S2 ~101~ Preparations War.

2.1K 214 228
                                    

💀☆ミ ☆彡☆ミ ☆彡🔥

Pagi itu. Di taman depan dekat dengan taman kaca.

Qishus menguap sambil menggosok matanya beberapa kali. "Hoaaammss, aku masih ngantuk sekali." Ia duduk sambil sandaran di sebuah bangku kayu panjang, menunggu sarapan siap.

Ciro yang duduk di dekatnya juga ikut menguap. "Hoaamss, meowww. Tuan, kita tak punya kerjaan hari ini. Kemarin kita bertarung sampai hampir kehabisan tenaga-"

"Apa katamu?" potong Gebbo yang tiba-tiba sudah terbang melayang di dekatnya.

Ciro dan Qishus terkesiap. Sejak kapan Naga bodoh itu ada di dekat mereka.

"Heh, Naga bodoh. Bisakah kau tak mengagetkan kami sehari saja?" rutuk Ciro sebal.

Gebbo menyilangkan kedua tangannya di dada. "Kehabisan tenaga? Kau bertarung hanya sebentar dan setelah itu menjadi patung. Jadi, jangan katakan kalau energimu habis karena bertarung."

Qishus tampak berpikir. "Dia benar juga Ciro. Kau kan menjadi patung. Jadi, karena energimu masih banyak. Pijitin kedua pundakku." Perintahnya sambil merenggangkan otot-otot pundaknya.

Ciro mendelik pada Gebbo. Naga itu selalu saja merusak kesenangannya. Dia naik ke atas sandaran kursi. Sebelum dia memukul-mukul pelan kedua pundak Qishus. Ia teringat sesuatu. "Tuan, apakah kau masih berniat akan menghiasi taman dengan patung-patung?"

Qishus tentu saja langsung menggelengkan kepalanya.

"Kenapa?" tanya Ciro heran sembari mulai memukul-mukul pelan pundak kanan Qishus.

"Aku berubah pikiran, apalagi setelah melihatmu menjadi patung kemarin." Jawab Qishus santai.

"Haha," Gebbo tiba-tiba tertawa. "Aku hampir lupa. Heh, kucing palsu. Kau tidak tahu ya kalau kemarin Tuanmu itu menangisimu saat menjadi patung."

"Be-benarkah Tuan?" Ciro hampir tak percaya mendengarnya, sampai berhenti memijat Qishus mendengar perkataan Gebbo kalau Tuannya itu menangisinya.

"Dia bohong. Aku tak menangis, karena di sana banyak debu. Jadi aku kelilipan. Cepat pijat lagi jangan berhenti." Sanggah Qishus selalu gengsi untuk mengakuinya.

Gebbo menurunkan alisnya. Sebelum dia berkata lagi. Datang Afumma ke sana.

"Hey, Naga bodoh. Kau masih punya utang kelinci terakhir kepadaku. Hari ini aku sangat ingin memakan kelinci." Ucap Afumma sembari terbang di dekatnya.

Gebbo mengembuskan napasnya sebal sampai keluar asap di kedua lubang hidungnya. "Heh, burung jelek. Apakah kau tidak bisa hilang ingatan sehari saja. Kenapa kau mengingat utang itu. Lagipula aku ini sang Naga Agung. Mana bisa seenaknya kau memerintahku."

"Naga Agung selalu menepati janjinya." Tukas Afumma memancing Gebbo.

Gebbo tampaknya sedang malas berdebat. "Baiklah, kalau begitu ikut aku ke hutan. Aku juga akan mencari sarapan. Sepertinya hari ini aku ingin makan banyak burung jelek- maksudku makan banteng dan rusa untuk semakin menambah energi."

Afumma memicingkan matanya tajam. Cari mati Naga bodoh itu dengan mengatakan ingin memangsa jenis burung. Itu berarti dia mengajak tarung nanti di hutan. Ia pun mengikuti Gebbo yang sudah terbang memelesat ke dalam hutan.

"Tuan …?"

"Pergilah. Kau juga perlu menambah energi." Qishus seolah tahu apa yang ingin diucapkan Ciro.

Ciro tampak girang. "Terima kasih, Tuan. Aku akan segera kembali." Ia juga memelesat menyusul Gebbo dan Afumma.

Qishus bersandar sambil mendongak menatap langit pagi yang masih biru. Hari yang cerah sekali. Bibirnya tersenyum bangga, karena sejauh itu dia membantu kakaknya serta mendapat banyak pengalaman baru dalam hidupnya. Sekilas teringat pada Ibunya. Akhirnya dia memutuskan untuk bertemu dengan Queen Hirra serta Ayahnya jika sedang ada di Kingdom Fire ferrets sekaligus sarapan di sana.

PRINCESS and DEMON KING TreeSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang