Sepuluh

341 52 12
                                    

Hoeek!

Jiyeon kembali berlari masuk kedalam kamar mandi di dalam. Kamarnya. Dia tidak mengerti dengan kondisinya yang akhir-akhir ini terlihat lain.

Seperti pagi ini, Jiyeon tidak mengerti kenapa selama seminggu ini dia terus merasa mual. Dia tidak paham kenapa setiap pagi memuntahkan makananya setiap pagi seperti menjadi kegiatan rutinnya.

"Jiyeon!"

"Ne eomma?" seru Jiyeon menegakkan tubuhnya yang terasa lemas, dia meraih handuk kecil mengusap wajahnya dengan handuk itu.

"Kamu tidak apa-apa?"

"Eomma sepertinya aku sakit, hari ini aku izin tidak sekolah dulu."

"Yasudah nanti eomma akan menelepon wali kelasmu," ucap Taehee membuka pintu kamar putrinya, dia menatap khawatir Jiyeon yang kini sedang berbaring diatas ranjang.

***

"Jiyeon sakit." Krystal mendudukkan dirinya di samping Seulgi, dia menatap ketiganya yang terlihat terkejut.

"Bagaimana bisa?"

"Yak tentu saja bisa!" ketus Seulgi menaikan tangannya seperti akan memukul kepala Mino. Astaga pertanyaan unfaedah macam apa itu?

"Aku kan hanya bercanda! Tapi memang akhir-akhir ini Jiyeon terlihat aneh," gumam Mino mengingat bagaimana keanehan Jiyeon seminggu ini. Sahabatnya itu terlihat lain, Jiyeon sering sekali masuk ruang kesehatan untuk meminta obat mual. Tapi terkadang nafsu makan Jiyeon bertambah dua kali lipat dari biasanya, Mino tidak ingin menyimpulkan apapun namun sikap itu tidak terlihat biasa.

"Jiyeon entah kenapa...." Krystal menggantung kalimatnya, tidak mungkin Jiyeon seperti itu.

"Jiyeon kenapa?" tanya Eunwoo mendatangi Krystal dan ketiga temannya yang lain. Dia mencari keberadaan Jiyeon yang masih belum terlihat.

"Jiyeon sakit," jawab Jieun melirik sekilas wajah Eunwoo yang terlihat terkejut. Jiyeon sakit? Kenapa?

"Apa parah?"

"Molla, kami akan mengunjungi nya setelah pulang sekolah kamu ikutkan?"
Eunwoo terdiam. Dia tidak bisa ikut, ada kerja paruh waktu setelah dia pulang sekolah.

"Mian."

"Ara kami mengerti," ucap Krystal menepuk bahu Eunwoo pelan. Mungkin ini menjadi rahasia antara mereka, dia dan yang lainnya juga tahu alasan Eunwoo setelah pulang lebih cepat setiap pulang sekolah. Dia paham kenapa Eunwoo tidak pernah bisa menikmati akhir pekan bersama mereka, dia juga paham kenapa Eunwoo sering tertidur di kelas.

Eunwoo tulang punggung keluarganya saat ini. Ada 3 pekerjaan paruh waktu yang dia kerjakan setiap pulang sekolah,  di akhir pekan Eunwoo akan menghabiskan harinya berkerja.

"Jiyeon sakit? Kenapa dia tidak memberitahu ku?" gumam Mingyu saat tidak sengaja mendengar obrolan teman-teman Jiyeon. Dia menatap layar ponselnya lalu mengetikkan beberapa kata untuk mengirim pesan.

***

"Eunwoo sedang apa?"

Taehee begitu terkejut saat melihat Eunwoo yang terduduk diam di depan pagar rumahnya.

"Kim Ahjumma," ucap Eunwoo menegakkan tubuhnya, dia tersenyum canggung pada wanita cantik yang wajahnya mirip Jiyeon. "Apa Jiyeon sudah baikan, ahjumma?" tanya Eunwoo membuat Taehee tersenyum tipis, astaga kenapa Eunwoo tidak ikut dengan Krystal dan yang lainnya.

"Sudah dia sedang istirahat,  kamu mau masuk dan melihatnya?" ucap Taehee membuat Eunwoo menggeleng pelan. Dia tidak bisa berlama-lama, Eunwoo harus kembali ke toko tempat dia bekerja.

"Ah tidak ahjumma, aku ingin menitipkan ini. Biasanya saat Jiyeon sakit dia selalu ingin makan tteokbokki pedas." Eunwoo menyerahkan keresek hitam yang di tangannya. Taehee tersenyum tipis, dia sungguh tersentuh dengan perhatian Eunwoo pada putrinya.

'Beruntungnya putriku,' bisik Taehee dalam hatinya. Dia menerima keresek hitam berisi tteokbokki itu. Dia mengelus bahu Eunwoo dengan lembut.

"Gomawo Eunwoo-ya," ucap Taehee seraya melukiskan senyuman kecil untuk Eunwoo. Yah dia baru saja akan keluar untuk membelikan Jiyeon tteokbokki daritadi putri bungsunya itu terus merengek meminta tteokbokki pedas padanya.

***

Mingyu berdiri di depan gerbang rumah Jiyeon dengan gugup, dia melirik ke arah jam tangan yang melingkari lengan kirinya. Ini sudah hampir jam 10 malam, gara-gara harus menyelesaikan tugas dan latihannya Mingyu harus selarut ini mengunjungi Jiyeon.

Tangan besar itu terangkat untuk menekan bel di sisi pintu gerbang rumah sederhana itu. Mingyu kembLi meneguhkan hatinya, tidak apa-apa dia hanya akan datang untuk melihat kekasihnya setelah itu pulang.

Sosok pria muda berlari untuk membuka gerbang. Dia menatap tidak suka pada sosok pria seumuran adiknya yang berdiri dengan wajah yang terlihat datar.

"Nugu?" ketus Park Chanyeol menatap Mingyu tidak suka.

"Kim Mingyu,  teman sekelas Jiyeon."

"Ada apa?" tanya Chanyeol masih dengan nada yang seketus tadi. Mingyu menatap canggung pada sosok pria yang sepertinya adalah kakak tertua Jiyeon.

"Saya mendengar jika Jiyeon sakit," ucap Mingyu terdengar hati-hati namun tatapan wajah datar itu tidak bisa hilang darinya.

"Ini sudah malam,  adikku juga sudah tidur. Pulang sana!"

"Baiklah h-hyung, sampaikan salam saya untuk Jiyeon."

"Ya pergi sana!" sinis Chanyeol membuat Mingyu tersenyum paksa. Dia menundukkan kepalanya sekilas lalu berbalik pergi dari sana.

Mingyu menghentikan langkah kakinya, dia menatap pada jendela kamar yang tertutup rapat, tirainya sudah di tutup dan lampu kamar itu pula sudah dimatikan. Kakaknya Jiyeon tidak berbohong Jiyeon benar-benar sudah tidur.

"Cepat sembuh Jiyeon," bisik Mingyu masih memandangi jendela kamar Jiyeon. Dia menghela napas panjang untuk sesaat, mendengar kabar jika kekasihnya sakit sungguh membuat perasaannya tidak karuan. Mingyu merasa sangat tidak tenang dan begitu khawatir.

***

YOUNG MOMWhere stories live. Discover now