Untuk

4.3K 550 113
                                    

*Play the song to feel this chapter

*Note: Untuk yang sudah baca chapter ini sebelumnya, perbedaannya ada di bagian akhir cerita.

Happy reading!



Retta's Pov

Aku kembali ke Jakarta setelah menyelesaikan apa yang harus aku selesaikan dengan Jingga. Papa dan Mama sudah menungguku di area arrival Bandara Soekarno-Hatta. Aku langsung menghampiri kedua orangtuaku lalu memeluk mereka.

"Kenapa ini anak Mama tumben-tumbenan meluk Mamanya kayak gini?" tanya Mama heran dengan sikapku.

Aku hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum.

"Ada apa ini sama bungsunya Papa?" Papa juga bingung.

"Gak apa-apa, aku cuma kangen aja sama Mama dan Papa," jawabku.

Seminggu terakhir di US, aku benar-benar membutuhkan Mama. Aku ingin memeluknya, aku ingin bersandar di pangkuannya. Ternyata aku terlalu rapuh menghadapi semuanya seorang diri.

"Makin gede malah makin manja ya anak Mama."

"Hehehe."

"Gimana Jingga di sana nak?" tanya Mama lagi sembari kami berjalan ke parkiran mobil.

"Dia udah baik-baik aja Ma, perbannya juga udah dilepas."

"Terus orang yang bikin dia kecelakaan gimana?"

"Cuma dihukum 3 bulan penjara dan denda sekian dollar aja Pa."

"Cuma 3 bulan?"

"Iya, aku gak ngerti gimana. Tapi yang pasti Jingga udah baik-baik aja."

"Hemmm, kamu jadi ketemu Aby di sana?" tanya Papa lagi.

"Jadi, aku juga kenalin Aby ke Jingga."

"Bagus dong, Aby jadi kenal sama sahabat dekat kamu," sahut Mama dan aku hanya tersenyum.

"Mana mobil Papa?" tanyaku.

"Papa sama Pak Darma, Papa lagi malas nyetir," jawab Papa.

"Hemmm, Pa, Ma, Retta ijin pamit ke rumah temen dulu ya. Ada yang mesti Retta urus, penting," ucapku.

"Lho, kamu kan baru aja landing dan ini udah malam Ta.," sahut Mama.

Aku melihat ke sekelilingku, kebetulan ada taksi yang baru saja menurunkan penumpang gak jauh dari tempatku berdiri.

"Retta titip koper ya Ma, Pa. Retta pergi dulu," ucapku dengan langsung berlari ke arah taksi tersebut.

"Rettaaaa, duh anak ini ya," gerutu Mama sambil memanggil namaku berkali-kali.

Akhinya aku bisa kabur dari Papa dan Mama untuk langsung menuju ke rumah Tania. Aku akan menjelaskan semuanya. Aku harus segera sampai sana untuk mengutarakan isi hatiku. Kali ini aku harus bisa mengungkapkannya. Aku tidak ingin lagi kehilangan Tania.

Aku juga akan memberitahukannya alasanku kenapa tidak membalas atau menghubunginya selama di sana. Aku tau aku sudah bersikap tidak adil padanya, tapi aku punya alasan untuk itu.

Setelah hampir 2 jam, akhirnya aku sampai di rumahnya . Aku sempat tertidur karena masih jetleg, sehingga taksi yang aku tumpangi berhenti beberapa ratus meter dari rumah Tania. Aku pun akhirnya berjalan kaki untuk sampai ke rumahnya.

Ketika aku ingin masuk ke halaman rumah Tania, aku melihat dia sedang mengobrol bersama Reno. Aku memutuskan untuk mendengarkan obrolan mereka dari balik pagar rumahnya.

Reminisce 2.0Where stories live. Discover now