Bab 19

6.2K 637 51
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Lagi-lagi kesedihan terlimpah pada keluarga Kim dan termasuk Jungkook dan anaknya. Sang Kakak terkejut melihat keadaan Taehyung dan Jungkook yang tak lagi berdaya yang membuatnya frustasi dan sedih. Rasa menyesal menyergapi hatinya tatkala dirinya teringat bahwa ia ingin pergi sebentar dari lingkupan Taehyung dan Jungkook yang tengah berbahagia. Namun sayangnya Tuhan mencabut rasa bahagia itu dan menghancurkannya berkeping-keping.

Taehyun tak tinggal diam ketika sang dokter mengatakan ada komplikasi jantung pada Taehyung yang bisa saja pecah sewaktu-waktu karena ada racun yang amat sangat membahayakan Taehyung dan lagi Jungkook saat ini juga sama terpuruknya seperti Taehyung, kritis dan mengenaskan.

Sebuah jalan harus terpenuhi saat itu juga, demi keselamatan Jungkook tentunya, yaitu rahim. Mau tak mau, rahimnya harus diangkat dan Jungkook tak bisa lagi mempunyai harta.

Taehyun pusing sekaligus sedih, mau bagaimana pun jalan ini bukanlah yang terbaik, ia tahu bahwa nanti jikalau Jungkook sadar pasti akan kecewa dengan keadaannya dan menyebabkan Jungkook akan kembali down dan terus menyalahkan diri sendiri. Namun Taehyun tak ingin kehilangan Jungkook, Taehyung pun pasti berpikir begitu, lantas ia memutuskan untuk menandatangani surat untuk pengangkatan rahim pada Jungkook.

Ruang operasi berjalan cukup lama, karena keduanya sama-sama terkapar tak berdaya dan sedang di ujung kematian. Taehyun berdoa untuk keselamatan mereka tanpa tahu bahwa ia juga harus benar-benar menjaga kesehatannya, akhir-akhir ini Taehyun tak bisa tidur dan makan dengan baik, ia terus mengutamakan Jungkook dan Taehyung.

Kepalan tangan yang menyatu untuk memuja Tuhan agar mengabuli semua permintaan doanya, tangisan kepedihan yang lirih begitu mengiringi doanya yang terpanjat dengan tulus. Meski ia sempat membenci Taehyung karena kebejatannya, namun dalam hatinya ia tetap menyayangi adiknya itu, karena adiknya adalah harta yang paling berharga, selamanya. Biarlah Jungkook dimiliki oleh Taehyung karena tentunya Jungkook mencintai adiknya daripada dirinya.

Ruang operasi belumlah menandakan penyelesaian dalam misi memperbaiki organ-organ yang rusak di tubuh Jungkook dan Taehyung, ia was-was sekaligus takut. Takut ditinggalkan seperti dahulu kala. Taehyun tak mau itu terjadi lagi.

Taehyun menghela napasnya yang berat, sebisa mungkin ia menyenderkan tubuhnya pada dinding tembok agar dirinya bisa tenang meski sedikit, namun tiba-tiba ponselnya bergetar hebat dan buru-buru dirinya merogoh sakunya untuk mencari ponselnya itu.

Dilihatnya ia mendapatkan chat dari bawahannya untuk mencari tahu kasus yang sebenarnya terjadi pada Taehyung dan Jungkook. Dan chat tersebut berisi video yang menampilkan wanita berjubah putih—seragam suster, namun ia sangat familiar dengan lekuk tubuh pada wanita yang menggunakan masker tersebut.

"Dia? Tidak mungkin," Taehyun meremas ponselnya dengan kasar sembari mengusap wajahnya yang begitu lelah dan kecewa. Bibirnya digigit dengan kasar menahan amarah yang membuncah hatinya, pikirannya kalut bahkan semrawut. Mau tak mau Taehyun harus membagi pikirannya agar tidak gegabah untuk mengatasi masalah yang amat besar.

Namun tiba-tiba dokter Kang datang menghampirinya dengan wajah khawatirnya itu, bahkan napasnya tidak terkontrol dengan baik, "Tuan Taehyun." Ia memanggil lantang sembari mengambil napasnya dengan banyak.

"Ya, dokter?" Taehyun bergegas berdiri menghampiri dokter Kang yang kesusahan untuk mengontrol napasnya dan lelahnya.

Segurat kekhawatiran terus merasuk pada hatinya, kegugupan bahkan keringat dingin membasahi dahinya. Ia sungguh tak ingin mendengar kabar buruk saat ini, melihat dokter Kang yang ingin menceritakan sesuatu namun begitu ragu.

"Dokter, apa yang terjadi?"

"Bayi yang bernama Taegguk meninggal, Tuan. Lambungnya bocor."

"A-apa?!"




  🌸🌠  




Semenyesal apapun, semenangis bagaimana pun semuanya takkan pernah kembali seperti semula, semuanya hancur lebur sesuai keinginan Tuhan Yang Maha Kuasa. Ia merintih melihat sang bayi mungil tertutupi kain dengan baik, ketika tangannya meraih kain putih nan bersih itu bagaikan petir yang merambat pada tubuhnya, bayi mungil itu sekujur tubuhnya sudah membiru dengan lambungnya yang kembung tak karuan.

Taehyun menangis total, memeluk sang bayi tersebut dengan hangat dan menyesal. Mau bagaimana pun dirinya pernah menjaga Taegguk pada saat masih dikandungan Jungkook. Tak menyangka semuanya berakhir di sini, padahal Taehyun sudah mempunyai rencana untuk membahagiakannya dengan cara membeli kornea mata di Amerika sana ketika Taegguk sudah besar nanti. Namun naasnya rencana hanyalah rencana, Tuhan tak mengizinkannya untuk membesarkan dirinya dengan kedua orang tuanya.

"Sayang ... bagaimana Paman bercerita pada Ayah dan Ibumu nanti, hm?" Taehyun mengelus pipi putih milik sang bayi yang telah sekujur tubuhnya kaku, semua suster dan dokter kecolongan. Karena dari kemarin Taegguk tak mengalami masalah apapun, hanya menunggu tahap penyembuhan dalam masa kritisnya, dan tiba-tiba saja semuanya sirna, musnah begitu saja.

Semuanya terasa direncanakan.

Taehyun semakin yakin bahwa yang melakukannya adalah orang yang sama. Tapi mengapa? Kenapa dia tidak tahu siapa yang mencelakai Jungkook, Taehyung dan Taegguk? Tidak mungkin dia. Meski dirinya sempat berpikir bahwa dia yang melakukan semua ini.

Untuk terakhir kalinya dalam seumur hidupnya, Taehyun mencium Taegguk dengan lembut dan penuh kasih sayang, air matanya meluncur bebas pada pipi Taegguk yang semakin basah seiringnya berjalannya waktu, Taehyun tak kuasa untuk kehilangan anak dari adiknya sendiri. Ia sangat mencintainya, "Maafkan Paman yang tak bisa menjagamu dengan baik, Nak. Baik-baik di sana bersama Tuhan, Sayang." []

Painful ㅡ TaekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang