Part 27

8.7K 581 58
                                    

Menyuapi Mason dalam situasi lain tentu akan membuat Pita bersuka hati. Tapi menyuapkan sarapan pada Mason dan Mason membuka mulutnya dengan pandangan kosong, membuat Pita menghela napas pelan.

Pita menoleh ke arah tirai jendela yang tersapu angin. Lalu ke arah Mason yang duduk di balkon kamar dengan pandangan sepenuhnya kosong. Tatapannya jauh ke arah danau. Namun Pita yakin, pikiran Mason bahkan tidak berada di tempat itu.
Pita belum mendengar sepatah katapun keluar dari mulut Mason pagi itu. Mason membuka mulut namun semata karena dia merasakan lapar.

Pita beranjak masuk ke dalam kamar dan keluar untuk membereskan piring bekas makan Mason. Di tangga dia berpapasan dengan ibu Mason. Mereka bercakap sebentar sebelum Pita kembali melangkah ke dapur mansion.

"Jangan lengah. Beruntung mansion dalam keadaan kosong karena semua penghuni inti mansion sedang berada di luar negeri untuk sebuah pekerjaan dan baru akan kembali dalam beberapa hari. Mom sudah meminta semua maid di rumah ini untuk berlibur hingga dua hari ke depan. Mom tidak ingin mereka melihat kegaduhan apapun yang akan terjadi."

Pita mengangguk ke arah ibunya yang sedang membuat jus untuk ayahnya.

"Apa kau merasakan perubahan suhu di mansion ini Mom? Kita bahkan sudah mematikan pendingin ruangan di beberapa tempat tapi..."

"Granadez sepenuhnya air yang berbahaya. Dia mengamati mansion ini sejak semalam. Mata pria itu bahkan memicing hingga dini hari. Sungguh tidak bisa dipercaya. Mom ke ayahmu dulu."

Pita kembali mengangguk ke arah ibunya yang mengangkat gelas jus dan berjalan cepat ke arah ruang makan. Sejak kemarin semua merasakan perubahan suhu yang lambat laun menjadi semakin dingin. Kalau ada waktu di masa lalu yang seperti ini, maka hari ini mengalahkan masa itu. Pita benar-benar merasakan situasi yang mencekam. Sesuatu yang menggelikan kalau dipikirkan dengan pola pikir orang abad milenium. Namun kenyataannya, hal seperti sekarang benar-benar terjadi, membuat Pita berpikir bahwa dia dan keluarga nya adalah orang-orang yang diciptakan oleh Tuhan untuk bisa hidup di dunia lain.

Hari merangkak begitu lambat. Dan Pita tahu bahwa itu hanya perasaannya saja. Kenyataannya, jam berdetak dengan ritme yang sama dengan hari hari kemarin. Suasana mansion yang lengang tidak bisa menyembunyikan kenyataan bahwa semua penghuni di dalamnya tengah bersiaga. Nenek Martha bahkan seringkali terlihat mengelilingi mansion dengan jubah hitamnya dan membuat Pita berpikir bahwa itu justru membuatnya merasakan nuansa horor. Terlebih para wanita sekarang ini mengurai rambutnya. Ibunya, ibu Mason dan neneknya. Juga dirinya.

Pita mendongak dan ter gopoh naik ke lantai atas ketika mendengar teriakan Mason. Di tangga Pita berlarian bersama dengan ibunya yang juga mendengar teriakan Mason yang menggema. Pita juga melihat adiknya masuk dari arah depan mansion sambil berlari. Teriakan Mason pasti menggema hingga keluar.

"Ada apa?" Ethan bertanya sambil menerobos masuk kamar Mason. Kegaduhan terjadi ketika Paul, ayah Mason terlihat kewalahan memegangi putranya yang mengamuk. Isi kamar itu nyaris semua berada tidak pada tempatnya. Semua berserak.

Ethan ikut memegangi Mason yang meronta. Esperanza mencoba memberikan putranya kata-kata yang menenangkan. Mason terus memegangi kepalanya. Juga mengucek matanya. Matanya yang memerah.

Pita mengepalkan tangannya. Dia berusaha menahan rasanya. Melihat Mason seperti ini membuatnya ingin menangis. Ibunya menatapnya. Dan menggeleng. Sekuat apapun Pita berjuang, melihat Mason yang berakhir dengan meringkuk di karpet kamar, membuat air mata Pita luruh. Pita berbalik keluar dari kamar Mason dan berakhir di perpustakaan. Dia duduk di sebuah kursi yang tepat menghadap ke jendela. Hamparan bunga di taman halaman samping membuat Pita menarik napas sangat panjang. Berharap dadanya akan sedikit lega.

MY SEXY CENAYANG GIRLFRIEND ( SUDAH TERBIT )Where stories live. Discover now