Delapan

421 56 9
                                    

"Yakin disini tempatnya?"

Jiyeon menghentikan langkah Mingyu yang berjalan di depannya, dia menarik tangan kekasihnya.
"Kurasa," ucap Mingyu terdengar ragu.  Dia memperhatikan lagi sekitarnya, dia rasa ini jalan yang benar. Tapi,  kenapa restoran mie itu tidak terlihat yah?

"Mingyu!"

Jiyeon mengguncang bahu Mingyu yang malah terdiam. Dia menatap sebal pada sosok yang telah mengajak berkeliling mencari restoran yang sampai sekarang bentukannya pun tidak terlihat.

"Kita jalan lagi saja, aku rasa sudah dekat." Mingyu menepuk pipi Jiyeon pelan, dia menautkan tangan mereka lalu kembali melangkah mencari restoran mie yang pernah dia dan ibunya kunjungi.

***

"Eunwoo!"

Eunwoo berbalik menatap seorang pria tua yang memanggilnya, dia menghentikan kegiatannya mengecat dinding sejenak.

"Ne ahjussi?"

"Aigoo, rajin sekali. Sini,  kita istirahat dulu aku membawa makanan dari bos kita." Ahjussi yang terlihat menua itu mengangkat plastik hitam yang dia bawa tadi, dia menyuruh Eunwoo untuk segera bergabung dengan dia dan ketiga pekerja lain.

"Assa!" Eunwoo menaruh peralatannya, dia melepaskan sarung tangan yang tadi dia kenakan lalu ikut bergabung untuk menikmati makanan yang ahjussi itu bawa.

"Karena Eunwoo masih belum bisa minum soju jadi ku tuangkan air putih saja yah," canda ahjussi tua itu dia menuangkan air putih pada gelas Eunwoo.

"Padahal aku juga ingin menikmatinya," timpal Eunwoo membuat keempat orang dewasa itu terkekeh karena perkataannya.

***

"Ah Palli hentikan saja!" seru Jiyeon dengan wajah kesal, dia tidak tahan lagi. Sudah satu jam mereka berkeliling di tempat yang sama, sejak tadi Jiyeon tidak melihat ada satupun restoran disana. Semua yang disana hanya gedung-gedung terbengkalai yang di tinggal pemiliknya.

"Kau yakin ini tempatnya?"

"Aku jelas sekali ya...." Mingyu merogoh ponsel di sakunya,  dia membuka pesan yang ibunya kirimkan lalu menatap Jiyeon yang terlihat murka, "Mianhae Ji."

"Mianhae?"

"Ne,  ternyata aku salah belok tadi." Mingyu memperlihatkan senyuman canggung nya, dia terlihat was-was melihat bagaimana Jiyeon kini. Gadis itu seperti tengah mempersiapkan diri untuk menghancurkannya.

"Yak ...  Ah dingin!" teriakan Jiyeon terpotong hujan yang tiba-tiba turun dengan sangat deras. Keduanya menengadah sesaat.

"Palli kita berteduh!"Mingyu kembali mengenggam tangan kekasihnya,  dia berlari menembus hujan untuk menuju tempat berteduh.

***

Mino memperhatikan lalu lalang jalanan, menatap dari dalam minimarket rintikan hujan yang turun tiba-tiba.

"Aneh sekali," gumamnya membuka ramen cup di depannya. Dia membulatkan matanya saat melihat sosok gadis yang berjalan menuju minimarket tempatnya berada.

"Aish! kenapa dia ada disini," gumam Mino tangannya segera meraih ramen dan beberapa makan ringan yang tadi dia beli. Pelan-pelan, dia berjalan keluar untuk menghindari sosok yang tidak lain adalah kekasihnya.

Mino melirik arah belakang, "Astaga hampir saja aku mati!" Mino menghela napasnya lega. Dia menegakkan kepalanya dan tersenyum tidak jelas.

"Ah hai?"

"Hai?" sinis gadis berwajah cantik itu, dia melipat tangannya di dada. Menatap tajam pada pria tan yang seminggu lalu menjadi kekasihnya.

"Sedang apa?"

"Mencari kekasih ku," jawabnya dengan nada yang terdengar ketus. Mino meneguk ludahnya, dia melirik sekitarnya dengan was-was. Pasalnya dia tahu jika gadis itu kekasihnya namun,  Mino tidak ingat siapa namanya.

"Bukankah kita harusnya berkencan chagi?"

"Ah matta!  Kajja kita menonton film Jihyo!" Ajak Mino tersenyum manis pada gadis yang juga balas tersenyum manis padanya.

"Kajja oppa," ucapnya dengan aegyo yang terlihat imut, tangan kanannya terangkat ke atas seperti akan mengelus rambut depan Mino

Plak!

Suara tamparan keras membuat beberapa orang yang ada di minimarket menatap ke arah sumber suara, mereka menatap pada sosok yang menjadi korban tamparan keras itu.

"Namaku Jisoo dasar sialan!" Jisoo merebut ramen cup dari tangan Mino dia menumpahkan mie yang sudah mendingin itu ke atas kepala Mino.

"Kita putus!" Jisoo menepuk roknya dia melirik sinis pada Mino yang telah dia permalukan lalu pergi meninggalkan playboy itu menjadi bahan tertawaan orang-orang yang ada di minimarket.

"Aish dasar sialan," ketus Mino berbalik menatap punggung Jisoo yang semakin menjauh, dia menyingkirkan mie yang berada di kepalanya dan bahunya.

Cekrek!

Cekrek!

"Yak! Dasar kalian sialan!" teriak Mino dia menatap kesal pada ketiga sahabatnya yang malah memotret dirinya,  bahkan ketiga gadis gila itu menertawakannya begitu puas.

"Yak ambil foto yang banyak,  ayo kita posting di sns."

"Ini tidak boleh di biarkan. Akhirnya kau kena batunya juga."

"Aigoo sahabatku yang malang."

***

"Hari yang menyenangkan," sarkas Jiyeon,  dia menengadahkan tangannya untuk menampung tetesan hujan yang jatuh melalui atap rumah tua yang telah lama di tinggal pemiliknya. Matahari telah terbenam beberapa jam yang lalu, hujan masih belum reda sejak tadi malah bertambah semakin deras.

Yah rencana tinggal rencana, hari minggunya harusnya dia pakai untuk belajar saja di rumah jika tahu jadinya akan seperti ini.

"Mianhae," lirih Mingyu merasa bersalah karena salah membawa Jiyeon. Harusnya mereka tidak ke area ini, tapi karena kecerobohan Mingyu dia jadi mengajak Jiyeon berkeliling di dalam komplek yang telah lama kosong.

"Tidak masalah sudahlah, lagian ini menyenangkan."

Jiyeon tidak berbohong. Ini memang menyenangkan walaupun dia harus terjebak di sini.

"Wae?"

"Karena aku tahu Kim Mingyu itu bodoh!"

"Yak!" Mingyu berjalan mendekati Jiyeon yang terlihat senang karena mengejeknya, dia merentangkan kedua tangannya lalu memeluk erat tubuh kekasihnya

"Pasti dingin kan?" bisik Mingyu yang semakin mengeratkan dekapannya. Pakaiannya dan Jiyeon cukup basah karena mereka sempat kehujanan sebelum menemukan tempat berteduh. Bahkan jari-jari tangan Jiyeon terlihat mengerut dan pucat.

"Tidak apa-apa," balas Jiyeon menyandarkan kepalanya pada dada bidang Mingyu. Dia melingkari tangannya di pinggang Mingyu lalu semakin merapatkan tubuh keduanya. Semuanya bukan masalah untuknya asal di berada di samping sosok yang tengah mendekapnya ini.

***

Guyuran air dari shower terus jatuh membasahi tubuh Jiyeon yang duduk di bawahnya. Gadis yang terlihat kacau itu duduk dengan kedua tangan yang memeluk kedua kakinya yang dilipat.

"Tidak apa-apa itu bukan kesalahan." bisikan demi bisikan halus sejak tadi di lontarkan, kalimat yang tidak berbeda dari sebelumnya terus di gumamkan. Tidak apa-apa, ini bukan masalah. Ini wajar, ini hal yang wajar mereka lakukan.

Tubuh gemetar itu seakan bertentangan dengan apa yang ingin pikirannya sangkal. Sebagian dalam dirinya menolak keras apa yang Jiyeon pikirkan, tidak ini salah. Tidak seharusnya mereka berbuat seperti itu, tidak sepatutnya dia dan Mingyu melakukan hal itu. Ini tidak wajar, Jiyeon salah dan itu adalah hal yang harusnya dia sesali.

Hiks!

"Tidak akan terjadi apa pun, Jiyeon tenang saja."

"Tidak apa-apa,  semuanya akan baik-baik saja."

TBC..

YOUNG MOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang