Q38. Anak Pertama

2.9K 364 329
                                    

Begadang boleh saja, asal punya anak bayi yang masih belum puput ari-arinya.

====================

====================

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Anak boleh dua. Tapi gaya selalu anak muda.

Kira-kira begitulah jargon Si Ayah gemas nan bersahaja bernama Ananda Mingyu Dirgasena. Pasca menginap di rumah sakit selama 4 hari, pasalnya ini adalah hari pertama Mieru pulang dan menikmati udara Ciputat. Selama lima hari pula Mingyu absen menemani Miyu karena dititipkan pada orang tua Wonwoo di Bintaro.

“Aduuuuh, jagoan Ayah haus yah? Tau aja sih jam segini jadwal Mieru mimik susu langsung kebangun. Sebentar ya, Yayah bikin dulu susu buat kamu.”

Bahkan saking bersemangatnya, Mingyu sampai amnesia apa itu tidur. Dibandingkan Wonwoo yang melahirkan, justru sang suami yang paling sibuk di sini. Dari memandikan, mengganti popok, menyeduh susu formula, sampai menemani bayi yang belum puput ari-arinya ini terjaga meski memasuki waktu dini hari. Dedikasinya sebagai seorang Ayah dan kepala rumah tangga dibuktikan dengan senyum lebar di balik kantung matanya yang semakin menghitam. Fisik Ananda Mingyu boleh saja lelah, tapi tidak dengan hatinya yang bahagia luarbiasa.

Berbeda dengan Mingyu yang seperti disinari mentari, pasca melahirkan Wonwoo malah merasa menjadi Ibu paling tidak berkontribusi apa-apa. Klimaksnya terjadi ketika fakta mengejutkan datang jika Mieru tidak seberuntung Miyu untuk mendapatkan ASI ekslusif. Wonwoo adalah seorang lelaki spesial, namun ternyata hal spesial itu tidak bertahan lama. Karena saat anak keduanya lahir, dia tidak bisa adil dengan memberikan yang terbaik. Terpaksa, Mieru yang juga lahir dalam kondisi genting harus menerima kenyataan jika dia tidak bisa merasakan apa yang dirasakan dulu oleh Kakak manisnya.

Hal itu membuat hati Wonwoo hancur dan sampai meyakini terkena baby blues. Kadang di satu waktu saat memandikan atau melihat Mieru menangis lantaran haus ingin minum susu, Wonwoo selalu menitikan air mata. Secara tiba-tiba dan tanpa pertanda. Atmosfer yang melingkupi seperti awan gelap sebab dalam beberapa detik menurunkan rintik hujan. Sama dengan mata kucing Wonwoo yang selalu basah di belakang Mingyu. Ya, Wonwoo menangis secara diam-diam.

Entah sudah firasat atau memang wajah kacau Wonwoo disadari sang suami, beruntungnya dari keadaan ini tidak ada satu kata pun terlontar dengan konteks menyalahkan. Malah Mingyu yang memutuskan agar Wonwoo beristirahat total, bagaimanapun juga belahan jiwanya sudah berjuang melahirkan satu lagi darah dagingnya ke dunia. Setidaknya biarlah Wonwoo fokus pada pemulihan jahitan yang masih membatasi ruang gerak. Untuk berjalan saja masih tertatih-tatih, kadang menggendong Mieru pun tidak bisa dalam berbagai posisi. Sehingga mau tidak mau Mingyu yang lebih banyak turun tangan.

“Udah waktunya Adek mimik ya? Biar Raden aja yang bikin susu, Nda.”

“Eiiitttsss, nehi ya nehi. Raden istirahat aja. Air hangatnya abis, jadi Ananda harus siapin dulu. Kalau turun kan jauh mana lewat tangga, nanti bikin Raden capek. Jahitannya belum kering loh.”

QuerenciaWhere stories live. Discover now