Q05. Gak Sesederhana Itu, Ananda!

9.1K 1K 554
                                    

Kamu tau kata sabar gak? S.a.b.a.r? Lima huruf aja, Radenku. Kalo delapan huruf baru I Love You.

===========

Dulu waktu Mingyu masih muda. Ceileh, sok tua sekali Bapak Ananda satu ini—maksudnya, saat dia masih menjadi mahasiswa, akhir pekan gak ada artinya. Bagi dia semua hari itu sama, yang membedakan cuma hari di mana dia harus bimbingan atau atau hari ditagih deadline.

Tentu aja mengganggu, meski ujung-ujungnya Mingyu sikapi dengan super santai sekali. Toh sekarang dia udah wisuda, bahkan udah kerja, dan perbedaan makin terasa sebab hari Minggu yang gak ada artinya di masa lalu justru berharga di masa sekarang.

Permisi ya, pangeran Tegal super gagah ini mau sombong dulu. Apalagi kalo setiap Minggu pagi terbangun dalam keadaan berpelukan dengan orang yang disayang bak teletubies. Ah, indahnya hidup seorang Ananda Mingyu Dirgasena. Meskipun capeknya tiada tara untuk survive di tetangganya Ibukota tapi bahagianya juga jangan ditanya.

"Selamat pagi bayi besarku."

Salah satunya ini nih. Harusnya Mingyu seneng dimanisin sama Wonwoo, tapi indera auralnya terganggu saat satu kata nyelip dalam kalimat itu. Aneh, satu kata doang tapi berdampak pada hatinya yang berubah mendung bak langit warna kelabu.

"Panggil Ayah dong, sayang, Ayahandanya Tipul. Gak ada bayi-bayian di sini."

Ini terlalu pagi, bahkan terlalu singkat kebahagiaan yang dirasakan Mingyu karena Wonwoo keburu memasang tampang kecut. Pelukan seketika melonggar, Wonwoo mengambil jarak dan kepalanya nyaris menghantam dinding jika saja Mingyu gak sigap.

"Duh, Raden Wonwoo Askara Bayu yang cantik pake titik, hati-hati dong. Nanti rambut kitingnya rusak siapa yang disalahin? Ananda lagi?"

"Ngapain sih masih peduli kalo gak mau dipanggil bayi? Percuma tau gak, kebaikanmu sirna begitu aja, Ananda!"

"Utututu, pemarah sekali bundanya Tipul," Mingyu memeluk Wonwoo lagi, menempatkan kepalanya di leher Wonwoo sementara tangan sang kekasih masih memeluk punggungnya. "Maaf deh, Ananda gak maksud bikin kesel. Cup cup cup, sayangku jangan marah-marah mulu."

"Yaudah, Raden maafin asal dibeliin es krim."

Mingyu memasang wajah heran. "Pagi-pagi gini mau es krim?"

"Iya!" Wonwoo mengangguk antusias. "Es krim mekdi, yang matcha top itu, Ananda. Raden mauuuu!"

"Nanti ya, Ananda masih ngantuk."

"Okei."

"Lima menit ajah. Izinkan Ananda merem lima menit, tadi malah kebangun pas mimpi lagi seru-serunya."

"Mimpi apa? Jatuh cinta lagi ya? Sama siapa huh?"

"Astaga, Raden," Mingyu lelah dengan keparnoan calon istrinya. "Udah ya jangan debat, masih pagi lho ini. Ananda juga libur hari ini mending kita nanti happy happy aja."

Wonwoo mencebik, gak mau berhenti mendumel karena sikap Mingyu yang gak asyik. Tapi dipeluk juga tubuh besar calon suaminya. Memang dasarnya tsundere, mau taubat aja susah meskipun sekarang malah dikombinasikan dengan keuwuan tiada tara.

Mingyu tau perubahan Wonwoo merupakan dampak dari perubahan hormon seperti yang dipaparkan oleh Dokter Yoona. Akan ada banyak kesempatan yang menstimulasi sisi feminim Wonwoo sebagai male pregnancy.

Kalian mungkin gak akan nyangka dan percaya jika dulu Raden yang bercita-cita manly dan merupakan bucin Jaeger garis keras kini dengan mudahnya melupakan motor sport itu. Tanpa ritual, Jaeger dilengserkan pada Ananda dan mungkin sudah dianggap sebagai sahabat karibnya.

QuerenciaWhere stories live. Discover now