18. jawaban tak terduga

1.9K 251 736
                                    

Sejauh Kaivan mengingat, tak pernah sekali pun ia membenci seseorang dengan begitu besar selama hidupnya. Ah, barangkali pernah. Dia ingat bahwa dulu ketika masih berumur lima tahun, dirinya pernah membenci kakaknya yang dengan sengaja memakan permen kesukaannya yang disimpan di dalam laci lemarinya. Lalu, mengadukannya kepada sang ibu dengan mengatakan bahwa dirinya sudah menimbun banyak permen di sana, lalu memakannya secara diam-diam setiap malam sebelum beranjak tidur. Dasar pembohong, jelas-jelas kakaknya yang membalikkan fakta, gadis itu sendiri yang diam-diam menghabiskannya.

Lebih sialnya lagi, ibu memercayai ucapan sang kakak. Bukan tanpa alasan, lantaran tak terasa satu persatu giginya rusak dan bolong. Ah, tetapi, sebelumnya pun dia memang sudah sangat sering memakan makanan manis tersebut bahkan sebelum sang kakak mengadu. Jadi, tak heran kondisi kesehatan giginya semakin memburuk tepat di hari itu. Ibunya jelas marah besar, dirinya diomeli habis-habisan, membawanya ke dokter gigi, sebagian giginya ada yang dicabut, sehingga membuatnya menangis histeris dan mulai membenci Feira detik itu juga.

Namun, rasa benci itu tak seberapa jika dibandingkan dengan kebencian yang kini tengah dirasakannya terhadap Daniel. Pemuda tersebut secara mendadak muncul di hadapannya dengan mengendarai motor ninja merahnya dan memarkirkannya tepat di halaman rumah. Sadar bahwa dirinya terjebak pada situasi yang sangat tidak disukainya ini, lantas membuat Kaivan merasa menyesal telah berinisiatif untuk membuang sampah di malam hari. Jika ia tahu akan dihadapkan dengan takdir yang seperti ini, tentu saja dia akan membuang sampah yang telah menumpuk di dalam rumahnya itu pada keesokan harinya.

Tetapi, tak apa. Kaivan bisa menghadapinya. Lebih baik seperti ini, daripada harus Feira yang mengalaminya.

Dengan menampilkan raut kelewat pongah, Kaivan berjalan mendekat sembari bertanya tak suka, "Mau apa lo ke sini?"

Tidak buru-buru menjawab, di sana Daniel mulai membuka helmnya, lalu menyimpannya di atas motor. Berbanding terbalik dengan reaksi heran Kaivan, Daniel justru bersikap tenang ketika menjawab, "Gue mau ketemu Feira."

Dari sekian banyaknya lelucon payah yang ia dengar dari mulut Feira, baru kali ini dia mendengar lelucon yang sangat tidak lucu dan bahkan hampir membuatnya mengeluarkan isi perut yang mendadak mual bergejolak. Kaivan serta-merta tersenyum miring, meremehkan. "Mau ngapain? Dia gak mau ketemu lo."

"Gue mau jelasin semuanya, kal--"

Kaivan memotong cepat. "Apanya yang mau dijelasin?"

"Dia salah paham."

"Salah paham?" Kaivan berdecak kesal mendengarnya. Pemuda di hadapannya ini sungguh luar biasa, ya. Semua penderitaan yang dirasakan Feira malah dianggap kesalah-pahaman oleh Daniel. Padahal jelas-jelas, pemuda itu telah menyakiti kakaknya. Ia lantas menatap Daniel dengan tak habis pikir. "Lo udah nyakitin dia berkali-kali dan itu masih gak cukup buat lo?"

"Gue gak berniat begitu."

Kali ini Kaivan benar-benar sudah merasa muak. Dia ingin mengakhiri konversasi menyebalkan ini dengan segera. Rasanya, sungguh membuang waktunya saja. Tak ingin beradu argumentasi lebih dalam lagi, Kaivan akhirnya mengeluarkan kalimat pengusirannya dengan amat tajam. "Bacot, lo. Mendingan lo pergi aja, deh. Gak ada gunanya lo ke sini juga. Dia gak bakal mau ketemu sama lo lagi."

Daniel yang sejak tadi berusaha sabar, menahan amarahnya dengan sebaik mungkin, kini telah sukses terpancing emosi. Bagaimana tidak, dia datang dan berkata baik-baik terhadap Kaivan, justru malah mendapatkan balasan yang membuatnya kesal setengah mati. Tentu saja dia tidak mau kalah, apalagi oleh pemuda yang umurnya jauh di bawahnya. Maka dari itu, dia mulai berujar dengan penuh amarah. "Lo bisa gak, gak usah ikut campur urusan gue sama Feira?"

"Gak bisa, gue pengen tetep ikut campur. Gue gak mau kakak gue masuk ke lubang yang sama untuk ketiga kalinya." katanya dengan raut menjengkelkan. Sebelum akhirnya menarik diri dari posisinya sekarang, Kaivan sempat mengatai Daniel dengan bergumam, "Dasar kudanil rasa buaya."

Profitable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang