Kenyataan Yang Terucap

6K 452 17
                                    

Hati Jay mungkin memang terbuat dari baja, setelah diiris-iris perih oleh sikap Arya yang tetap tidak berubah, tidak membuat keberaniannya menguap. Setelah sambutan dingin dari Pria itu tadi di meja makan hingga rasanya ingin menangisi diri, nyatanya Jay tetaplah Jay yang tidak pantang menyerah, tidak mau berhenti begitu saja.

Sambil menatap sosok idaman hatinya yang sedang berbincang dengan para pekerja di kebun, Jay memantapkan kembali hati yang sedikit retak, menguatkan retakan itu dengan perekat bernama keyakinan. Yakin Arya akan luluh suatu saat nanti. Karena hati kecilnya berkata bahwasanya Arya adalah belahan jiwanya yang memang ditakdirkan untuk merajut kisah bersama hingga usia menua.

Setelah lima tahun yang lalu Mia mengumumkan perjodohan putra satu-satunya dengan anak asuhnya, Jay sudah mengklaim dirinya adalah tunangan Arya, Arya adalah miliknya. Tidak peduli bagaimana hati Arya dan status pertunangan mereka yang belum resmi.

Jay melangkah mendekat saat Arya sudah selesai berbincang dengan salah satu pekerja yang sedang menggiling daun teh, dia ingin memulai perbincangan setelah sekian tahun lamanya tidak bertemu sapa.

"Arya... " panggil Jay sambil sedikit berlari mendekati Arya yang berusaha tidak mendengar panggilan gadis itu.

"Arya, tunggu!" seru Jay kembali kali ini lebih cepat menyusul langkah lebar pria itu, dan saat Jay menyentuh pergelangan tangannya, sontak Arya langsung berbalik sambil menepis sentuhan Jay.

Tatapan tajam yang selalu terlihat tidak bersahabat itu kini seakan tengah menelannya bulat-bulat. Memusatkan seluruh atensinya pada gadis keras kepala dihadapan nya. Sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada, Arya akhirnya berkata, "Apa lagi yang kamu mau?" begitu dingin dan datar. Bahkan setelah lima tahun tidak bertemu, kebiasaannya selalu sama, selalu tanpa basa-basi.

Jay tidak segera menjawab, karena fokus netra cokelat itu memandang lekat wajah rupawan yang selalu terlihat dingin dan sinis, membuat Arya berdecak tidak sabar.

"Perlu diulang pertanyaan dari saya?" Jay sedikit terkesiap lalu mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali dan menjawab sambil terbata-bata, "A-Aku cuma pengen ngobrol aja, dan menanyakan beberapa hal sama kamu".

Arya menaikkan sebelah alis nya dan mengerutkan dahi, "Hal tentang?"  tanya nya sedikit tidak sabar, membuat gadis itu menjadi salah tingkah.

Sambil menundukkan wajahnya dan menyelipkan anak rambut di belakang telinga, gadis itu memberanikan diri untuk kembali menjawab, "Ke-kenapa selama lima tahun ini kamu gak pernah bales chat maupun email dari aku? Karena sebagai tunangan kamu, aku khawatir keadaan kamu disana dan---" sedikit gemetar suara dari Jay keluar dari bibirnya, ditambah tatapan lekat Arya yang begitu mengintimidasi.

Arya mendengus sambil terkekeh mengejek, sudut bibirnya melengkung  mencemooh "Tunangan ya? Kamu sudah se percaya diri itu mengaku sebagai tunangan"

"Kamu pikir, kamu siapa?" lanjut pria itu dingin, bergerak memutus jarak membuat gadis di depannya mendongkakan kepala menatap Arya, sadar akan jarak yang terlalu dekat Jay refleks mundur tapi gagal karena lengannya langsung dicekal oleh pria itu dengan sangat kuat.

Ada sedikit rasa takut memenuhi rongga dada gadis itu, karena ini pertama kalinya Jay bisa berdiri sangat dekat dengan tubuh Arya yang menjulang tinggi dengan aura gelap yang menguar dari dalam diri pria dihadapannya.

"Sampai kapan kamu terus bersikap dingin sama aku, Arya? Aku sudah dewasa, usiaku sudah delapan belas tahun. Dan sesuai keinginan Ibu, secara resmi aku akan jadi tunangan kamu" tersirat nada keputus-asaan dari intonasi gadis itu serta menahan rasa untuk tidak mengeluarkan air mata yang sudah mulai menumpuk di sudut mata.

Sedangkan Arya, pria itu terkejut dengan ucapan Jay yang penuh keberanian dan tingkat kepercayaan diri yang sangat tinggi hingga melampaui batas tidak tahu diri, menurutnya. Sambil menghempaskan cekalan tangannya pada lengan gadis itu, Arya mundur dua langkah melipat tangannya kembali di depan dada, menyorot pandangannya seakan menilai Jay dari ujung kepala sampai ujung kaki, tidak lupa disertai tatapan mencemooh.

Fated For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang