Part 17

11.3K 1.7K 51
                                    

Pita menatap lilin-lilin hitam yang sudah dia nyalakan. Udara terasa membeku. Angin bahkan sepertinya enggan bergerak.

"Tidak ada yang mengikuti?"

Pita berbalik dan mendapati Ibunya berdiri dan menatapnya dengan sebuah tanya besar.

"Tidak ada Mom. Tidak seperti waktu Marisa Hills mengirimkan seseorang dari dunia lain untuk mengikuti ku. Mereka lebih memilih untuk menyerang pikiran Mason. Dan itu lebih menyulitkan. Mereka akan mengendalikan Mason."

Betty Swan menghela napasnya dalam. Sedikit menyulitkan saat seseorang memutuskan untuk menyerang pikiran seseorang dan membuatnya bingung. Lebih sulit dari menghadapi seseorang yang sengaja dikirimkan untuk menempel pada tubuh kita.

"Apakah Mason pernah bilang padamu kapan orangtuanya akan pulang?"

"Mereka menunda kepulangan hingga waktu yang tak ditentukan."

"Aku perlu bicara dengan Esperanza."

"Sebelumnya, aku ingin kau melihat sesuatu dulu Mom."

Betty memutuskan untuk duduk di sofa balkon. Keputusan membawa Mason untuk diam di kamar Pita, rasanya memang harus dilakukan karena Mason jelas berada sendirian di rumahnya. Dan itu cukup berbahaya karena mereka belum mengetahui bagaimana sejatinya pergerakan Bentley bersaudara itu. Semuanya seakan membentur kegelapan yang timbul tenggelam dan sangat sulit dijelajahi. Beberapa kali Pita dan Betty tersesat di dalam kegelapan itu di saat mereka nyaris saja menemukan sebuah titik temu. Mereka baru saja melakukan hal itu. Beberapa kali dan hasilnya sama. Sampai kemudian Martha Mendez--Nenek Pita-- menelpon dan dia jelas mengetahui apa yang sedang terjadi tanpa Betty ataupun Pita memberitahunya.

Menyalakan lilin hitam sebanyak mungkin untuk membentengi Mason sementara waktu, sampai mereka benar-benar menemukan jalan bagiamana agar Mason terbebas dari semua kejahatan Bentley bersaudara.

Pita yang sudah melangkah masuk ke kamarnya, keluar setelah membenahi selimut yang dipakaikannya pada Mason. Dia membawa sebuah buku tebal berwarna hitam legam dengan gambar daun-daun aneh berwarna keemasan.

"Silsilah klan Guadelajara? Darimana kau mendapatkannya?"

"Dari seseorang, Mom. Nanti aku pasti akan menceritakannya. Sekarang yang terpenting adalah...ini. Kau harus melihat ini dan katakan apa pendapatmu." Pita membuka buku hitam itu tepat di halaman 10. Silsilah keluarga Bentley.

Betty merunduk mengamati semua lajur pohon keturunan itu dan sampai pada kolom yang Pita tunjuk.

"Alejandro Granadez? Wow...seseorang mengatakan dia mati tenggelam di danau bertahun lalu...hmm...delapan tahun lalu. Dan kenyataannya dia masih hidup? Kenapa fakta itu disembunyikan?"

"Entahlah. Tapi dari lajur keturunan ini, Alejandro adalah Paman dari Bentley bersaudara. Sedikit membingungkan karena dia..."

"Dari Ibu tiri bernama Mercedez Granadez. Alejandro memutuskan memakai nama keluarga Ibunya. Kurasa setelah kecelakaan di danau itu. Entah apa tujuannya, tapi terkadang sebuah keyakinan tumbuh di dalam sebuah klan, kalau seseorang mengalami kemalangan maka ada beberapa hal yang bisa dia lakukan untuk membuang semua itu. Salah satunya adalah mengikut nama belakang keluarga Ibunya. Jadi kemungkinan Alejandro Bentley memakai nama klan Ibunya untuk hal itu." Betty menunjuk kolom di samping kolom Demien Bentley yang memperistri Mercedez Granadez, Nenek tiri dari Bentley bersaudara.

Pita mengangguk.

Dari garis Alejandro memang terputus nama belakang Bentley dan berganti menjadi Granadez. Dan hanya sampai padanya karena dia kenyataannya tidak pernah menikah dan dia satu-satunya anak dari istri kedua Damien Bentley itu.

"Apa kelebihannya?"

