(Terungkap) H - 9

19.9K 2.2K 477
                                    

Semesta memang adil. Dia tahu gimana cara untuk menguak rahasia, untuk menyingkap kejahatan, juga untuk menorehkan luka dalam.

Semesta memang paling mengerti. Rahasia yang tertimbun dalam-dalam dapat terangkat dengan mudah. Jaemin tidak tahu harus apa, bersyukur atau menjerit. Semuanya berjalan dengan cepat; kilat. Dalam semalam seluruh kepercayaan di relung hatinya berhamburan jatuh. Satu-persatu alasan bermain di pikirannya. Berbagai spekulasi nusuk rasa cintanya. Jaemin sejenak tidak tahu lagi ke mana dia bisa bawa rasa cintanya ini untuk kembali sembuh.

Semesta membuat Jaemin tenggelam malam itu. Empat bulan lalu. Ketika itu Jeno menelponnya dan berkata ia melupakan dompetnya. Meminta Jaemin datang ke salah satu tempat karaoke di Jakarta untuk memberikan dompetnya yang tertinggal. Dengan diantar Renjun, Jaemin ambil dompet Jeno di rumah pemuda itu lalu menuju tempat karaoke yang dikunjungi Jeno dengan teman-temannya.

"Jadi nikah lu, No?"

Bilik karaoke itu sunyi. Tidak ada suara nyanyian. Pintunya tidak tertutup sepenuhnya. Bikin Jaemin bisa dengar percakapan Jeno dengan teman-temannya. Rencananya untuk mengetuk terhenti. Jaemin malah berbalik menguping.

"Jadilah." Jeno jawab mantap.

"Masih sama yang dulu?"

"Iya, cuy."

"Siapa namanya, sih, Jaeman, Daemin?"

"Jaemin, anjiiing!" Jeno ngegas.

"Oooh, yang pendiem itu kan? Kerja apa dah sekarang?"

"Rencananya sih mau ambil spesialis bedah. Tapi sekarang lagi jadi KOAS nih."

"Anjiir. Masih jadi KOAS?"

Jaemin ga sadar tahan nafas dengernya.

"Lu kira jadi dokter cepet apa?!" Ini suara Mark. Jaemin kenal benar. "Lama, prosesnya. Butuh tujuh-delapan tahun."

"Yee. Gimana dong ya Jenonya aja udah sesukses ini. Masa pasangannya gabisa nyamain? Kok masih mau sih, No?"

"Namanya juga cinta." Temen yang lain nimpalin. "Tapi sebagai cowo gue sih gamau kalah sama pasangan gue. Harga diri, cuy."

"Halah kek punya harga diri aja lu!"

"Tapi, No. Pernah niat mau pisah ga?"

Jeno ketawa kecil. Dia denger suara jentikan suara pematik api yang dinyalakan, juga pengait kelang soda yang dihentak terbuka.

"Pernah."

Jaemin gemetar. Jarinya pegang kenop pintu erat. Nafasnya memburu. Telinga berdenging. Jaemin kedipin mata cepat. Dia tunggu Jeno bersuara lagi.

"Jaemin baik. Baik banget. Dia manis. Lucu. Pinter. Dewasa. Tapi ya gitulah. Suka posesif. Di depan yang lain sih keliatan kalem, tapi suka ngambek. Rese, anjir. Walaupun seru juga sih kalau liat dia lagi misuh-misuh ngambek. Masih gabisa kebayang sih kalau nanti pas udah nikah gimana."

"Diih. Belum nikah aja udah posesif gimana udah nikah?"

"Udah nikah mah posesifnya reda kali. Kan udah halal."

Elegi [NOMIN]Where stories live. Discover now