Bab 16

7.8K 828 104
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jari mengusap lembut pada kaca yang membatasi di mana sang anak dan dirinya tersekat secara jelas, di sini Taehyung memandang sang anak dengan tatapan sendunya, rasa bersalah merayapi hatinya terus menerus dan kalimat per kalimat sang kakak terus terngiang di dalam hatinya. Apalah daya, waktu tak bisa berputar sesuai keinginannya.

Jungkook yang notabenenya sang istri telah sadar meski mereka belum ditakdirkan untuk bertemu, Taehyung masih enggan dan tak mau mengacaukan rencananya untuk menceraikan Jungkook nanti karena kondisi Jungkook masihlah lemah, berkata pun susah dan menggerakkan jari pun lelah.

Taehyung mengusap pipinya kasar, air matanya keluar begitu saja. Tak menyangka sang malaikat kecilnya akan cacat akibat dulu merusak kandungan Jungkook dengan tangannya sendiri, pikirannya kacau bahkan enggan menerima, ia takut ketika anaknya kelak besar akan mendapatkan bullyan dari lingkungannya, dari dunia yang enggan menerima bahwa anaknya buta dan juga reputasinya.

Reputasi?

Iya, Taehyung masih memikirkan hal itu sampai saat ini, "Apa aku harus membunuhmu, baby?" gumam Taehyung. Jari-jarinya masih menyentuh kaca incubator seolah-olah mengusap pipi bulat anaknya.

Ketika membuka pintu incubator dia perlahan menyentuh kaki anaknya yang bergerak lembut, anaknya bereaksi seolah anaknya tahu yang menyentuh kakinya adalah ayahnya, meski anaknya tak bisa melihat dan tak bisa mendengar. Namun tangan Taehyung bergetar hebat, ia tak tega untuk membunuh anaknya sendiri, darah dagingnya yang telah rusak karena dirinya yang egois dan murka.

Taehyung menangis, debaran jantungnya berdetak dengan keras, rasa batin seorang ayah pada anak menyeruak dengan bebas, ia begitu sayang pada anaknya. Taehyung menahan suara tangisnya dengan menggigit bibirnya dengan kuat dan ia terus mengusap kaki anaknya dengan lembut.

Jemari kecil sang anak bergerak bebas dan Taehyung tersenyum sembari mengalir air matanya yang membasahi pipi, gerakan kecil yang dibuat Taegguk membuat hati Taehyung menghangat. Ingin rasanya dirinya mencium dahi sang anak namun apalah daya anaknya harus masih berada di tempat incubator sampai semuanya kembali normal.

"Apa kau mau membunuh anakmu?" suara itu mengintrupsi dirinya untuk mengalihkan wajahnya ke arah ambang pintu, di sana sosok istrinya yang menggunakan kursi roda sendirian menatap Taehyung tajam dan dingin.

"J-Jungkook ...," ia memanggil dengan lirih sampai Jungkook tak bisa mendengar apa yang dikatakannya.

Jungkook memutar rodanya agar bergerak menuju Taehyung yang masih terdiam di depan incubator anak mereka, tatapan tajam yang menjurus pada Taehyung begitu berhasil menusuk relung hati Taehyung karena baru pertama kalinya Jungkook begitu berani dan yakin dengan tatapan kebenciannya itu.

"Jangan pernah menyentuh anakku, dia bukan anakmu!"

"Jungkook, apa maksudmu?" Taehyung mengernyit aneh dengan perkataan Jungkook yang membuat dirinya kesal setengah mati.

"Dia bukan anakmu! Ingat itu."

Taehyung membuang muka sembari menghela napasnya berat, namun ia tak peduli lagi dengan Jungkook karena mau bagaimana pun hatinya mengatakan bahwa bayi yang di hadapannya adalah anaknya, bukan siapa-siapa.

"Taehyung! Pergi dari sini! Sebelum aku bertindak lebih dari ini." dinginnya berkata.

"Apa maksudmu, Jungkook? Sejak kapan kau seperti ini? Dia anakku!!!" Jungkook bergerak lebih cepat dan memperkeruh suasana dengan menjengut rambut Taehyung dengan kuat, ia mencekik Taehyung juga dengan tangannya dan pikirannya yang dikungkung dengan emosi. Namun Taehyung tak bisa melawan, karena semuanya terasa sia-sia, dosanya terlalu banyak. Ia berhak mendapatkan hal ini.

Taegguk—sang anak menangis tiba-tiba, merasakan bahwa orang tuanya tengah bertengkar karenanya. Sampai Jungkook mencekik Taehyung dengan air mata yang mengalir deras pada pipinya, Taehyung berusaha memberontak namun kekuatan Jungkook seolah-olah mendominasi. Ia berusaha untuk menyingkirkan tangan Jungkook pada lehernya yang begitu terikat kuat.

Namun semuanya terasa sirna ketika incubator yang ditempati Taegguk pecah karena senggolan tangan Taehyung dan Jungkook, dan bayi mereka terjatuh total di sana. "Anakku!" jerit Jungkook dengan kuat.

Jungkook terjatuh, bersimpuh di depan anaknya yang tertutup mata, ia mengguncangkan tubuh anaknya yang sama sekali tak bergerak, "Anakku! Anakku bangun, Sayang ...," Jungkook menangis meraung, memeluk anaknya untuk pertama kalinya dalam seumur hidupnya.

Taehyung menyaksikan semuanya dengan kepedihan, rasa sedihnya dan kecewa semakin bertambah, "Semuanya gara-gara kau, Taehyung! Bajingan keparat yang paling aku benci! Pergi dari sini. Pergi!"

"Jungkook! Apa maksudmu? Aku tak melakukan apa-apa!" Jungkook tak peduli dengan semuanya, ia terus memeluk anaknya dan menciumnya dengan ketulusan, dan kekhawatirannya begitu merambat ketika tangan Jungkook terasa basah, dan itu—darah. "Anakku ... bangun, Sayang ...," lirihnya pedih.

Taehyung terpaku, terdiam membisu melihat anaknya terbujur kaku karena keegosisan mereka yang tak ada habisnya. Sampai di mana, Taehyun tiba-tiba datang dengan membawa dokter anak khusus menangani Taegguk sesuai permintaan Taehyung yang tak pernah Jungkook ketahui.

Biarlah Jungkook membencinya, asalkan anaknya selamat dan tak pernah membencinya. Taehyung terlalu sayang kepada anaknya, dan Taehyung menyesal.


"Ayah mencintaimu, Sayang ...," []

Painful ㅡ TaekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang