Part 16

13.7K 1.8K 72
                                    


Aaric Bentley.

Menolak bertemu Pita di kampus. Dan dia menentukan lokasi bertemu yang membuat Pita terpaksa harus mengikutinya, atau dia akan menjadi sama gilanya dengan pria itu.

Central Park.

Sekarang mereka sedang berdiri di tepi sebuah danau dengan jogging track di belakang mereka. Saat ini, suasana sedikit lengang karena memang sekarang adalah siang hari. Waktu di mana sebagian banyak orang berada di tempat mereka bekerja.

Pita dengan gaun hitamnya yang mencolok. Berpadu dengan suasana danau yang entah mengapa terasa mistis. Dia berdiri tegak menatap air danau yang tenang. Dan Aaric? Pria itu juga sama. Berdiri mematung.

"Aku sudah menduga. Kita akan terkorelasi karena sebuah masalah suatu hari nanti. Dan sekarang waktunya kau menjelaskan apa maksud semua ini, Mr Bentley."

"Kau, lebih mengetahuinya daripada aku, Nona Jefferson."

Suasana terasa formal dengan mereka saling memanggil nama belakang.

"Kalau kalian mencari pembenaran tentang tindakan kalian ini, aku memberitahu kalian bahwa tindakan kalian sangat tidak benar. Mason Cesterson, dia tidak mengetahui sedikitpun tentang apa yang kalian rencanakan. Aku tahu. Tapi Mason tidak. Dia bahkan tidak mengetahui asal usulnya sampai aku memberitahunya kemarin. Dia tidak akan pernah mengerti mengapa kalian melakukan ini."

"Kau lebih tahu bahwa kami harus bertahan Nona Jefferson. Adikku
sekarat. Dan dia harus menikah dengan...Mason. Mereka harus bersatu saat...kau tahu."

"Aku tahu. Tapi jaman beranjak, Mr Bentley."

"Tapi tidak bagi para tetua kami."

Pita mendengus perlahan. Jelas dia butuh tahu lebih banyak tentang suku Amerindian Aztec dari klan Guadelajara. Bagaimana mungkin di era se modern ini, mereka masih kolot sekali?

"Aku sebenarnya tidak ingin mencampuri urusan kalian, tapi karena ini menyangkut Mason, maka aku merasa aku harus melakukannya."

"Tolonglah, Paquita." Nada suara Aaric terasa berbeda. Kali ini sarat putus asa dan menyerah.

"Mengalihkan perhatiann ku pada Mason mungkin saja adalah tindakan yang pintar. Mason bahkan mengira kau akan membahayakan aku. Tapi, Aaric, pasti ada sebuah solusi lain di luar sana untuk masalah kalian ini."

Aaric terlihat menggeleng.

"Waktu kami tidak banyak, kau tahu itu."

"Aku hanya merasa kalian membuang waktu percuma. Bahkan setelah semua yang kalian lakukan padaku dan Mason, aku tidak melihat Mason beranjak dari balkon rumahku di masa depan."

"Kau sudah mengetahui sebuah kegagalan, Paquita. Dari pihak ku. Karenanya aku ingin memohon padamu, lepaskan Mason untuk Ariana."

Pita menggeleng.

"Aku tidak bisa."

"Jangan sampai para tetua turun langsung pada masalah ini Paquita."

"Lalu apa? Kalau kau berpikir bahwa para tetua dari klan kami, Campossa Mendez akan diam saja, kau salah Aaric."

Aaric tertegun.

"Kalian bahkan lebih kuat." Aaric terdengar sedikit menggeram. Nada suaranya sarat dengan kebingungan.

Pita menghela napas.

"Karenanya aku tidak ingin para tetua yang sudah duduk tenang di kursi dan menyesap cerutu mereka, terganggu dengan apa yang kalian lakukan Aaric."

"Aku...tidak bisa memutuskan apapun. Kami hanya memikirkan keselamatan Ariana. Dia penerus klan kami satu-satunya. Dan...kami hanya bisa bertahan karena memang ada sebuah ikatan perjanjian antara Guadelajara dan Guererro di masa lampau."

Pita menunduk. Apapun itu. Perjanjian apapun itu. Mason tetap menjadi pihak yang berada dalam bahaya. Sebuah rahasia hanya akan menjadi desas-desus seandainya seseorang tak mengetahui kebenarannya. Rahasia itu akan menghilang terbawa angin dan orang akan mulai melupa. Tapi tidak dengan Pita. Dia tahu bahwa menikahi Ariana bukan berarti masalah Mason akan selesai. Menikahi Ariana berarti harus siap menjadi pria sakit setelah mereka mempunyai keturunan. Kekuatan Mason akan habis. Daya hidup Mason akan melemah. Dan dia akan mati perlahan.Itu sama sekali tidak adil. Perjanjian konyol itu entah mengapa harus terjadi hanya karena hutang budi? Bahwa di suatu masa, pada keturunan ke dua dari klan Guererro, mendapatkan keselamatan karena bantuan dari pemimpin Guadelajara. Mereka seakan ingin mengenang semua itu dengan mengadakan pertalian darah. Menikahkan pewaris mereka dan menjadikan kolaborasi itu sebagai sebuah kekuatan. Dan Mason bahkan jauh dari mengetahui semua kekonyolan itu! Dia memang keturunan ke dua belas dari klan Guererro, tapi Mason adalah jiwa tanpa kekuatan seperti apapun. Dia pemuda modern yang akan menertawakan semua ini dan menganggap semua adalah dongeng musim semi.

"Aku hanya seorang keturunan Guadelajara yang...tidak berhak menentukan apapun, Paquita. Kau pasti tahu hidup dalam suku kita sangatlah rumit. Aku berjiwa bebas. Aku ingin meninggalkan semua itu dan menuntut ilmu setinggi yang aku bisa. Aku ingin membangun tempat tinggal kami. Modernitas hanya ada di permukaan di tempat tinggal kami, selebihnya, adalah mereka manusia-manusia kolot yang menjunjung tinggi ketakutan mereka. Ketakutan bahwa semua ini akan berakhir seandainya Ariana gagal mendapatkan Mason sebagai pendamping."

Pita menghela napasnya lagi. Sebuah pemikiran yang baru saja Pita tahu. Bahwa Aaric berjiwa bebas. Dia merasa terkekang dengan hidupnya sekarang.

"Aku tidak mau bersikap egois, Aaric. Tapi, kalau kalian melibatkan Mason yang tidak tahu apapun, aku jelas tidak akan diam saja. Sebaiknya kau pergi sekarang. Temanmu itu baru memasuki wilayah Central Park beberapa detik lalu. Teman berambut panjang mu...pergilah." Pita berteriak tertahan dan menggeram karena Aaric bahkan bingung dengan apa yang dia ucapkan.

Dan Aaric yang menyadari ucapan Pita beberapa detik kemudian, bergerak.

"Sebaiknya kau lewat gerbang barat." Pita memperingatkan Aaric. Pemuda itu berbalik dan melaju langkahnya ke arah barat. Begitu juga Pita yang akhirnya berjalan cepat meninggalkan danau. Berpacu dengan pria rambut panjang yang kehadirannya cukup membuat Pita merasakan pening di kepalanya. Aura hitam pria itu sangat pekat. Udara panas bahkan kuat dirasakan oleh Pita karena kehadiran pria berambut panjang itu Central Park yang begitu luas. Dan Aaric, membuat Pita menyadari satu hal. Pemuda itu tak lebih dari dirinya yang hanya ingin hidup dengan normal. Dan justru dengan mengetahui hal itu, Pita menjadi waspada. Waspada bahwa Aaric dengan kekuatan membekukannya, yang akan dengan segala daya upaya membuat dirinya selamat dari tulah anggota klannya. Dia bisa berbuat apapun termasuk melukai untuk membuat dirinya selamat.

Pita melihat Aaric keluar dari pagar Central Park dan melangkah ke arah selatan. Dan Pita, dia memilih jalan lurus. Sedikit menyeberang dan akhirnya dia menyusuri pedestrian.

Bunyi ponselnya membuat Pita berhenti di depan sebuah toko souvenir. Dia menepuk dadanya yang tiba-tiba berdesir. Suara Ibunya menyambut saat Pita menjawab panggilan itu.

Pita menajamkan pendengarannya.

"Mason tidak sadarkan diri."

Dan itu cukup membuat Pita melaju langkahnya menjangkau sebuah taksi yang sedang parkir di sampingnya. Pita menyebutkan alamatnya dan duduk di dalam taksi menenangkan diri. Taksi melaju membelah jalanan yang padat.

Cepat atau lambat. Mason akan mengalami hal itu. Sesuatu yang Pita sudah tahu. Dan hal itu memang tidak bisa di cegah oleh siapapun. Bahkan olehnya.

Ponsel kembali berdering. Ibunya kembali menelpon dan memintanya tenang. Sepertinya logika memang sudah harus mereka buang jauh-jauh. Sekarang saatnya berperang mengedepankan pikiran dan kekuatan batin.

---------------------------------------------

👑🐺
MRS BANG

MY SEXY CENAYANG GIRLFRIEND ( SUDAH TERBIT )Where stories live. Discover now