"Klan Guadelajara jelas mengutamakan pewaris wanita. Ariana Bentley? Dan...Alejandro memiliki sesuatu yang kuat yang melindungi klan itu selama ini. Kekuatan pikirannya sangat kuat dan...aku perlu bicara dengan Nenekmu dan Esperanza sekarang, Paquita." Betty beranjak dan masuk ke dalam rumah.

Semua nampak rumit dan Pita beranjak setelah menutup buku hitam itu. Dia menyalakan lagi lilin hitam di sudut pagar pembatas balkon. Lilin itu tiba-tiba padam karena angin yang bertiup sedikit kencang. Sesuatu yang benar-benar tidak bisa ditebak. Angin yang sejak tadi terasa membeku, tiba-tiba saja bertiup sedikit kencang.

Pita menjaga nyala lilin itu agar tetap benderang. Pikirannya melayang pada apa yang terjadi sekarang. Terlalu rumit untuk dirinya yang bahkan sudah tidak asing dengan dunia seperti ini. Pita juga dapat merasakan ketegangan yang Ibunya rasakan. Ibunya terlihat menjadi sangat serius tadi. Mereka dalam kesulitan.

Itu mereka, yang jelas mempunyai kelebihan untuk bisa membawa pikiran mereka ke dunia lain. Tapi bagaimana dengan Mason? Dia, belum tentu dia sanggup bukan? Betty dan Pita bahkan belum mengetahui bagaimana Mason sesungguhnya.

Pita melangkah masuk ke dalam kamarnya yang benderang karena nyala lilin. Tadi, mereka--Pita dan Betty--baru saja menambah pelapis tirai agar nyala lilin itu tersamarkan dari pandangan mata orang luar. Dan nyala lilin di balkon? Orang akan mengira sesuatu yang romantis tengah dilakukan penghuni rumah.

Pita menghampiri Mason yang tertidur pulas di ranjangnya. Tak sadarkan diri dan terlihat seperti tidur. Pita meraih tisu di nakas dan mengusap kening Mason lembut. Keringat muncul hingga ke dahi Mason.

Berkelana ke mana jiwa Mason saat ini?

Pita membuang tisu ke tempat sampah dan dia duduk menumpu dagu di kursi. Dia mengamati Mason dengan teliti. Seperti seseorang yang sudah mati saja.

Pita menghela napasnya perlahan lalu meraih tangan Mason untuk dia genggam.

Dan seketika Pita mencengkeram selimut yang menyelimuti Mason. Pita menggeleng dan mengerjapkan mata. Sejenak dia merasa melayang. Sebuah kilat cahaya membuatnya silau. Dan dia memejamkan mata. Menghela napas berulangkali hingga dia merasa tenang dan jiwanya--tanpa dia minta-- seakan meninggalkan tubuhnya. Dia seperti berjalan di sebuah lorong yang sangat dia kenal. Lorong gelap yang berujung pada sebuah tangga dengan besi pembatas yang sudah berkarat di sana sini.

Lorong apartemen sederhana di mana Bentley bersaudara tinggal.

Pita merasakan langkah kakinya begitu ringan. Dia berjalan semakin menjauh. Menjauh dan menjauh hingga langkahnya menjangkau pintu kamar Bentley bersaudara.

Pintu itu terbuka lebar. Dan Pita menemukan ruangan yang benderang. Ruangan itu tiba-tiba terlihat cukup luas. Tidak ada ranjang. Tidak ada meja belajar, kamar mandi atau apapun layaknya sebuah kamar di apartemen.

Hanya sebuah aula.

Aula yang di mata Pita terlihat benderang karena nyala lilin berwarna merah darah.

Dan sebuah titik yang menjadi pusat perhatian di tengah aula. Sebuah selasar tinggi berhias kain putih bersih dengan sulaman dedaunan aneh berwarna emas yang sangat familiar di mata Pita.

Pita melaju langkahnya perlahan. Dia tidak menemukan siapapun di ruangan itu. Tidak Ariana dan Aaric Bentley. Juga Alejandro Granadez.

Sunyi.

Pita melangkah perlahan. Menghampiri selasar. Tubuhnya terasa dingin dan debaran jantungnya menjadi cepat. Pita menepuk dadanya perlahan. Dia semakin dekat dengan selasar. Dan langkah Pita terhenti.

Pita terhuyung.

Kepalanya menjadi pening.

Seseorang tertidur di selasar mewah itu. Nyaris terlihat seperti sebuah pemujaan dengan persembahan di atasnya.

"Mason?"

----------------------------------------------

👑🐺
MRS BANG

MY SEXY CENAYANG GIRLFRIEND ( SUDAH TERBIT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang