S2 ~85~ Visitation.

2.1K 196 165
                                    

💀☆ミ ☆彡☆ミ ☆彡🔥

Kingdom Zollverein.

Pagi-pagi semuanya terbangun. Termasuk Estelina.

Estelina membuka kedua matanya. Perlahan bangun dari tidurnya lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Kamar itu, bukankah kamar Prince Raafat? Kapan dia pulang ke sana?

Dia tampak diam sejenak mengingat-ingat kembali kejadian waktu itu. Setelah menyatukan nyawa keduanya, ia tak sadarkan diri. Sepertinya karena hal itu, suaminya memutuskan untuk pulang dahulu.

Estelina tersenyum mengingat kalau dirinya sudah menikah dengan Raafat. Maka kamar itu kini menjadi miliknya juga.

"Bagaimana keadaamu sekarang, my Princess?"

Estelina sontak menoleh ke arah suara yang datang dari arah kamar mandi. Dilihatnya Raafat keluar dengan telanjang dada serta rambut yang basah. Itu adalah pertama kalinya Estel melihat rambut Prince Raafat basah dan sedikit berantakan.

Dalam hitungan detik, rambutnya yang basah itu mengering seketika.

Estelina merasa Raafat terlihat lebih tampan barusan dengan rambut basah dan sedikit menutupi sebelah matanya. Kedua pipinya langsung saja merona, ia masih tak percaya kalau kini mereka sudah menjadi suami istri.

Raafat sudah memakai pakaiannya dalam hitungan detik saja dan baginya tak perlu bersusah payah mencari pakaian di lemarinya. Ia berjalan mendekati Estelina yang kini tengah menatapnya. "Apakah tubuhmu sudah merasa baikan?" tanyanya khawatir jika penyatuan nyawa kedua kemarin membuat tubuh istrinya itu sakit semua.

Estelina menggelengkan kepalanya. "Tubuhku sudah baikan, malah terasa lebih ringan dari sebelumnya." Ia bangkit dari atas ranjang tetapi tak turun melainkan berlutut di dekat Raafat lalu mengalungkan kedua tangannya di leher Raafat.

Sambil menatap kedua manik mata Raafat, Estelina berujar, "Yang Mulia. Apakah Anda tak apa-apa?"

Raafat mengernyitkan keningnya aneh mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh istrinya itu.

Estelina tersenyum lalu kedua matanya mengilap sekilas. Dia berbisik ke telinga Raafat. "Apakah Anda tidak apa-apa karena kita belum bisa melakukan hal layaknya suami istri sewajarnya?"

Raafat mengerti apa yang dimaksud oleh Estelina. Dia mengusap pipi kanan Estel dengan punggung jari-jarinya. "Kita bersatu tidak hanya untuk melakukan hal itu, bukan. Jadi, kau tak usah memikirkan hal itu dahulu, karena kau tahu sendiri bagaimana situasi kita saat ini-"

Cuppp...

Estelina tiba-tiba mengecup bibir Raafat lalu berujar, "tapi jika kau menginginkan hal itu sekarang, sebagai istrimu aku akan senang sekali."

Raafat mengembuskan napasnya berat lalu tersenyum. "Mandilah dahulu, aku akan menunggumu di taman belakang untuk sarapan." Ia mengecup sekilas pipi kiri Estel lalu melepaskan tangan Estelina yang melingkar di tengkuknya. Sebelum pergi dia membungkuk sedikit untuk mengecup kedua punggung tangan Estel.

Taman belakang? Estelina mengernyitkan keningnya aneh. Kenapa Raafat mengajaknya menuju ke taman belakang? Bukankah biasanya mereka sarapan di taman depan.

Estelina terpaku menatap punggung Raafat yang sudah mulai membuka pintu lalu keluar dari sana. Dia hanya mengusap bibir bawahnya sembari menyeringai.

Sementara Raafat yang baru menutup pintu tampak berdiri di samping pintu sambil memegang jantungnya. Entah kenapa wanita itu selalu saja berhasil membuat jantungnya berdebar tak keruan. Kalau saja dia tak menahan diri, sudah pasti dia akan langsung saja menerkam istrinya itu.

PRINCESS and DEMON KING TreeSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang