Part 22

10.5K 1.5K 28
                                    

Pita melajukan mobilnya di sepanjang jalan menuju ke pedalaman hutan.

Menjelang dini hari, ketika Pita sampai di sebuah pondok kayu sesuai dengan alamat yang Aaric berikan.

Pita melangkah pelan. Seharusnya dia bisa merasakan keberadaan Mason di tempat itu.  Tapi ada yang berongga dalam hati dan pikirannya. Seperti...ada yang hilang terenggut.

Pita mendorong pintu pondok hanya untuk menemui kekosongan. Sebuah kesia siaan berkendara hingga 3 jam lamanya dari New York ke tempat itu. Seandainya Pita terkoneksi kuat dengan Mason seperti hari-hari lalu, maka dia akan dengan mudah melacak Mason kemanapun pemuda itu pergi. Tapi pada kenyataannya, dimulai tepat setelah Mason pergi, semua terasa terputus. Seperti ada tabir yang sangat kuat dan tebal yang membuat Pita tak bisa melihat atau sekedar merasakan Mason ada dimana? Dan yang Pita bisa lakukan sementara ini hanyalah mencari berdasarkan petunjuk.

Pita keluar dan berdiri di teras rumah yang agak tinggi. Matanya menjelajah lalu terpejam. Dia menggeleng. Dia bahkan tidak bisa merasakan jejak Mason tertinggal di pondok itu. Semuanya terasa gelap.

Kaki Pita melangkah seiring dia yang membuka matanya. Dia memutuskan untuk kembali. Satu-satunya kemungkinan yang mungkin terjadi adalah bahwa Ariana dan Alejandro bergerak cepat untuk membawa Mason pergi. Dan...Meksiko adalah kemungkinan terbesar kemana mereka pergi.

Pita masuk ke dalam mobilnya dan melajukan nya kembali ke New York. Dia berhenti sejenak di sebuah tempat pengisian bahan bakar. Menuju minimarket, Pita memeriksa ponselnya. Panggilan dari Ayah dan adiknya tak terjawab. Pita menuliskan pesan pada mereka sembari mengambil minuman dari dalam sebuah lemari pendingin.

Dan seorang gadis penjaga minimarket terlihat menghampiri rak di sebelah lemari pendingin dan meletakkan beberapa barang ke atasnya. Pita menghampirinya dan menanyakan sesuatu dengan suara pelan.

"Apakah kau ada melihat pemuda ini datang kemari semalam?"

Gadis itu menatap foto dalam ponsel yang diulurkan oleh Pita. Gadis itu menatap Pita.

"Aku melihatnya. Kebetulan sewaktu pergantian shift mereka datang. Dua orang pria dengan seorang wanita. Tapi...pria ini tidak turun. Dia cool. Dia hanya duduk di dalam mobil. Aku bahkan berpikir Edward Cullen kalah keren kalau dibanding dia."

Gadis itu tertawa cekikikan. Tipikal gadis periang yang blak blakan. Pita tersenyum. Well...Mason memang keren.

"Siapa dia? Kenapa kau bertanya? Kau kenal? Apa dia penjahat?"

Pita tertawa pelan. Gadis itu sangat penasaran.

"Dia bukan penjahat. Aku hanya mengenalnya. Itu saja. Kalau kau tahu, kemana arah mobil mereka?"

"Well...jalan ini adalah jalan menuju perbatasan dengan Philadelphia. Mereka mengarah ke sana."

"Terimakasih banyak. Kau sangat membantu." Pita memberikan beberapa lembar seratus dollar dalam genggaman tangan gadis itu lalu melangkah pergi.

"Nona...heii...ini terlalu banyak. Kau hanya mengambil air mineral...Nona..."

Pita menoleh saat membuka pintu dan mengedipkan mata pada gadis yang kebingungan itu. Dia melangkah keluar dan menuju mobilnya, lalu melajukan nya berlawanan arah. Dia ingin pulang dan dan ingin tahu bagaimana pendapat Neneknya.

-----------------------------------------------

"Mereka sudah bergerak. Mom tidak bisa membiarkanmu pergi ke Meksiko seorang diri. Terlalu berbahaya."

Bahu Pita luruh mendengar ucapan Betty. Ibunya itu menyesap tehnya. Sementara Neneknya? Wanita itu melakukan hal yang sama. Dan Pita tak akan menyalahkan situasi sekarang ini. Secangkir teh madu memang mampu meredakan kegelisahan.

MY SEXY CENAYANG GIRLFRIEND ( SUDAH TERBIT )Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu