Seorang

4.8K 603 57
                                    

            

Tania's Pov

Seakan waktu berhenti berputar, jantungku masih sangat berdebar. Mataku tak luput memandangi wajah seorang yang telah lama aku rindukan.

Tunggu Tania, apa mungkin ini hanyalah fatamorgana?

Tidak mungkin, tidak mungkin Kak Retta tiba-tiba ada di Indonesia.

Bukan, ini bukanlah kenyataan. Ini hanya ilusi elo aja Tan, ini cuma imajinasi.

"Tan-nia?" tanyanya lagi membuyarkan lamunanku.

"A, a, aku, aku bukan Tania. Ma-maaf, ma-makasih," aku langsung mengambil ponselku dari tangannya dan berjalan cepat meninggalkannya.

"Tadi bukan Kak Retta, tadi bukan Kak Retta," batinku.

"Huh...huh...huh..." aku mengatur nafas ketika menghampiri Reno yang sudah menungguku.

"Kamu kenapa? Kok ngos-ngosan gitu kayak abis lihat setan aja?" tanya Reno.

"Iya, iya, ka-kayaknya aku beneran abis lihat setan," jawabku masih mengatur nafas.

Reno malah tertawa. "Haha ada-ada aja kamu tuh, ini kan masih jam 6 sore, yakali ada setan magrib-magrib."

"Ah udah deh, buruan yang pulang. Ayoooo," ajakku.

Reno menggelengkan kepalanya. "Haha iya-iyaaa."

Macetnya Kota Jakarta membuat perjalanan dari kantor ke rumah terasa sangat lama. Di tengah kebisingan klakson yang saling bersautan, aku masih terdiam mengingat kejadian di lift tadi.

Aku yakin dia bukanlah Kak Retta. Gak mungkin Kak Retta ada di sini. Untuk apa juga dia datang ke kantorku? Aku harus gimana? Kenapa juga sih Kak Retta dan Kak Jingga pada gak punya sosial media? Aku harus cari informasi ke mana lagi?

"Tan?"

"Tania?"

"Hah?"

"Ck, kamu tuh."

"Hah? Kenapa yang?"

Reno tersenyum kecil. "Kamu mau sampe kapan di atas motor terus?"

"Hah?"

"Haha, kamu tuh daritadi mikirin apa sih? Ini kita udah sampe depan rumah kamu."

Aku menengok ke kanan kiri. "Eh iya, kok udah sampe?"

Reno menghela nafas. "Selama di perjalanan aku nanyain kamu ini itu gak ada jawaban. Eh sampe rumah malah kamu-nya masih bengong. Mikirin apa sih Tan?"

"Oh hehe engga Ren. Ya, yaudah aku masuk ya. Kamu mau mampir?"

Reno mengerutkan dahinya menatapku. "Kalo ada apa-apa cerita ya. Aku langsung pulang soalnya Mama minta dianter ke rumah temennya."

"Iya, makasih ya udah anter-jemput aku. Kamu hati-hati ya Ren," ucapku sembari mengembalikan helm yang tadi aku pakai.

"Iya, nanti aku kabarin kalo udah sampe. Salam sama Bunda dan Ayah ya. Assalamu'alaikum."

"Walaikumsalam."

Setelah menyalimi Ayah dan Bunda, aku langsung masuk ke kamar. Aku membuka ponsel dan mencari kontak Dhea. Apa aku harus cerita ke Dhea ya?

Aku berpikir sejenak lalu akhirnya aku menelpon Kak Ayunda.

"Halo, Kak Ayunda?"

"Halo Ketan, iya kenapa Tan?"

"Emmm Kak, lagi sibuk gak?"

"Engga kok, kenapa?"

"Kak, aku mau tanya."

Reminisce 2.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang