09. insiden mengejutkan

2.3K 408 761
                                    

"Apa? Si Daniel ke rumah lo? Mau ngapain?" tanya Tasya dengan begitu hebohnya bersama tampang amat terkejut; karena lihat saja, kedua matanya terbelalak setelah mendengar beberapa hal yang telah diceritakan oleh Feira  perihal pertemuannya dengan Daniel beberapa hari yang lalu.

Kini Feira dan Tasya tengah berjalan beriringingan di koridor, sekolah sudah tampak sepi, hanya ada beberapa orang saja di sana lantaran bel pulang sudah dua puluh menit yang lalu berbunyi. Bukan tanpa alasan Feira dan Tasya pulang telat seperti itu, lantaran keduanya lebih memilih untuk pergi ke kantin terlebih dulu sebelum pulang, membeli beberapa makanan ringan yang dapat disantap ketika dalam perjalanan menuju rumah--baik saat menunggu angkutan umum di halte, ataupun ketika berada didalam kendaraam umum.

Hari-hari biasa Feira selalu pulang bersama ketiga temannya yang lain, tetapi karena hari ini Kanaya dan Amanda masih sibuk dengan estrakurikulernya, menjadikannya hanya pergi berdua saja dengan Tasya sembari mengobrol panjang lebar. Sepersekian detik kemudian, Feira mulai menanggapi pertanyaan Tasya dengan sebuah anggukan kepala, membenarkan. "Ira yang ajak, sih. Awalnya, Ira gak sengaja lihat dia nangis di taman deket rumah, yaudah Ira ajak aja ke rumah karena gak baik juga kena angin malam. Lagian, ada Kaivan juga di rumah."

"Nangis?" tanya Tasya heran.

"Ibunya kecelakaan dan lagi dirawat."

"Wah, kasian juga." katanya dengan menggantung apik ekspresi iba pada wajahnya seraya membuka bungkus makanan ringannya ditengah jalan, mulai mengunyahnya sembari bertanya lagi dengan keingin-tahuan yang lebih besar, "Terus, kalian ngobrol apa aja?"

"Dia minta maaf ke Ira atas insiden waktu itu."

Tasya dibuat terkejut lagi. "Serius? Terus, lo maafin dia?"

"Iya, karena semuanya udah berlalu juga, Ira cuma pengen berdamai sama masa lalu aja."

Tasya mendorong sebelah bahu Feira dengan unsur bercanda, "Wesss, gaya lo, Ra." lalu menertawakan sikap sok bijak temannya tersebut dalam beberapa saat. "Tapi, bagus juga deh kalau kalian udah berdamai. Gak baik juga musuhan lama-lama, hidup gak bakal tenang."

Feira mengangguk setuju dengan hal itu. Karena lagipula, masalahnya dengan Daniel memang terhitung sudah lama juga, semuanya dirasa telah berlalu. Selagi Daniel ingin berdamai, maka Feira harus menyetujuinya. Sebab, Tuhan pun maha pengampun, masa manusia fana sepertinya bersikap angkuh. Well, tampaknya goresan luka Feira pun telah lekas membaik, sehingga dia sudah mulai dapat berdamai dengan masa lalunya, sekalipun itu dirasa menyakitkan.

Tasya tampak masih sibuk memakan camilannya, sementara Feira mendadak bungkam beberapa saat, dalam hati merasa agak ragu ketika hendak kembali melanjutkan ceritanya yang realitasnya belum tuntas. Tetapi, jika dipendam pun rasanya terasa begitu mengganjal. Maka dari itu, Feira lekas mengambil ancang-ancang terlebih dulu sebelum mulai bercerita kembali, "Sya."

"Hm?"

Kendati merasa ragu, akhirnya Feira pun berhasil mengutarakan tuturan kalimatnya tanpa cacat dengan gamblangnya, "Daniel juga minta balikan sama Ira."

Lagi-lagi Tasya dibuat terkejut untuk kesekian kali. Namun bedanya kali ini, dia tersedak oleh makanannya sendiri  sebelum akhirnya terbatuk-batuk untuk beberapa waktu, lalu setelahnya mulai bereaksi berlebihan lagi. "Hah? Terus, lo jawab apa?"

"Ira belum ngasih jawaban, Ira masih bingung."

"Emangnya lo masih sayang sama dia?"

Feira tampak kebingungan saat hendak menjawab pertanyaan tersebut, ia tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya membalas, "Kalau rasa sih, masih ada. Cuma, Ira takut aja kalau kejadian kayak kemarin-kemarin terulang lagi. Ira takut Daniel mempersalahkan lagi soal Ira suka sama K-pop."

Profitable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang