12

1.4K 79 0
                                    

Zero membawa Aluna di sebuah cafe. Dimana cafe tersebut terkenal karena ice creamnya, dan Zero sengaja membawa Aluna ke sini karena ice cream adalah kesukaan Aluna.

Setelah makanan datang, raut muka Aluna sontak berubah. Yang tadinya cemberut menjadi berbinar. Zero tersenyum melihat Aluna.,

“Oh my lord ice creaammmmmm” Aluna pun mencobanya dan sangat menikmati ice creamnya.

“Lo gak makan?” tanya Aluna sedangkan Zero hanya menggelengkan kepala.

“Makan sana, masa gue makan lo kaga” Zero hanya diam.

“Nih gue siapin, buka mulut lo” Aluna menyodorkan sesendok ice creamnya ke Zero.

“Gak usah”

“Tinggal buka mulut susah amat dah” Zero pun membuka mulutnya.

“Tuh enak kan? Aslinya gue gak suka kalo ice cream gue kasih orang lain. Berhubungan lo yang bayar jadi gue mau berbagi” Aluna cengengesan.

“Gue boleh nambah gak?” tanya Aluna kepada Zero dengan hati-hati. Zero hanya menganggukkan kepalanya.

“Yeeyyy mbak mbak” Aluna memanggil waiters dan memesan lagi. Saat makanan datang, Aluna memberi Zero ice cream.

“Nih makan ice creamnya”

“Gak usah”

“Tinggal makan apa susahnya sih? Mau gue suapin? Kaya bocah aja cerewet amat”

Bukanya Aluna yang cerewet? dari tadi dia mengomel mulu seperti emak-emak yang jemuranya kena hujan.

“Yaudah suapin” Aluna mendelikkan matanya Zero berucap seperti itu.

“Makan sendiri punya tangan juga”

“Yaudah”

“Gue bukan emak lo ya?” Zero menggelengkkan kepalanya pertanda Aluna harus menyuapinya.

“Kok lo manja sih ah, perasaan dulu lo gak gini deh” Aluna terus mengomel sambil memakan ice creamnya.

Sedangkan Zero terus menatap Aluna intens “Gue suka sama lo”

Aluna yang tadinya mengomel langsung diam dan menatap Zero dengan tatapan terkejut.

“A-apa lo tadi bilang?” Zero bungkam.

“Hah a-apa? Gue tadi tuli” Aluna memastikan bahwa yang di ucap Zero bukan sebuah kebohongan.

“Ah gue tau, kan gue temen lo. Kalo gak suka ya gak bakal lo temenan sama gue itu kan maksud lo?”

Aluna berucap seperti itu untuk menghilangkan rasa gugupnya dan perasaan percaya dirinya bahwa Zero memang menyukainya.

Zero menghela nafasnya, Aluna ini masih saja bodoh atau gimana? Tidak tau bahwa Zero hampir pingsan berbicara kata-kata yang menjijikkan itu.

Rasanya Zero ingin memiliki Aluna, tapi sepertinya bukan sekarang karena belum saatnya. Terlalu mendadak, dan dia sendiri pun belum menyiapkan mental. Zero sendiri tidak tau cara mengungkapkan perasaan seperti apa. Dan meminta Aluna untuk jadi pacarnya. Sepertinya nanti dia pulang harus belajar bersama Ajun dan Arga.

“Heh ze?” ucap Aluna membuyarkan lamunan Zero. Seketika itu Zero berdiri.

“Pulang” Zero langsung ke kasir untuk membayar. Karena entah kenapa saat ini dia begitu malu karena sudah berkata seperti tadi.

Sepanjang perjalanan tidak ada yang membuka suara begitupun Aluna, dia masih memikirkan perkataan Zero, apa dia serius berbicara seperti tadi? Tapi kenapa Zero sekarang hanya diam saja tidak menjelaskan yang sebenarnya?

A & ZWhere stories live. Discover now