Bab 25

5.9K 588 46
                                    

Hari yang menegangkan, hari di mana seluruh perjuangannya tiba-tiba hangus begitu saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari yang menegangkan, hari di mana seluruh perjuangannya tiba-tiba hangus begitu saja. semuanya sirna, dan sia-sia. Ia kecewa pada dunia dan Tuhan, bahwa kenapa dirinya malah ditakdirkan pada sebuah perjalanan yang pelik. Terbesit dalam pikiran, mungkin—ia tak layak menjadi makhluk Tuhan dan Tuhan begitu benci padanya.

Sesosok pria datang menghampirinya, menemaninya dengan tangan hangat dan menguatkannya bahwa semuanya baik-baik saja. Ia memberikan sebuah perkataan lembut dan menyegarkan hati bahwa hari ini juga dirinya terlepas dengan kesedihan, dan ia takkan pernah bertemu dengan kepedihan lagi. Meski begitu, pikirannya masihlah terngiang-ngiang jelas, tentu saja membuat dirinya semakin terhambat. Bahwa di dalam lubuk hatinya ia masih mencintai sang tercinta. Namun bagaimana lagi? Sang tercinta enggan untuk kembali dan merengkuhnya, biarlah ... ia menyerah untuk saat ini.

Genggaman hangat dari telapak tangan yang kokoh dan kuat, memberikan sebuah kekuatan pada hatinya, ia memandang genggaman hangat tersebut dan tersenyum pada sosok tersebut untuk berterimakasih telah menguatkannya sampai saat ini.

"Kim Taehyung dan Jeon Jungkook resmi bercerai." Ketukan palu nyaring dengan nikmatnya, menggema ke seluruh ruangan sidang. Jungkook tersenyum lega, hatinya terasa tenang meski jauh di dalam lubuk hatinya dirinya berani bersumpah ingin menjerit dan menangis dengan takdirnya yang pelik.

Lantas sang Kakak ipar—yang sebentar lagi akan menjadi suaminya, menuntun keluar sembari memberikan hormat pada seluruh pejabat tinggi di sana. Dan Jungkook pun membungkukkan badannya patuh dengan sopan.

Ia memandang jari manisnya yang kini tak ada lagi cincin pernikahannya bersama Taehyung, yang mana desain sederhana namun Jungkook sangatlah suka. Namun kini, jari manisnya diisi oleh cincin mewah dengan berlian mahal di sana, bertengger angkuh bersama sinarnya yang menderang. Jungkook mengusapnya sebentar dan menghela napasnya lirih, semoga saja akan baik-baik saja.

Taehyun menggenggam tangan Jungkook hangat, menuntun Jungkook ke mobil hitamnya yang baru saja Jungkook lihat, mungkin—Taehyun membeli mobil baru untuk kesenangan hatinya, "Masuk, Sayang." Jungkook tersenyum kaku, tak terbiasa dengan panggilan Taehyun padanya, yang mana—biasanya hanya Taehyung yang berani memberikan sebuah panggilan manis dan memanjakan. Dan kini, sosok itu terganti oleh Taehyun, bukan Taehyung lagi.

"Kita mau kemana?" Jungkook bertanya. Ia duduk dengan nyaman dari kursi mobil yang terasa lima kali lipat empuk, terasa di rumah bahkan mungkin lebih dari rumah. Aroma yang menyegarkan dari ruangan mobil ini berhasil membuat pikiran Jungkook tenang, perpaduan aroma kopi dan juga musk, sangat ciri khas dengan sosok Taehyun kini.

"Apa mobil ini nyaman, Kookie?"

"Sangat, sangat nyaman. Hyung pintar sekali mencari mobil."

"Untukmu,"

"A-apa?"

"Mobil ini untukmu, sebagai hadiah kebahagiaanmu." Taehyun mengelus rambut Jungkook pelan dengan segala afeksinya yang menenangkan, dan lagi-lagi tersenyum kaku, tak terbiasa dengan perlakuan hangat dari Taehyun.

Lalu, tiba-tiba saja, Taehyun memberikan sebuah ciuman hangat pada dahinya dengan lama, menciumnya penuh kasih sayang dan cinta, Jungkook terbuai oleh perasaan yang berkecamuk di dada. Sikapnya yang manis memang jauh dari sikap Taehyung yang memperlakukannya dengan bejat, meski dulu Taehyung sempat memberikan kebahagiaan, dan sayangnya itu hanyalah kepalsuan semata.

Ciuman di dahinya terlepas, Taehyun kembali mengusap pipinya lembut, ada semburat kemerah-merahan yang membuat Taehyun terkekeh pelan, suaranya ... begitu mendominasi, penuh dengan kelembutan namun juga ketegasan. "Sesuai pertanyaanmu tadi, aku baru saja membeli sebuah apartement baru untuk kita berdua. Semoga kau suka. Dan hari ini atau pun besok, kita bisa membeli perabotan rumah tangga yang kau mau, bagaimana?"

"Hyung, tidak perlu."

"Hei, Kookie. Aku sudah berjanji padamu, bahwa kau akan bahagia di sampingku, ingat, 'kan?"

Jungkook mengangguk pelan, dan dirinya tak sanggup menatap Taehyun yang kini menatapnya dengan lamat, "Bahagiamu adalah bahagiaku, Kookie."

Dan detik itu juga, Jungkook kembali mendongakkan wajahnya, menatap berani pada manik lembut yang membuat hatinya berdebar-debar, berdebar yang penuh dengan rasa bersalah. Ia takut, sangat takut dirinya tak bisa mencintai Taehyun layaknya dengan mantan suaminya, semoga saja dirinya bisa memberikan cinta pada Taehyun, seperti Taehyun mencintainya,"Hyung, maaf, aku mengecewakanmu." []

Painful ㅡ TaekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang