05. usulan teman

2.5K 504 863
                                    

Banyak orang yang mengatakan jikalau hidup yang dimiliki lelaki bernama Refanza Fairuz Danilovva itu dapat dikatakan nyaris sempurna. Karena lihat saja, pemuda tersebut memiliki rupa yang begitu menawan; berkulit putih, bertubuh tinggi, berhidung mancung, bibir merah muda dan beralis tebal. Selain itu, kelebihan Fanza pun terdapat pada otaknya yang berfungsi dengan amat baik--dia selalu berada diperingkat satu paralel berturut-turut, menjadi juara satu olimpiade sains tingkat nasional juga. Katanya, Fanza pun memiliki keluarga yang sangat baik dan begitu menyayanginya.

Jadi, opini tersebut benar adanya, bukan?

Ah, tapi, tidak. Fanza tidak merasa demikian. Itu semua hanya penilaian orang lain saja terhadapnya. Mereka berasumsi atas apa yang mereka lihat. Fanza pun tahu kalau ada banyak sekali yang membicarakannya dengan berbagai macam topik yang memang salah satunya seperti yang sudah dibahas tadi. Well, kabar baiknya di sana, mereka membicarakannya dengan sebuah topik yang baik dan positif. Ia pikir, semua orang punya mulut, akan ada saatnya pula mereka akan merasa lelah membicarakannya. Jadi, Fanza hanya akan menjalani hidupnya seperti biasa, tak memedulikan apa pun yang menjadikan halangan untuknya melakukan yang terbaik bagi hidupnya.

Memang terdengar mudah. Tapi, jika takdir berkehendak lain, bisa saja hal terbaik yang akan dilakukannya menjadi kebalikannya. Apalagi, dia pun memang manusia biasa, tidak selalu bisa melakukan hal yang sempurna, pasti ada salahnya juga. Sejauh Fanza mengingat, tak pernah sekali pun ia terlambat masuk sekolah. Karena dari masa kanak-kanak hingga kini sudah menginjak kelas duabelas, dia selalu datang tepat waktu. Tetapi, barangkali kali ini merupakan hari sialnya saja. Karena tadi pagi, secara mendadak ban motornya bocor. Sehingga, membuatnya harus pergi ke bengkel, lalu ketika sampai di sekolah ternyata gerbangnya sudah ditutup.

Namun, untung saja Pak Doni--selaku satpam sekolahnya mengizinkannya untuk masuk, karena barangkali beliau hafal bahwa Fanza merupakan murid yang teladan, tidak pernah sekali pun bolos atau terlambat. Kendati demikian, Fanza tetap saja mendapatkan hukuman dari guru konselingnya karena ia melanggar aturan sekolah meski secara tak sengaja, serta-merta tak peduli jika statusnya murid teladan sekali pun. Mau tak mau, Fanza harus menerima dan segera mengerjakannya. Untung saja guru konselingnya memberinya sedikit keringanan, ia hanya diberi hukuman membantu pustakawan membawa beberapa buku yang baru datang untuk dibawa ke perpustakaan sekaligus merapikannya di dalam sana sewaktu istirahat berlangsung.

Lima belas menit terlewati, sudah nyaris sepenuhnya Fanza selesai mengerjakan tugas yang diterimanya, kini tinggal beberapa langkah ia sampai di perpustakaan dengan membawa beberapa tumpuk buku lagi. Namun, sayangnya ketika ditengah perjalanan, sebelah tali sepatunya mendadak terlepas hingga membuat pandangannya pun ikut menurun ke bawah, pun sama sekali tidak mengetahui bahwa ada dua orang gadis dari arah yang berlawanan sedang berjalan cepat sembari mengobrol. Sehingga, menyebabkan salah satu diantara mereka menabrak tubuhnya hingga membuat buku-buku yang sedang ia pegang berjatuhan begitu saja di permukaan lantai.

Fanza berdecak sebal saat melihat bukunya yang berserakan, ditambah tali sepatunya juga belum lekas dibenarkan. Ia arkian buru-buru berjongkok karena tak ingin membuang waktu istirahatnya secara percuma, untung saja orang yang baru saja menabraknya pun ikut andil berjongkok dan membantunya membereskan sebagian buku-buku itu.

Sebenarnya, Fanza tidak begitu penasaran akan rupa orang tersebut yang ternyata adalah seorang gadis, dia hanya berniat akan segera pergi dari sana dengan gerakan cepat, karena ia tidak memiliki waktu istirahat yang banyak. Namun, belum sempat ia hendak mengambil langkah, gadis yang berada di depannya pertama kali membuka suara, sehingga membuat Fanza mau tak mau stagnan di sana.

Profitable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang