Epilog

31 1 2
                                    

Karena rasa bosan yang menggulung di diriku, akhirnya aku memutuskan untuk berdiri dari bangku kayu yang semula aku duduki, dan berkeliling mencari-cari buku yang mungkin menarik. Dan sialnya aku telat sadar bahwa ketika itu aku tengah berada di seksi buku linguistik, yang isinya hanya buku-buku yang bisa membuat pusing dan muntah-muntah.

Maka dari itu, sambil meraih syal yang semula aku taruh di atas meja, aku berjalan ke katalog komputer yang berada di depan pintu masuk koleksi buku dan mencari-cari novel yang mungkin bisa sedikit membunuh rasa bosanku. Karena yang penting bagiku adalah aku masih bisa berlama-lama di sini, di ruangan hangat ini.

Karena tidak tahu novel apa yang harus aku cari, aku mulai mengingat-ingat buku yang pernah aku baca dulu, dan menarik jika aku baca lagi. Aku lalu mengetikkan sebuah nama di mesin pencari katalog itu, “Elizabeth Kostova”.

“Aha! Lantai 3 rak nomor 78, buku nomor R.H.134” gumamku pelan, sambil menuliskan nomor rak dan bukunya di note kecilku, lalu berjalan menuju lantai tiga.

“Kostova, Kostova, Kostova...” gumamku sambil menelusuri rak buku yang dipenuhi novel-novel sejarah itu, namun sayangnya nomor R.H.134 itu terloncat, bukunya tidak ada. Aku mendengus kesal, karena dari informasi yang aku dapat di katalog tadi, buku tersebut masih tersedia dan belum dipinjam siapa pun. Jadi jika buku itu sekarang tidak ada di raknya, kemungkinan sedang dibaca orang lain di perpustakaan ini. “O my Kostova,” gumamku pelan sedih akhirnya.

Excuse me Miss, are you looking for this?” ucap seseorang tiba-tiba dari belakang, sambil mengulurkan buku yang tengah aku cari.

Aku tersenyum sambil meraih buku itu. “Yes, I am. Thank you so much,” ucapku senang sambil kemudian menoleh ke belakang, berusaha melihat siapa orang baik hati yang baru saja memberikanku buku yang aku cari.

Namun sebelum benar-benar aku bisa melihat wajah orang itu dengan jelas, diriku sudah dikejutkan oleh suaranya yang menyebut namaku, “Reren?”

Dan seketika ketika itu pula, wajahnya terlihat jelas. Iban?

***

Since Feeling Is FirstWhere stories live. Discover now