24

979 58 4
                                    

"Dia Aluna ma, pacar Zero" Aluna menundukkan kepalanya karena dia begitu gugup dan gak siap untuk bertemu mamanya Zero.

Anggun mamamnya Zero biasanya melihat anaknya pulang ke rumah membawa Dirga dan Ajun, kali ini  dia melihat anaknya menggenggam tangan seorang cewek yang menundukkan kepalanya dan satu tangannya meremas sweaternya sendiri.

"Hei, kenapa menunduk?" merasa perkataan itu tertuju kepada Aluna, diapun menaikkan kepalanya dan tersenyum.

"Siang tante" ucapnya setengah gugup,  Anggun bersedekap dan meneliti Aluna dari ujung kepala sampai ujung kaki. Aluna yang merasa di teliti seperti itu semakin tegang, apa yang salah dengan dirinya. Zero yang tau bahwa mamanya ini agak jail memutar bola matanya malas.

"Ma" ucap Zero, seketika Anggun tersenyum "Iya iya, gitu aja marah kan mama cuma bercanda"

"Mama udah bikin Aluna takut"

"Oh kamu takut Aluna?" hampir saja Aluna mengangguk lalu dia sadar dan langsung menggelengkan kepalanya.

"Tante minta tolong boleh?"

"Apa tante?"

"Bantu tante buat kue" sontak membuatnya tersenyum, dia suka jika berkutat dalam dapur.

"Ayo sini" ucap Anggun sambil mengisyaratkan tanganya agar Aluna mengikutinya ke dapur.

"Oh iya Zero" Zero akan melangkahkan kakinya menuju kamar terhenti karena ucapan mamanya.

"Itu di meja ada kertas berisi bahan-bahan buat beli kue, kamu belikan ya di supermarket" Zero menghembuskan nafasnya. Dan mulai pergi.

"Sini Aluna" Aluna mengikuti arah Anggun. Mereka melanjutkkan pekerjaan Anggun yang tadi sempat tertunda.

Aluna mencetak adonan pie dalam wadah mini, sedangkan Anggun membuat vla.

"Kata Zero kamu suka masak"

"Ah engga juga tante, dikit sih suka bantu mama"

"Kok Zero pernah bilang dia pernah kamu masakin"

"Oh itu kebetulan mama lagi gak masak, dari pada keluar rumah males mumpung ada bahan di rumah jadi masak aja"

"Oh gitu, kenapa kamu tadi kaya gugup gitu?"

"Ah? engga kok tante hehe"

"Santai aja, tante gak seperti yang kamu bayangin kok"

"Hehe iya tante"

"Zero sering loh cerita tentang kamu"

"Oh iya?"

"Lebih tepatnya tante paksa sih, anak itu kalo gak di tanya gak bakal cerita"

"Iya emang gitu anaknya"

"Kamu harap sabar ya, tante liat kamu kaya tante dulu pas pacaran sama Tyo papa Zero"

"Masa sih tante?"

"Iya, dulu tante juga kaya kamu gitu tomboy punya temen cowok banyak" Aluna mengerutkan keningnya, apa ini Zero yang bercerita?

"Tenang, Zero cerita tentang kamu gak aneh-aneh kok"

"Haha iya tante gapapa kok" dalam hatinya rasanya dia ingin mencabik-cabik Zero jika dia tahu anak itu cerita kejelekkan Aluna

"Tapi tante salut sama Tyo dia bisa membuat tante suka sama dia. Padahal perasaan tante ini seperti batu, kaya gak hidup. Dan lebih tante suka lagi, dia nerima tante apa adanya. Kaya kamu Aluna, Zero nerima kamu apa adanya walaupun kamu gak seperti cewek di luar sana, yang berpakaian feminim, suka berdandan dan lain sebagainya" 

Jika di pikir-pikir lagi memang iya, batin Aluna.

"Oh iya, tante dulu pernah gak minder sama om Tyo?"

"Pernah, Tyo dulu banyak yang suka karena dia cowok yang suka olahraga dan pinter di sekolah, sedangkan tante cuma murid biasa"

"Terus gimana?"

Anggun menoleh kepada Aluna "Aluna, kamu harus percaya diri dan jangan meragukkan perasaan Zero. Walaupun dia sedingin antartika sesungguhnya dia perhatian"

"Iya sih, ya gimana namanya juga cewek"

"Wajar, umur sekamu ini masih labil-labilnya. Cuma ya kita harus berfikir lebih dewasa aja cara menyikapi suatu masalah"

"Taruh mana ma?" tiba-tiba suara Zero mengagetkan mereka.

"Kebiasaan muncul tiba-tiba. Salam dulu kek, taruh situ aja. Yaudah sana kamu ke kamar aja, Aluna sama mama"

"Mama jangan bikin Aluna capek"

"Gapapa kok ze"

"Besok itu sekolah"

"Ih gapapa, aku seneng kok buat kue"

"Yaudah" dia pun beranjak dari dapur.

"Tuh kan, barusan aja tadi di omongin"

"Hehe"

"Sekali-kali kamu mampir ke Bakery tante"

"Oh tante punya Bakery?"

"Iya, biasanya tante di situ. Tante buat ini untuk di taruh di display kalo banyak peminatnya nanti di jadikan menu baru di toko"

"Oh gitu toh"

Mereka berdua mengobrol sambil melanjutkan acara membuat pie.

Hari sudah menjelang malam, Aluna dan Anggun terlalu larut di dapur sampai lupa waktu.

"Aku pulang dulu tante"

"Iya, kapan-kapan mampir lagi ya, nanti kita buat kue lagi"

"Siap tante"

"Gak perlu, nanti kamu capek nurutin mama"

Aluna memukul lengan Zero sambil mencabikkan mulutnya.

"Gak boleh gitu sama mama sendiri"

"Ayo, keburu malem"

"Mari tante"

"Hati - hati ya" ucap Anggun sambil melambaikan tangannya.

Zero mengantar Aluna memakai mobilnya.

"Capek?"

"Masih capek di hukum pak Bambang lari lapangan 10 kali"

"Itu kan hobby kamu"

"Yeee mana ada yang mau lari di bawah sinar matahari, lapangan sekolah gede lagi, muterinnya 10 kali astagfirullah untung belum aku kutuk si Bambang"

"Sapa suruh bandel"

"Aku gak bandel ya, cuma-"

"Apa"

"Kelewat bandelnya" Zero mendengus, berdebat dengan Aluna tak akan ada kata henti.

Akhirnya mereka tiba di rumah Aluna.

"Makasi ya" Zero hanya tersenyum.

"Salam buat mama kamu"

"Oke"

"Cepet masuk, terus tidur" sambil mengelus kepala Aluna.

"I-iya" sangking tercengangnya dia dengan perbuatan Zero sampai berucap gugup.

"Aku masuk dulu ya, hati - hati" Aluna keluar dari mobil Zero, saat mobil Zero sudah semakin jauh dari pandanganya dia berteriak.

"AAAAAAAAAA ZEROOOOOOOOOOOO" Gimana tidak, dia sedari tadi ingin berteriak tapi ia tahan karena tak mau malu di depan Zero.

"WOI ALUNA BERISIK" teriak Gilang yang tiba-tiba sudah berada di balkon rumahnya.

"JOMBLO SEWOT" setelah dia berucap seperti itu, dia masuk ke dalam rumahnya.

*******

Buat kalian aku mohon deh, vote dan komennya 😭😭😭😭 jangan sider mulu :( biar aku lebih semangat buat nulis, soalnya pengen cepet-cepet end gitu.

KOMEN YANG BANYAK!!!!


A & ZWhere stories live. Discover now