Yang

4.7K 607 72
                                    

            

Tania's Pov



Setelah selesai makan malam, aku langsung ijin pamit pulang karena ada tugas kuliah yang harus diselesaikan.

"Kak Nico, aku pamit duluan ya. Maaf gak bisa ikutan sampai selesai," ijinku ke Kak Nico yang sedang merokok dengan tim lainnya.

"Oh iya Tan, makasih banget ya udah bantu dadakan gini. Gue minta Nova untuk pesenin taxi buat lo ya," ucapnya.

"Gak usah repot-repot Kak, aku naik ojek online aja," aku menolaknya.

"Eh jangan, udah malem gini. Bentar-bentar gue  panggilin Nova," sahut Kak Nico sembari berjalan memanggil Kak Nova di dalam namun langkahnya dihentikan oleh Kak Retta.

"Tania gue aja yang anterin balik Co. Gue udah tau rumahnya kok sekalian gue silaturahmi ke nyokap bokapnya," ucap Kak Retta tanpa meminta ijin terlebih dahulu padaku.

"Gak-gak usah Kak," sahutku.

Kak Nico kemudian memandangku, "Tania mending naik taxi atau dianter Retta?"

Aku diam berpikir.

"Udah Co, gue yang anter Tania," sambar Kak Retta lalu ia pamit ke yang lain dan mengajakku ke parkiran.

"Kak, aku pesen ojek online aja ya," ijinku.

"Apa sih Tan? Kan tadi aku bilang aku mau silaturahmi sama Bunda dan Ayah. Udah ayo masuk," pintanya dan aku tidak bisa berkata tidak.

Mobil Kak Retta mulai melaju menjauh dari tempat shooting tadi. Kami masih sama-sama terdiam sampai akhirnya Kak Retta yang membuka obrolan.

"Kok kamu bisa intern di tempat Nico kerja?" tanyanya.

"Iya, aku dapat dari referensi senior jadi aku apply di sana dan diterima," jawabku.

"Hemmm gitu. Kamu kuliah di mana?"

"Di Universitas LSP... Kak."

"Ah I see. Masih satu kampus sama teman-teman kamu?"

"Cuma bareng Dhea aja Kak, tapi kita berlima masih sering main."

"Oalah, gimana Dhea? Masih suka jahilin kamu?"

"Ah dia mah gak pernah berubah, makin ngeselin malah iya," jawabku. Entah kenapa situasi canggung di antara kami mulai luruh.

"Haha, jadi kangen juga sama anak itu. Dia ambil jurusan yang sama kayak kamu?"

"Ih ngapain kangenin dia, yang ada nanti dia ke-pede-an Kak. Dia ambil DKV."

"Haha, kalo kangenin kamu boleh?" ucapnya sambil menoleh ke arahku.

Aku menahan senyum. "E-emang Kak Retta kangen?"

"Iya," jawabnya cepat.

"Terus kenapa gak pernah kasih kabar?"

Kini giliran Kak Retta yang terdiam.

"Maaf ya," ucapnya dengan tatapan yang penuh makna.

Aku diam sejenak lalu tersenyum. "Iya, gak apa-apa Kak."

Kak Retta menarik nafas. "Kita ke taman sebentar yuk?"

"Taman?"

"Iya, taman yang dulu pernah kita datengin. Mau gak?"

"Emmm, tapi jangan lama-lama ya Kak. Aku gak enak sama Bunda."

"Oh iya Tan."

Dan Kak Retta mengarahkan mobilnya ke arah taman yang dulu sempat kami kunjungi semasa SMA.

Reminisce 2.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang