Rumit

3.8K 550 80
                                    

Jingga's Pov

Akhirnya hari yang tidak aku tunggu datang. Sejak pagi tadi Retta terlihat sangat berusaha menutupi kesedihannya dengan senyuman yang dipaksakan.

"Udah Ta," ucapku sembari mengelus lembut tangannya yang tengah sibuk memeriksa isi koperku.

"Serius ini udah semua kamu masukin?" Tanya Retta.

Aku tersenyum. "Iya serius. Udah yuk sini, aku abis buatin kamu pudding jelly sama es buah."

Retta duduk di bangku ruang tv rumahku sambil merebahkan tubuhnya di sofa.

"Aku suapin ya," tawarku dengan dia yang hanya menganggukkan kepala.

Retta mulai mengunyah pudding buatanku.

"Jadi jalan abis magrib?" Tanya Retta.

"Iya. Kamu bareng mama papa aja ya naik mobilnya, jangan bawa mobil sendiri."

Retta menggeleng. "Kan nanti ke bandaranya kamu naik mobil berdua sama aku, gak apa-apa aku pulangnya sendirian."

Aku menghela nafas lalu kemudian menggenggam tangan Retta.

"Tapi kamu janji ya jangan berbuat aneh-aneh setelah aku pergi."

Dia menganggukkan kepala.

"Janji?"

"Iya Dee, aku janji."

Aku masih menggenggam tangan Retta sambil menatapnya dalam.

"Kamu harus jaga diri baik-baik di sini. Kamu gak boleh sedih terlalu lama. Pokoknya kalo ada apa-apa, kamu harus cerita sama aku ya Ta."

Retta tersenyum tipis sambil menggenggam tanganku balik. "Kamu juga di sana baik-baik ya sama Austin. Kamu harus betah tinggal bareng di rumah Kak Ellina. Aku titip barang-barang aku dulu di sana ya. Don't do something reckless, kamu harus rajin telpon atau video call aku setiap hari."

"Iya Taaa."

Retta terlihat menarik nafas dan dia melepaskan genggamannya.

"Hidup tuh penuh dengan misteri ya Dee."

"Hemmm?"

"Iya, kita sahabatan dari kecil. Kita pernah jalanin hubungan sebagai pasangan, kita sempet marahan sampai berjauhan, dan sekarang untuk pertama kalinya kita harus pisah untuk waktu yang lumayan lama. Aku gak akan pernah tau masa depan akan seperti apa, tapi..." Retta menggantungkan kalimatnya dan dia menoleh ke arahku.

Retta tersenyum. "Tapi kamu harus tau, sejauh apapun kita berpisah kamu tetep punya aku yang akan selalu berusaha ada untuk kamu Dee. Kamu sahabat terbaik sekaligus salah satu orang paling berharga dan penting di hidup aku. Maafin aku untuk semua kesalahan yang aku buat. Aku sayang kamu Dee."

Setetes air mata kembali jatuh di pipi Retta membuatku sedih melihatnya. Aku tau, Retta saat ini sedang rapuh.

Aku memeluk tubuhnya erat. "Aku mohon sama kamu Ta, jangan melakukan sesuatu yang bisa bahayain hidup kamu lagi. Aku sekarang akan jauh dari kamu, jangan kamu bikin aku khawatir. Semua kesalahan kamu udah aku maafin Ta. Jangan sedih lagi, aku juga sayang sama kamu."

***

Di Bandara.

Setelah keluargaku dan Retta makan malam bersama di salah satu tempat makan di bandara, sekarang sudah saatnya aku pamit pada semuanya.

Tadi selama di perjalanan menuju ke bandara, sebelah tangan Retta terus menggenggam tanganku. Tidak banyak obrolan di antara kami. Kami hanya saling menguatkan melalui genggaman.

Reminisce 2.0Where stories live. Discover now