Hingga

4K 525 46
                                    

Tania's Pov

Jujur, hari ini aku sangat bahagia diajak Kak Retta bermain di JungleLand. Tapi mood-ku langsung berubah ketika melihat notifikasi chat dari Kak Jingga. Sebenarnya, apakah mereka masih memiliki hubungan spesial?

Kenapa Kak Jingga bisa mengirimkan chat seperti itu? Lalu kenapa harus ke Kak Retta? Padahal kan dia udah punya pacar di sana. Belum lagi, wajahnya Kak Retta langsung berubah khawatir pas melihat ponselnya.

"Hemmm, aku, aku boleh telpon Jingga sebentar gak?" Tiba-tiba Kak Retta bertanya dengan sangat hati-hati.

"Ya," jawabku singkat tanpa mau menatapnya. Tapi aku bisa merasakan kalau Kak Retta tengah menatapku.

"Hemmm, aku telpon di sana ya?" tanyanya lagi.

"Ya."

Dan Kak Retta benar menjauh dari tempat kami untuk menelpon Kak Jingga. Kenapa coba dia gak telpon di sini? Emang ada hal apa lagi yang dia sembunyikan? Apa benar kecurigaanku kalau mereka masih memiliki hubungan spesial? Lalu untuk apa semalam dia bilang sayang? Kenapa juga sikapnya sangat baik padaku?

Setelah sekitar 5 menit, Kak Retta kembali duduk di depanku dengan wajah tenang. Aku meliriknya sebentar, dia tengah tersenyum ke arahku.

"Mau main apa lagi Tan?" tanyanya.

Di saat kayak gini dia masih berani tanya mau main apa lagi?

"Aku mau pulang," jawabku.

"Lho kok? Kan kita belum naikin semua wahana," tanyanya bingung.

"Males," sahutku.

Kak Retta diam sejenak lalu terdengar helaan nafas darinya.

"Yaudah, yuk pulang."

Aku langsung berdiri dan jalan lebih cepat di depannya menuju ke parkiran. Kak Retta beberapa kali memanggil namaku tapi aku hiraukan.

Kami pun masuk ke dalam mobil. Aku langsung memalingkan wajah melihat ke arah luar jendela.

Kak Retta kembali menghela nafas sembari menyalakan mesin mobilnya. Tapi dia tidak juga menancapkan gasnya.

"Kok gak jalan?" tanyaku tanpa menoleh ke arahnya.

Tidak ada respon darinya.

Aku pun menoleh dan kaget mendapati Kak Retta sedang memegang hp yang diarahkan padaku. Ada Kak Jingga di sana, ternyata Kak Retta melakukan video call tanpa sepengetahuanku.

"Ih, apaan sih Kak?" tanyaku kesal sambil kembali memalingkan wajah.

"Dee, nih Tania jadi cemberut gara-gara baca chat lo tadi." Kak Retta berbicara ke Kak Jingga.

"Hahaha Ketaaaan-ketan. Jangan malingin muka gitu dong, sini lihat gue," ucap Kak Jingga dari telpon sana.

Aku pun tidak bisa kalau tidak menuruti katanya. Lagipula kalau dipikir-pikir, daritadi aku sudah bertindak seperti anak kecil.

"I-iya Kak?"

"Jangan jealous sama gue," ucap Kak Jingga to the point.

"Eng-engga," sahutku malu-malu.

"Tadi gue chat kayak gitu ke Retta karena biasanya kalo ada tugas yang susah, gue selalu minta bantuan dia. I don't mean anything," ucap Kak Jingga lagi menjelaskan.

Ternyata aku sudah overthink pada mereka.

"Oh, i-iya Kak Jingga. Lagian aku juga gak kenapa-kenapa kok, Kak Retta aja tuh yang overthink," dalihku dengan menyalahkan Kak Retta.

Reminisce 2.0Where stories live. Discover now