Afeksi

6.5K 435 53
                                    

S
E
L
A
M
A
T

M
E
M
B
A
C
A
.
.
.
.
.

"Sukses buat Jaayyyyyy"

"Gue bakal kangeen bangeettttttt"

"See you on top bebbbbb"

Jay terkekeh dengan mata sedikit berkaca-kaca. Dia akan kangen berat dengan senior-senior srimulat ini.

"Uluhh uluhh jangan sedih dong, entar kita juga ikut sedih lagi nih" Helen memeluk Jay, membuat sang gadis mengerjapkan kedua matanya, menghalau air mata yang hendak menyeruak.

Juls dan Perez tersenyum ikut menghambur memeluk Jay, "Kita masih bisa ketemu kan?" tanya Juls yang diangguki oleh Jay.

"Ke Bandung doang hey, tinggal kiceup" gumam Perez tapi tak urung matanya ikut berkaca-kaca.

Dua bulan berlalu saat indisen Jay menginap di apartemen Arya, gadis itu menyepakati pada akhirnya---dan dengan perdebatan alot yang panjang sebelumnya, bahwa setelah projek kerjasama antara kedua perusahaan selesai, gadis itu diminta dengan sangat segera pulang ke Bandung. Menemani Mia di hari tuanya dan ikut mendampingi Arya mengelola perusahaan keluarga.

Pria itu terdengar egois dan terlalu mencampuri, seakan mengetahui kalau Jay tidak bisa menolak dan akan selalu terikat padanya.

Memang pada kenyataan---begitu adanya, apapun yang berkaitan dengan Mia, lebih berat untuk diabaikan. Prioritas utama.

Arya menyayangi Mia tanpa syarat, menghormatinya tanpa ragu. Menjadikannya ratu dalam hidup.

Begitupun dengan Jay. Terlebih ada budi yang tidak bisa dibayar dengan nominal berapapun. Malah sejujurnya, Jay merasa tidak terbebani dengan keterikatan budi dan abdi nya pada Mia maupun Arya.

Gadis itu mencintai keduanya. Kepada Mia sebagai Ibu, dan kepada Arya sebagai pemilik hatinya.

"Hehh bibir elu kok makin sini makin jontor sih" suara pekikan Helen dan kalimat dari Perez membuat atensi Jay mengarah pada objek yang ditunjuk pria kekar kemayu itu. Entah kenapa dia ikut terkejut, padahal bukan dirinya yang menjadi pusat keributan kedua seniornya itu.

Helen memekik kesal gara-gara mulut nista rekan kerjanya, "Jangan bikin gosip deh, ini weekend kemaren aku keracunan, jadi bibir nya agak seksi"

Pria kemayu itu hanya mencebik gemas "Iyalah tau keracunan, keracunan air liur si Rio" Juls yang mendengar perdebatan keduanya memilih untuk duduk dan menikmati cemilan, sembari menunggu hidangan yang mereka pesan, diantarkan oleh pelayan.

Tanpa sadar Jay mengulum bibirnya, memalingkan wajahnya yang sudah merah padam.

Jay menggigit bibir kala kecupan pria itu berpindah lembut mengulum daun telinganya, sensasi aneh membuat gadis itu berjengkit hendak mendorong tubuhnya. Tapi dengan cepat kedua tangan hangat Arya menggenggam kedua tangan sang gadis.

Ciuman mereka terlepas.

Wajah keduanya sama-sama bersemu merah, Arya mengecup kedua tangan Jay, membuat gadis itu kembali mengangkat pandangan pada tatapan menggelap pria itu.

"Kamu cantik" bisik Arya serak, dan Jay memalingkan wajah tapi berhasil ditahan oleh pria itu sehingga mereka kembali saling berpandangan.

Sebelah tangan gadis itu mengusap lembut wajah sang rupawan. Dari kening hingga ke garis tulang rahang, Arya tidak tinggal diam, tangannya ikut menggenggam tangan Jay yang mengusapnya lembut.

Fated For YouWhere stories live. Discover now