Situasi

4.2K 562 68
                                    

Flashback Retta dan Jingga di tahun pertama kuliah

Jingga's Pov

Aku sangat kesal pada Retta yang sejak tadi dibangunin susahnya minta ampun. Padahal hari ini dia ada latihan basket pertama di kampus.

"Ta bangun Taaaa, udah mau jam 7 ini ih," aku terus menggoyangkan tubuhnya.

"Emmmm..." gumamnya.

"Ta! Aku sirem ya muka kamu pake air," ancamku.

"Kamu kenapa sih Dee? Masih subuh ini," gerutunya sembari menarik selimut.

"Subuh apaan sih? Matahari udah tinggi itu di luar. Retta! Bangun ih," aku kembali menarik sebelah tangannya tapi dia justru menarik balik tubuhku dan langsung mendekapku.

Kini posisi kami saling berpelukan dengan mata Retta yang masih terpejam.

Perlahan dia membuka matanya lalu menatapku dengan senyuman.

"Good morning," wajahnya sangat dekat di depan wajahku.

Lalu sedetik kemudian dia mengecup lembut bibirku.

Aku pun tidak bisa menampik jika saat ini pasti wajahku sedang tersipu malu.

Retta masih tersenyum. Ah aku selalu luluh dengan senyumannya itu.

"Bangun ya sayang, nanti kamu telat latihannya," ucapku pelan.

"Nah gitu dong, jangan teriak-teriak. Tapi aku masih mau kayak gini hehe."

"Kamu kan mesti sampe kampus jam 8 Ta, udah buru bangun terus mandi. Aku siapin sandwich untuk sarapan ya."

"Emmm, iya-iyaaaa," sahutnya sembari melepaskan pelukannya dari tubuhku.

Setelah Retta selesai mandi dan sarapan, dia langsung menyiapkan tas olahraga berisikan peralatan yang ia butuhkan.

"Ikut kan?" Tanya Retta padaku yang sedang mencuci piring.

"Iya," jawabku.

"Yaudah buruan, aku tunggu di bawah yah."

Semalam aku sudah janji akan menemaninya di hari pertama dia latihan basket di sini.

Retta sudah menyiapkan sepeda yang akan kami pakai sampai ke kampus. Di sini memang paling enak bersepeda, selain menghemat biaya, udaranya pun sangat mendukung untuk kami menggunakannya.

Sesampainya di lapangan basket kampus, aku menunggunya di bangku penonton dengan beberapa orang lainnya yang tidak aku kenal.

Retta terlihat sedang saling berkenalan satu sama lain. Mataku pin hanya tertuju padanya.

Suasana dan situasi di sini sungguh berbeda dari Jakarta. Hal ini yang sejak dulu aku impikan bersama Retta. Mencoba hidup mandiri dan jauh dari keluarga di negara asing. Semoga kami bisa melaluinya dengan baik.

Retta dan tim basket barunya itu mulai masuk ke lapangan. Mereka sedang berlatih dasar seperti passing, dribble, dan lainnya yang aku tidak mengerti istilahnya.

Sudah hampir satu jam mereka berlatih dan diberikan waktu istirahat. Retta menghampiriku dengan wajah dan bajunya yang penuh dengan keringat.

Aku mengambil sebotol air mineral dan handuk kecil. Kemudian aku mengelapi keringat di dahinya.

Retta tersenyum duduk di sebelahku dengan wajah yang menghadap ke arahku.

"Romantis banget sih," ucapnya menggoda.

Reminisce 2.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang