Part 10

16.9K 1.8K 145
                                    

-------------------------------

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

-------------------------------

"See? Tidak terjadi apa-apa Pita. Semua berjalan semestinya. Yang harus aku lakukan sekarang hanyalah tidur sedikit larut untuk menyelesaikan desainku. Itu saja."

Pita mendengarkan suara Mason di seberang.

Setelah hari Kamis dan Mason kembali pada akhir minggu dari luar kota. And there's nothing happen. There's nothing to worried about. Pita merasa ketakutannya kali ini tak beralasan sama sekali.

"Baiklah. I'll see you later."

Pita menutup telponnya. Dia yakin Mason baru saja akan mengeluarkan kata-katanya, tapi Pita tidak ingin mendengar apapun. Mason seorang pria. Dia sedikit tidak peka, atau memang seorang pria seperti itu? Selalu kurang menyadari sesuatu yang aneh terjadi di sekelilingnya.

Dan pikiran Pita menolak untuk tenang. Demi apapun itu, Pita merasakan udara bergerak begitu lain.

Pita menatap telpon rumah yang baru saja dia letakkan. Percuma saja bicara dengan Mason sekarang. Dia baru saja pulang. Pasti dia lelah. Tidak mau diganggu. Sudahlah...

Pita beranjak menuju kamarnya. Dia tidak sedikitpun ingin membuka pintu menuju balkon. Tidak juga jendela. Sampai kemudian sesuatu menghantam jendelanya hingga terbuka. Pita terpaku waspada. Tirai menyeruak terhempas angin. Pita melangkah cepat menghampiri jendela dan ingin menutupnya.

"Kau tidak merindukan aku?" Kepala Mason terlihat menyembul dari balik tirai.

"Kau datang dari mana? Jangan bilang kau melakukan sesi parkhour dan menyelinap kemari. Lagipula...oh...jangan membuatku kaget dengan menyentak jendela seperti itu."

Pita berjalan ke arah pintu dan membukanya. Dia menemukan Mason di dekat jendela dan menghempaskan bokongnya ke sofa.

Pita melangkah ke arah pembatas balkon dan bersandar di sana. Menatap Mason yang mengangkat kedua kaki dan menumpukan nya pada meja di depannya. Sudut bibir Pita terangkat. Mason terlihat tak bercukur beberapa hari ini.

"Apa kita akan selamanya seperti ini?" Mason menaikkan satu alisnya dan menatap Pita yang sekarang bersedekap.

"Seperti ini? Seperti apa maksudmu?" Pita memasang tampang heran.

"Bertemu hanya di balkon? Aku berpikir kita akan berakhir juga di balkon ini. Dengan tangan keriput yang sesekali gemetar. Dengan selimut tebal di kaki kita...tangan yang saling menggenggam. Senja..."

"Oh...stop it. Kau seakan bisa membaca masa depan saja." Pita menukas ucapan Mason.

"Atau memang itu yang terlihat olehmu dan kau tidak mau mengatakannya padaku?"

"Tentu saja tidak."

Lalu terdengar geraman Mason. Dia terlihat begitu gemas pada Pita yang menyembunyikan sesuatu.

MY SEXY CENAYANG GIRLFRIEND ( SUDAH TERBIT )Where stories live. Discover now