang berada di dalam pikirannya, dan kali ini ada suatu hal yang membuat Dewa terlihat berbeda malam ini.

"Ragamu disini, tapi tidak jiwamu" ucap pria itu, mematikan rokoknya ke dalam asbak lalu meneguk segelas whiskey yang tersedia di atas meja.
"Homesick eh?" tanya nya santai.

Tidak ada respon dari Dewa, dan kembali hening beberapa saat. Hanya bunyi jarum jam yang menjadi latar kebisuan mereka.

Sampai pada akhirnya Dewa bangkit ke posisi duduk sambil menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa, satu tarikan nafas dihembuskannya dengan kuat, "Aku harus pulang Finn, Ibu---"

"Kapan?!" potong Finn tanpa berniat mendengarkan alasan Dewa. Finn, sahabat sekaligus partner bisnis Dewa nampak tertarik ketika Dewa mengatakan kata 'pulang', jujur Finn ingin ikut ke Indonesia saat Dewa akan pulang kesana, selama menginjakkan kaki di negara ini Dewa belum pernah pulang, bahkan saat perayaan hari raya keagamaan sahabatnya itu. Hal yang ingin Finn ketahui mengenai seseorang, tepatnya penyebab Dewa selalu beralasan belum ingin pulang.

Fated For YouWhere stories live. Discover now